Apakah Pencerahan Gülen merupakan Sebuah Reaksi atas Krisis dan/atau Ekspresi dari Sebuah Konflik?

Fethullah Gülen

Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama perlu dilakukan pembedaan antara pengertian krisis dan konflik.

Sebuah krisis berarti keterputusan mekanisme fungsional dan integratif dari rangkaian hubungan sosial tertentu pada salah satu bagiannya. Sebuah krisis timbul dari ketidakmampuan sistem meng-akomodasi berbagai hal, atau disfungsi dalam mekanisme adaptasi, ketidakseimbangan di antara bagian-bagian atau sub-sistem dan terjadi kelumpuhan di dalamnya.

Di lain pihak, sebuah konflik adalah sebuah perjuangan di antara dua aktor yang berupaya mencari atau mengontrol sumber daya yang dianggap sebagai suatu yang berharga. Aktor-aktor tersebut beraksi dalam ranah yang sama dan memiliki referensi yang sama.

Konflik secara konseptual berbeda dari krisis. Dalam konflik, lawan berupaya memperhitungkan definisi antagonistik dari tujuan, hubungan dan cara-cara produksi sosial yang menjadi masalah di antara mereka. Walaupun konflik antagonis merupakan per-benturan atas kontrol dan alokasi sumber daya yang dianggap penting oleh pihak-pihak terkait. Tetapi sebuah krisis mengundang reaksi berikutnya atas bagian yang ingin mereka koreksi karena ketidakseimbangan yang terjadi di dalam sistem tersebut. Perbe-daan antara sebuah krisis dan konflik antagonistik merupakan suatu perbedaan yang signifikan. Satu perbedaan yang dapat membantu untuk menentukan apabila aktor kolektif—dalam hal ini Pencerahan Gülen, merupakan situasi berkonflik, bertentangan, reaksioner, saling mengklaim atau sifat-sifat lainnya.

Ilmuwan peneliti Webb mengidentifikasi faktor pendidikan dan kesehatan sebagai krisis utama di Turki sejak periode Utsmaniyah. Masalah ini semakin akut selama periode republik dan bahkan dimanipulasi untuk tujuan-tujuan politik. Fakta yang semakin memperburuk krisis ini, menurutnya adalah karena alasan ideologi dan politis lebih menonjol daripada alasan logis dan sains atas hampir seluruh keputusan yang dibuat di bidang pendidikan Turki tidak mencapai keberhasilan penting di bidang ini pada arena internasional. ‘Sebaliknya, universitas, yang seharusnya telah melakukan kerja ilmiah tingkat tinggi, terlihat terjebak dalam sebuah pusat kegiatan politis dan bahkan universitas berada di garis depan dari tiga coups d’etat militer.

Pewawancara Abdullah Aymaz berpendapat bahwa kelompok kepentingan dominan mendefinisikan gerakan di Turki tanpa merujuk ke krisis tertentu, seolah-olah tidak pernah ada disfungsi atau kekeli-ruan dalam pengoperasian sistem politik. Akan tetapi, Pencerahan Gülen, dalam menghadapi krisis yang terkait dengan berbagai kebijakan tertentu (atau kurangnya kebijakan) di Turki.

Tidak membuat logika dan tindakan yang didasarkan pada pengutukan atas nama korban atau pengutukan atas sistem atau pengadopsian cara berpikir dari kerangka ketidakadilan, atau oposisi terhadap sistem penguasa dan kepentingan dominan. Daripada melakukan pengutukan, Pencerahan Gülen lebih cenderung memberi pencerahan terhadap kegelapan, kebodohan, kemunduran, hilangnya kesatuan, saling tidak percaya, ketidak-adilan dan penyimpangan. Dengan demikian, gerakan ini tidak tertarik dengan upaya penentangan secara politis legitimasi kekuasaan atau penggunaan sumber daya sosial pada saat ini.

Oleh karena itu, bagi Aymaz, Pencerahan Gülen tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah reaksi konfliktual atau konfron-tasional. Dalam hal ini, gerakan ini tidak dapat dilihat sebagai sebuah patologi atau antitetis bagi sistem sosial tersebut.[1] Selain itu, Ünal dan Williams (2000:iii) menyatakan bahwa Gülen dan gerakannya melakukan upaya dan berusaha menangani masalah atau krisis-krisis seperti upaya politisasi agama, ketegangan sosial dan sektarian dan eksploitasi atas semua hal itu untuk membuat Turki selalu dalam keadaan tidak stabil, dan tindakan yang tidak dikehendaki seperti fundamentalisme, dogmatisme dan koersi—tetapi bukan spesifik individu atau kelompok atau partai politik atau negara tertentu.

Di lain pihak, mungkinkah sebagian krisis telah memfasilitasi kehadiran gerakan ini beserta tindakan-tindakan sosialnya dalam ruang publik? Kemunculan gerakan ini telah dikaitkan oleh sebagian pengamat dengan faktor-faktor terkait tertentu. Paling sering dihubungkan dengan kebijakan liberalisasi ekonomi dan politik Turgut Özal yang telah mendominasi panggung politik Turki selama satu dekade. Pertama sebagai perdana menteri (1983–1989) dan kemudian sebagai presiden (1989–1993).

Berbagai kebijakan ini mengarah ke proses sosioekonomi, seperti gerakan rakyat ke pusat-pusat perkotaan baru, pendirian universitas baru dan ekspansi pendidikan massal. Proses ini dikatakan telah membawa sebuah kesadaran baru ke dalam politik yang mendorong rakyat untuk mempertanyakan ideologi negara.

Dilanjutkan dengan partisipasi dalam politik formal dan di berbagai jaringan komunitas yang dilandaskan pada kepercayaan. Kemudian dikatakan, kesadaran memberikan informasi tentang ‘kerangka kerja untuk membahas identitas, moralitas dan keadilan di dalam masyarakat’. Walaupun pusat kebenaran dari penjelasan ini relatif kecil, tetapi penjelasan ini bersifat reduktif dan mengabaikan realitas dan pemaknaan Pencerahan Gülen di dalam periode ini.

Sebuah contoh penyederhanaan ini adalah klaim Yavuz yang menyatakan bahwa kemunculan Pencerahan Gülen tidak dapat dikaitkan dengan meningkatnya migrasi dari desa ke kota, urbani-sasi, industrialisasi dan modernisasi Turki selama dekade Özal. Penjelasan ini sangatlah parsial dan kurang memuaskan karena gagal memperhitungkan atau mendistorsi aspek-aspek utama dari gerakan ini dan sejarahnya. Ilmuwan sosial Jones menunjukkan bahwa sesuatu yang lazim dari seluruh proses reduksi adalah bahwa satu fenomena dijelaskan dalam istilah lainnya dengan hakikat yang berbeda, satu pemikiran menjadi lebih sederhana atau lebih fundamental, sehingga keinginan kita untuk memahami sekurang-kurangnya fenomena yang direduksi menjadi terpuas-kan. Walaupun berbagai jenis reduksionisme yang berbeda tidak berlangsung dengan cara yang sama, tetapi sebuah contoh akan mengurangi dinamika sosial keagamaan terhadap kondisi ekonomi. Proses ini merupakan sebuah substitusi langsung dari realitas yang bekerja di dalam fenomena tersebut.

Jones menambahkan:

Reduksi struktural dari fenomena keagamaan menjadi fenomena sosiokultural non-keagamaan tidak dapat mengesampingkan adanya reduksi besar terhadap fenomena keagamaan—selain sebab sosiokultural yang dimaksudkan—tidak dapat membatasi reduksi substantif dari fenomena keagamaan hanya menjadi fenomena sosiokultural. Khususnya, hal ini tidak akan mengabai-kan kemungkinan bahwa pengalaman keagamaan berkaitan dengan pengalaman atas realitas lain daripada yang terkait dengan teori-teori ilmu sosial.

Selain itu, Mellor menegaskan bahwa realitas sosial jauh lebih kompleks daripada model ekonomi. Harus diakui bahwa signifikansi sosial riil dari kepercayaan dan keagamaan sebagai sebuah kekuatan sebab akibat yang memengaruhi pandangan, pilihan dan tindakan rakyat.

Pengaruh agama terletak di jantung seluruh masyarakat daripada di dalam ‘subsistem’ privat atau fenomena singkat yang dikonsepsikan oleh para ahli teori sekularisasi [...]. Hal ini melandasi pentingnya kedudukan perbedaan agama secara spesifik untuk pengembangan masyarakat dan menuding sebagian bahaya itu dengan mencoba menjelaskannya jauh dari faktor-faktor keagamaan melalui bentuk-bentuk reduksionisme ekonomi dan politik.

Yang terlihat jelas bahwa seorang aktor kolektif seperti Gerakan Gülen tidak datang secara tiba-tiba dengan para pendukungnya yang terdidik, terlatih dan siap untuk menguasai peluang-peluang yang diperkenalkan dengan membuka sistem atau struktur politik pada waktu dan tempat tertentu. Gerakan sosial membutuhkan waktu untuk berkembang, dan tidak datang dalam kondisi matang.

Dalam hal ini, Sosiolog Koopmans berpendapat, keterse-diaan peluang-peluang politik tidak secara otomatis dan cepat diterjemahkan menjadi peningkatan tindakan dan tidak cukup untuk memperhitungkan munculnya sebuah tindakan dan aktor kolektif. Untuk sebuah aksi kolektif yang terorganisasi sebesar Pencerahan Gülen, ada sebuah semangat juang dari individu-individu dengan skill profesional. Mereka siap untuk digunakan, sebelum sebuah keterkaitan historis tertentu membuka jendela peluang.

Kalau kita mengaitkan Pencerahan Gülen dengan kebijakan liberalisasi, akan terasa kurang memadai. Menurut penjelasan para reduksionis hal ini disebabkan karena diabaikannya analisis terha-dap aktor itu sendiri. Misalnya, gagal memperhitungkan jenis perilaku yang diamati. Dalam hal ini, penjelasan kondisi struktural dengan sendirinya menjadi nilai yang meragukan. Karena jelas suatu aktor atau aksi kolektif tidak secara otomatis muncul dari ketegangan atau kondisi struktural.

Ada berbagai faktor yang menentukan apakah hal ini akan terjadi atau tidak. Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya organisasi yang memadai, kemampuan para pemimpin gerakan untuk memproduksi representasi ideologi yang tepat dan kehadiran sebuah konteks politik yang mendukung. Sebagai contoh, Özal membatalkan argumen itu karena Özal sendiri berasal dari komunitas beragama, yakni: dari berbagai individu yang terdidik, memenuhi kualifikasi, memegang peranan dan status di masyarakat Turki serta memegang struktur negara pada waktu itu. Seorang individu tidak dapat mencapai sebuah posisi yang sedemikian tinggi dengan menghasilkan sekumpulan orang yang dalam periode pendek menjadi sebuah gerakan seperti Pencerahan Gülen ketika sudah ada badan-badan negara lainnya yang berfungsi secara independen dan ketika ada kelompok-kelompok yang tidak menyukainya sebagaimana yang dikatakan Özal, terencana dan terealisasi.

Hipotesisnya adalah peluang struktur politik sendiri memper-hitungkan eksistensi sebuah kelompok khusus atau aktor kolektif yang juga tidak disetujui dengan mengajukan pertanyaan yang jelas. Apabila Özal dan elemen-elemen politik memainkan peranan formatif dengan munculnya Pencerahan Gülen, mengapa peluang yang sama tidak mengantarkan aktor lain untuk mencapai visibilitas, resonansi dan legitimasi publik yang sebanding? Pakar Ilmu Sosial Edwards dan McCarthy menjelaskan: ’ketersediaan sumber daya saja tidaklah memadai. Diperlukan upaya koordinasi dan strategis khususnya agar dapat mengonversi sumber daya individu-individu menjadi sumber daya kolektif serta memanfaat-kan sumber daya itu untuk aksi kolektif.’ Realitasnya adalah jaringan komunitas yang terinspirasi oleh kepercayaan telah mengelola dan memanfaatkan seluruh bentuk jaringan komunikasi dan media yang berbeda-beda dan sebagai wiraswasta bersifat independen dari perusahaan milik pemerintah, telah membuktikan dirinya berhasil dan memperoleh keuntungan dari industri ekspor dengan memperoleh valuta asing yang besar.

Kecerdasan finansial dan bisnis ini tidak dapat diperoleh secara tiba-tiba mengikuti akses satu orang terhadap kekuasaan politik. Dengan kata lain, penjelasan ini bukan sebuah evaluasi yang berlebihan terhadap faktor-faktor terkait tetapi reduksionisme sosial—hal ini mengabaikan eksistensi jaringan informasi, lingkaran solidaritas setiap hari. Hal ini mengabaikan ‘kuantitas dan kekuatan jaringan kepemilikan dan pengalaman asosiasi sebagai tempat berhimpunnya individu-individu tersebut.

Sumber daya mobilisasi Pencerahan Gülen yang ada pada waktu itu, siap diarahkan untuk mencapai tujuan baru karena sudah pada tempatnya. Kalau sumber daya itu tidak ada, maka situasi tidak dapat menciptakan sumber daya itu, atau sumber daya itu tidak dapat memperoleh manfaat dari situasi untuk mengarahkan dan membentuk ulang aksinya.

Jaringan dan sumber daya informal yang ada di dalam gerakan ini harus dipertimbangkan. Ahli Sosiologi Kömeçoglu (1997) mengetengahkan peranan jaringan yang tidak dapat dilihat. Sebuah gerakan yang menginkubasi sebelum ia muncul di publik. Dia membedakan antara penemuan gerakan ini oleh media massa dan asal usul organisasi dan budayanya. Membedakan antara periode laten dan visibel dalam pembentukan Pencerahan Gülen. Dia menganggap perlu untuk mengeksplorasi jaringan budaya yang ada sebelum kemunculan gerakan ini di publik. Della Porta dan Diani (1999) mendukung klaim Kömeçoglu yang berpendapat bahwa sumber daya organi-sasional yang memadai haruslah mendahului mobilisasi suatu aktor kolektif. Oleh karena itu, sebelum kup militer tahun 1980, partisipan Pencerahan Gülen telah merespons terhadap krisis di bidang pendidikan dan kontraksi di bidang lain untuk ekspresi perhatian moral dalam bentuk mendirikan institusi seperti mess mahasiswa, bimbingan belajar persiapan ujian masuk perguruan tinggi, asosiasi guru, lembaga penerbitan dan jurnal (lihat teks khusus tentang berbagai peristiwa ini pada bagian 2.2.8). Dengan kata lain, klaim bahwa Pencerahan Gülen muncul sebagai konsekuensi liberalisasi ekonomi Özal hanya merupakan sebuah pelaporan para reduksionis. Dengan demikian kuranglah memadai sebagai sebuah penjelasan dari gerakan ini.

Pencerahan Gülen tidak muncul karena ekspresi konflik tertentu. Misalnya sebuah konflik antara yang berpikir keagamaan dan kaum sekularis di Turki. Webb berpendapat walaupun kelompok kepentingan proteksionis secara ideologis melakukan framing bahwa komunikasi yang terinspirasi oleh agama merupakan bentuk reaksioner atau fundamentalis, tetapi Pencerahan Gülen tidak pernah disebut dalam hubungan dengan anarki, teror atau penyalahgunaan kekuasaan tertentu. Dia menambahkan bahwa ’framing’ tertentu tidak memiliki basis yang konkret dan telah ditolak oleh publik dan pengadilan. Hendrick menegaskan bahwa Pencerahan Gülen bukanlah suatu ancaman terhadap institusi politik atau ekonomi yang ada. Meskipun bersifat konservatif dan saleh, Pencerahan Gülen bukanlah gerakan fundamentalis.

Sebuah konflik seperti yang penulis definisikan di awal, meru-pakan oposisi dari dua aktor (atau lebih) yang berupaya mengontrol sumber daya sosial yang mereka anggap bernilai tinggi. Gülen tidak mengambil bagian dalam hal ini. Dia berpendapat untuk sebuah dunia yang lebih baik, jalan yang paling efektif haruslah menghindari berargumen dan berkonflik, dan selalu bertindak secara positif dan konstruktif. Dan di dalam dunia modern, satu-satunya cara yang memungkinkan orang lain untuk menerima gagasan Anda adalah melalui pendekatan persuasif. Mereka yang menggunakan kekuatan, maka secara intelektual sudah bangkrut. Karena kehendak rakyat selalu menuntut kebebasan untuk memilih dengan cara menjalankan urusannya dan di dalam ekspresi atas nilai-nilai spiritual dan ke-agamaan mereka. Walaupun harus diperbaiki sedemikian rupa, demokrasi sekarang merupakan satu-satunya sistem politik yang tepat dimana rakyat harus berupaya memodernisasi dan mengonsolidasi institusi demokratis agar dapat membangun sebuah masyarakat yang di dalamnya terdapat hak-hak dan kebebasan individual, dihormati dan dilindungi, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang lebih dari sekadar mimpi.

Gülen sendiri tidak menyetujui atau bahkan tidak mengguna-kan istilah Gerakan Gülen atau Komunitas Gülen. Dia lebih meng-hendaki aksi ini disebut sebagai layanan relawan (volunteers service).[2] Karena hal ini tidak berkonotasi keterpisahan yang menimbulkan konflik yang tidak perlu (contentious otherness), separatisme politik atau front konflik. Dia menegaskan bahwa gerakan ini tidak harus melibatkan konflik. Layanan relawan harus ditawarkan di dalam kerangka beberapa prinsip dasar berikut ini. Pertama, aksi positif secara terus-menerus yang tidak menim-bulkan kebingungan, perkelahian dan anarkis. Kedua, tidak mengharapkan imbalan duniawi, material dan hal duniawi lainnya sebagai imbalan dari layanan yang diberikan. Ketiga, tindakan yang didukung dengan sikap kebijakan yang manusiawi akan membangun kepercayaan dan keyakinan, Keempat, tindakan yang membuat rakyat dan masyarakat bersatu. Kelima, bersikap sabar dan welas asih dalam semua keadaan. Keenam, bersikap positif dan berorientasi pada kerja daripada menciptakan oposisi atau bersifat reaksioner.

Dengan semangat ini, Gülen katakan, layanan relawan dapat dikatakan merupakan upaya untuk mendapatkan rida Allah. Dia mendorong seluruh individu yang menerima pendapat untuk melayani komunitas dan kemanusiaan mereka dengan sikap yang damai, non-konflik, nonkonfrontasional dan apolitik.

Ünal dan Williams berpendapat bahwa banyak individu dari seluruh lapisan masyarakat dan latar belakang intelektual yang berbeda, tertarik dan berpartisipasi di dalam layanan ini. Karena gerakan ini tidak mengharapkan keuntungan material dan politik serta tidak bersifat konflik. Jenis layanan yang Gülen sebut—bidang pendidikan, kesehatan, dialog antarbudaya dan antar-kepercayaan dan kerja sama peradaban yang menghendaki aksi serta memperhatikan hubungan di dalam kehidupan sehari-hari dari seluruh anggota masyarakat dan kemanusiaan. Istilah para ahli sosiologi dalam hal ini adalah lifeworld.[3] Apabila sebuah tindakan melanggar aturan pada level lifeworld, maka hal ini dideskripsikan sebagai bersifat berkonflik.

Dalam aksi atau jaringan, tindakan berkonflik diambil oleh sel-sel yang lebih sederhana dan kecil melawan aturan yang mengatur reproduksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sel-sel ini kemudian memproduksi jaringan hubungan sosial yang berkonflik dan beragam bentuk resistansinya. Pada dasarnya ada berbagai bentuk resistansi populer seperti ini di Turki, tetapi aktivitas atau perilaku ini tidak ada di dalam Pencerahan Gülen. Gülen menga-takan bahwa aksi yang berkonflik atau reaksioner tidak dapat mencapai tujuannya secara tepat karena hal ini hanya menawarkan bentuk ekstremisme, kekerasan dan mendapatkan kontraekstremis-me dan kontrakekerasan sebagai balasannya:

Aksi atau gerakan reaksioner, seberapapun kekuatannya—tidak akan berhasil dalam mencapai tujuannya jika keseimbangan dan kelenturan tidak dapat dipertahankan di dalamnya. Sebaliknya, aksi atau suatu gerakan terbukti lebih berbahaya [...] karena rakyat akan terjerumus ke dalam lembah ekstremisme. Oleh karena itu aksi atau gerakan reaksioner menyebabkan reaksi dari pihak lain. Kekerasan menciptakan kontrake-kerasan dari pihak lain pula. Apa yang mendasar, apa yang seharusnya adalah sebuah aksi positif.

Aymaz menegaskan bahwa tidak satupun partisipan proyek dari Pencerahan Gülen terlibat melanggar peraturan masyarakat, atau berupaya mengubah aturan main di dalam bidang apa pun yang mereka perhatikan. Hal ini didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh organisasi independen, dengan pengakuan dan penerimaan institusi pendidikan gerakan ini di luar negeri dan karena kegagalan aksi legal yang dilakukan oleh elite proteksionis Turki terhadap Gülen:

Pencerahan Gülen tidak melakukan sesuatu yang mendorong sistem mempertahankan unsur-unsur dari sistem itu sedemikian rupa. Karena para partisipan Pencerahan Gülen dan proyek-proyeknya tidak melanggar batas sosial. Sistem yang berlaku dapat mengakui atau mentoleransi mereka tanpa mengubah struktur yang ada dalam sistem. Dalam hal ini, Pencerahan Gülen memiliki orientasi mempertahankan tanah yang ada. Akan tetapi, Pencerahan Gülen tidak tercipta melalui konsensus atas aturan yang mengatur kontrol atas sumber-sumber yang berharga tersebut. Maksud Pencerahan Gülen bukan melindungi aturan dan prosedur demi melindungi status quo yang mengatur kontrol sumber-sumber berharga tersebut dan bukan pula melakukan perlawanan atas keadaan tersebut.

Orang yang diwawancarai, Ergene menyatakan bahwa Pencerahan Gülen tidak dideskripsikan sebagai marginal karena gerakan ini sejalan dengan sistem atau norma-norma yang sudah ada atau merupakan asimilasi dari sejumlah individu atas norma-norma tersebut. Kemudian, Pencerahan Gülen tidak menampilkan sesuatu yang bersifat menentang sumber atau nilai yang diperse-lisihkan. Di dalam Pencerahan Gülen orang-orang tidak meng-ekspresikan sindiran terhadap sesuatu yang tidak baik, seperti immoralitas, ketidakpercayaan, ketidakadilan, provokasi permu-suhan, kekerasan dan penyimpangan.[4] Ergene menjelaskan bahwa elite proteksionis di dalam sistem ini telah mencoba menutupi pencapaian Pencerahan Gülen. Kemudian diarahkan untuk mereduksi layanan kemanusiaan dan potensi inovatif Pencerahan Gülen sebagai suatu tindakan yang subversif:

Didasarkan pada pengajaran Islam Gülen mendorong anggota masyarakat terhadap layanan Pencerahan Gülen yang bukan merupakan suatu oposisi atas kepentingan di dalam kerangka normatif tertentu atau mereka berupaya memperbaiki posisi relatif aktor sehingga aktor akan mampu mengatasi hambatan fungsional agar dapat mengubah hubungan otoritas yang ada. Jenis perilaku (altruistik) dapat didefinisikan sebagai kompetisisi untuk kebaikan. Pencerahan Gülen cenderung tidak menentang kepentingan tetapi menyampaikan kemungkinan terbaik menuju kondisi masyarakat dan kemanusian yang lebih baik.

Melucci setuju dengan Ergene bahwa kompetisi tersebut menerima sekumpulan aturan main dan diregulasi oleh hak-hak anggota masyarakat yang berhak dan oleh kepentingan yang berada di dalam batas-batas tatanan sosial yang ada. Kompetisi ini agak berbeda dari bentuk tindakan solidaritas yang mendorong konflik yang melanggar aturan main atau batas toleransi dari sistem tersebut.

Berdasarkan orang yang diwawancarai, Çapan juga menyata-kan bahwa Pencerahan Gülen tidak melanggar batas-batas sistem yang mempertahankan tatanan sosial seperti dalam kasus gerakan sayap ultra kanan kontra atau fasis dalam sejarah. Pencerahan Gülen tidak mengklaim, mengejar atau menimbulkan konflik atas sesuatu di dalam organisasi negara atau sistem politik.

‘Setelah 9/11, banyak kelompok mengatakan mereka moderat dan mengubah retorika mereka.’ Menurut Baran [...] ‘Tetapi Pencerahan Gülen selama 30 hingga 40 tahun lalu telah mengata-kan hal yang sama. Mereka tidak mengubah bahasa mereka karena mereka ingin OK sekarang.’

Karena Pencerahan Gülen bukan sebuah perjuangan atau mobilisasi untuk produksi, derma dan alokasi sumber-sumber dasar masyarakat atau terlibat konflik atau kepentingan kekuasaan dan cara dan orientasi produksi sosial, maka Pencerahan Gülen bukanlah bersifat materialistik atau antagonistik. Hipotesis tertentu yang menghubungkan Pencerahan Gülen dengan produksi kapitalis atau posisi dan institusi politik mengaburkan komponen kognitif, simbolik dan relasional yang menjadikan Pencerahan Gülen memiliki karakter yang berbeda dan khas.

Pencerahan Gülen tidak memperselisihkan aturan bersama dan proses representasi atau bagaimana keputusan normatif dibuat melalui institusi demokrasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan internal di masyarakat, pertukaran antara berbagai bagian sistem dan peranan untuk diyakini dan dihormati secara timbal balik sehingga kehidupan sosial, kejujuran dan kemakmuran material dan nonmaterial individu dipertahankan dan direproduksi melalui interaksi, komunikasi, kolaborasi dan pendidikan. Berbagai hubungan ini memungkinkan individu untuk memaknai diri mereka sendiri atas dunia dan masalahnya dan apa yang berada di luar sana.

Hal yang pasti, hubungan dan makna, tujuan dan kepentingan untuk memuliakan individu. Kendati demikian Pencerahan Gülen tidak mengambil kepentingan langsung dari perubahan institusional atau modifikasi hubungan kekuasaan. Akan tetapi, Pencerahan Gülen bertujuan membawa perubahan pada individu, mind-set, sikap dan perilaku. Berbagai bentuk kegiatan relawan dan tindakan komunitas altruistik yang dilakukan oleh para partisipan Pencerahan Gülen berkaitan dengan kehidupan sehari-hati dan memiliki orientasi budaya dan bukan orientasi politik. Ketika ditanya apakah Pencerahan Gülen dapat dianggap sebuah gerakan politik, Aymaz membedakan dua jenis tindakan atau aktor:

Aktor politik lebih cenderung pada distribusi peran, reward atau sumber yang berbeda-beda dan oleh karena itu, pertarungan kekuasaanlah yang menentukan aturan di dalam struktur negara Dan aktor nonpolitik berupaya untuk fungsi aparatur yang lebih efisien atau sebenarnya untuk hasil yang lebih besar tanpa melebihi batas organisasi dan kerangka kerja normatifnya.

Dalam hal ini, Aymaz mengatakan bahwa Pencerahan Gülen tidak dapat pula disebut sebagai sebuah gerakan claimant karena tidak berupaya mencari keuntungan seperti yang dinikmati oleh kelompok terpisah atau memobilisasi kepentingan kelompok etnis, agama, sosial atau politik yang terpinggirkan untuk mendapatkan bagian ’kue’ dana publik atau sumber lain yang lebih besar.

Çapan dengan tegas menyatakan bahwa Pencerahan Gülen tidaklah memobilisasi partisipasi politik dalam proses pengambilan keputusan atau menentang ideologi negara atau tidak pula berpura-pura memiliki bias atau tendensi agar dapat memperoleh akses terhadap pengambil keputusan. Para partisipan Pencerahan Gülen telah memberi kontribusi atas pembukaan saluran ekspresi tuntutan baru yang sebelumnya ditiadakan seperti dialog antarbudaya dan lintas agama dan kerja sama (ketimbang konflik) di antara peradaban. Tetapi dalam pelaksanaannya, Pencerahan Gülen sama sekali tidak mendorong tindakan layanannya di luar batas-batas yang ditentukan oleh norma-norma dan sistem politik Turki. Pencerahan Gülen tidak berupaya mengubah arah kebijakan pembangunan negara Turki atau sebaliknya melakukan intervensi dalam keputusan atau tindakannya. Çapan menambahkan tidak setiap tindakan dengan spirit publik bersifat politik atau antagonistik. Akan tetapi, ada dimensi sosial, budaya, kognitif, simbolik dan spiritual dari tindakan itu yang tidak pernah dapat sepenuhnya diterjemahkan dalam bahasa politik.

Snow dan rekan mengklasifikasi aktor politik sebagai kelompok kepentingan dan mendefinisikannya dalam hubungan dengan pemerintahan atau politik sementara relevansi dan kepentingan gerakan sosial mencakup hal-hal di luar politik hingga lingkup dan otoritas institusional lainnya. Melucci menegaskan bahwa aktor politik terlibat dalam tindakan untuk reformasi, inklusi dan redefinisi aturan politik, hak dan batas sistem politik. Dengan demikian, aktor politik berinteraksi dengan otoritas politik, bernegosiasi atau terlibat dalam pertukaran dengan aktor politik. Mereka berupaya memengaruhi proses pengambilan keputusan politik melalui cara institusional dan kadang-kadang melalui cara noninstitusional. Sebaliknya, aktor politik membahas berbagai persoalan terutama dalam bentuk budaya atau istilah budaya dan membawa masalah-masalah tersebut ke dalam ruang publik. Aktor politik memilih alasan umum bahwa banyak orang dapat bekerja bersama. Mereka merumuskan masalah-masalah dan kemudian membiarkannya diproses melalui cara dan aktor politik.

Menurut definisi di atas, Pencerahan Gülen masuk dalam kategori aktor budaya atau sosial daripada aktor politik. Walaupun tindakan politik itu legal, sah dan sangat diperlukan untuk demokrasi di sebuah sistem yang kompleks seperti Turki, tetapi Pencerahan Gülen menghindari politik formal dan bertindak pada level spesifik di dalam batas yang ditentukan oleh hukum dengan tujuan konkret yang terdefinisikan dengan baik dan menyatukan tujuan serta layanan. Secara khusus seperti Alpay (1995a) katakan, Gülen memisahkan agama dari politik, menentang budaya permusuhan yang dapat memolarisasikan bangsa ini.

Bagi Pencerahan Gülen, institusi dan pasar bukanlah jabatan untuk dihindari tetapi instrumen untuk digunakan sepanjang kedua hal itu berupaya mencapai kebaikan umum. Dalam hal ini, Pencerahan Gülen berupaya melakukan peran modernisasi di dalam institusi dan masyarakat. Hal ini memberi kontribusi atas penciptaan ruang publik bersama yang dalam hal ini kesepakatan dapat dicapai untuk berbagi tanggung jawab bagi seluruh bidang sosial di luar kepentingan atau posisi satu partai. Greek Patriarch Bartholomew menegaskan hal ini:

Di Turki, masyarakat Kristen, Muslim dan Yahudi hidup bersama dalam suasana toleransi dan dialog. Kami ingin menyebutkan kerja Fethullah Gülen yang lebih dari sepuluh tahun terakhir mendidik orang-orang yang mengikuti jalannya mengenai keharusan adanya dialog antara Islam dan seluruh agama.

Dimensi moral dari masalah-masalah ini dan keberhasilan persyaratan layanan yang mengagungkan kepentingan atau posisi satu partai, menimbulkan kesadaran dan menumbuhkan refleksi dan diskusi baik di Turki maupun di tempat lain. Sebagaimana ditekankan Fuller, perubahan ini dianggap oleh sebagian sekularis militan di angkatan bersenjata Turki dan struktur elite tua sebagai serangan terhadap kepentingan spesifik, upaya untuk mengubah hubungan kekuasaan di dalam sistem politik dan mencari pengaruh dalam keputusan politik. Akan tetapi, Fuller berpendapat, Pencerahan Gülen mengangkat regenerasi apolitik, sikap yang sangat toleran dan terbuka dari nilai-nilai yang berasal dari inspirasi agama, memfokuskan pada pendidikan, demokrasi, toleransi, dan pembentukan masyarakat sipil. Pencerahan Gülen mewakili sebuah elite Anatolian baru sesuai dengan warisan Islam yang berorientasi modern dan melek teknologi dan merupakan bagian sistem Eropa dengan tidak menghilangkan identitas Islam.

[1] Gulen dalam Ünal & Williams, 2000:21. Apabila sebuah gerakan sosial melihat sejak awal untuk menerima status, pola hubungan atau praktik sosial sebagai suatu yang tidak dapat diampuni, salah atau tidak adil, maka gerakan sosial itu memulai mengubah secara sistematis makna berbagai hal dari satu kerangka ke kerangka lain dan dengan demikian gerakan ini menjadi dan aksinya dikatakan bersifat ’antitesis’ lihat Goffman, 1974:44–5.
[2] Gülen (2004a:210–14) juga menyebutnya “sebuah gerakan yang berasal dari modelnya sendiri.”
[3] Istilah lifeworld, yang dalam hal ini Habermas mengutipnya dari Schutz, bahwa pemahaman umum yang sama termasuk nilai-nilai yang berkembang melalui kontak tatap muka dari waktu ke waktu dalam berbagai kelompok sosial, dari keluarga hingga komunitas. Lifeworld membawa berbagai macam asumsi mengenai siapa kita dan nilai apa yang kita miliki pada diri kita sendiri, apa yang kita yakini, apakah yang menyakiti kita, apakah cita-cita kita, apakah kita ingin berkorban untuk tujuan apa dan sebagainya (Frank, 1996).
[4] Gülen dalam Ünal & Williams, 2000:260–1. Sebagian perilaku ini bersifat afirmatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan, selalu memberikan penilaian agar tetap adanya harapan bagi mereka; sebagian hal ini merefleksikan doktrin formal bahwa dosa dalam tindakan atau pandangan merupakan sebuah dosa tetapi ketika menjauhkan dan melihat secara retrospektif, adalah sebuah kebaikan karena hal ini mengarah kepada kebaikan menghindari dan reformasi diri yang terletak di antara tindakan atau kondisi manusia yang paling dicintai oleh Tuhan.