Gila Pangkat dan Jabatan

Arsitek Pemikiran Yang Akan Membangun Masa Depan

Jika kita melihat lebih dalam tentang prinsip-prinsip agama, kita bisa mengatakan bahwa, proses pembelajaran dan pengajaran, merupakan sebuah tugas mulia yang tidak memiliki batas. Selain itu juga terdapat  banyak ayat suci Al-Quran yang mendorong manusia untuk memahami betapa pentingnya sebuah ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Quran, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

 “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar, 39-9)

Dari penjelasan tersebut, Allah SWT mengisyaratkan bahwa seseorang yang mempunyai ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu. Di ayat yang lain Allah SWT berfiman:

ه هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

 “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kalian tidak merenungkan? (Al-An’am, 6-50)

Menjelaskan persamaan antara orang yang mengetahui (ilmu) dengan orang yang melihat, dan orang yang tidak mengetahui (ilmu) tidak lain hanyalah sama seperti orang yang buta.

Para Pewaris Jalan Nabi

Ketika dijelaskan keistimewaan Nabi Adam alayhis salam dibandingkan dengan para malaikat terdapat pada potensinya yang mampu memahami ilmu, apa yang ditunjukkan ayat suci Al-Quran ketika menerangkan pentingnya ilmu pengetahuan sungguh menunjukkan betapa pentingnya topik ini. Allah Subhanahu wa ta’ala setelah mengajarkan semua asma-Nya kepada Nabi Adam alayhis salam, kemudian bertanya kepada malaikat.  Namun para malaikat tidak mampu menjawabnya. Setelah itu Nabi Adam alayhis salam menerangkan tentang  asma-asmaNya yang telah dipelajarinya tersebut. Dari sinilah kita bisa memahami bahwa pemberian ilmu, disini berupa pengetahuan tentang asma Ilahi, kepada Nabi Adam alayhis salam merupakan titik  paling penting yang menjadikan derajat manusia lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat.

Rasulullah Shallalahu alayhi wasallam lewat hadistnya memberikan cakrawala kepada kita bahwa ilmu di satu sisi merupakan warisan Kenabian:

إنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Para nabi, tidak meninggalkan dirham ataupun dinar sebagai warisannya. Yang mereka tinggalkan sebagai warisan adalah ilmu pengetahuan. Siapa yang mampu mendapatkan ilmu tersebut, maka ia telah mendapatkan keberuntungan  yang besar” (Tirmizi, ilmu 19; Abu Dawud, ilmu 1; Ibn Majah, pendahuluan 17). Selain itu Nabi Muhammad (saw) juga bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا

“Saya dikirimkan tidak lain hanyalah sebagai seorang muallim (guru)” (Ibn Majah, Pendahuluan 17, Darimi, Pendahuluan 32). Hadits ini menjelaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan mengajarkannya kepada orang lain.

Seorang guru yang mewakili misi agung inilah yang merupakan pemikir dan arsiteknya. Saya pikir seorang guru yang memiliki keprihatinan dan pemikiran seperti ini, yaitu guru yang memahami perkembangan zaman, guru yang turut melakukan penelitian mendalam pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang ada, baik di bidang  matematika, biologi, fisika, kimia, anatomi, fisiologi, geologi, maupun bidang keilmuan lainnya, dengan menemukan pintu masuk-pintu masuk dari setiap bidang keilmuan tersebut, merekalah sosok yang akan mampu memberikan cahaya kepada siswanya, baik cahaya bagi akalnya maupun bagi jiwa rohaninya. Dari sisi ini, bisa dikatakan bahwa jalan paling efektif untuk mengukir dan memahat umat manusia sebagaimana sebuah patung dipahat oleh pematung yang ahli adalah dengan mendalami dan menekuni profesi guru. Oleh karena itulah Al-Quran sangat menekankan begitu pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan dan Junjungan Alam Baginda Nabi shallallahu alayhi wa sallam pun berulangkali membahas keutamaan masalah ini. Untuk itu, seorang individu yang ingin bermanfaat untuk bangsa, negara, dan kemanusiaan, dimana ia diharuskan melayani umat manusia dalam kondisi apapun dengan kesabaran ekstra, dan dengan demikian instrumen penting ini, yaitu profesi guru, secara mutlak harus diperhatikan.

Meluasnya Pengaruh Positif ke Lingkungan Masyarakat Diawali dari Seorang Siswa 

Meskipun ucapan kalimat syahadat seorang anak kecil yang belum balig secara syariah belum memiliki implikasi hukum, sebenarnya dari sisi psikologi manusia, mereka adalah saksi yang paling terpercaya di dunia ini. Apapun yang dikatakan terhadap dirinya akan dipercayainya. Dalam peribahasa Turki dikatakan “Cocuktan al haberi” yang berarti “ambillah seluk beluk beritanya dari anak kecil”. Maka dari sisi ini, lawan bicara yang dihadapi seorang guru bukan hanya siswa-siswanya saja. Karena setiap siswa, selain memiliki hubungan erat dengan ayah, ibu, paman, dan bibinya, ia juga masih memiliki banyak saudara dan kerabat lain yang tinggal dan hidup di sekitarnya. Seorang anak ketika pulang ke rumah, ia akan menjelaskan kepada anggota keluarganya segala hal yang dia alami dan bagaimana hubungannya dengan gurunya di sekolah. Bagaimana seorang guru menampilkan kepribadiannya kepada siswa-siswanya, demikian pula siswa-siswanya akan menggambarkan sosok kepribadian gurunya kepada anggota keluarganya di rumah. Sebagai contoh, seorang siswa kepada anggota keluarganya akan menggambarkan sosok guru yang menyayangi dan perhatian kepadanya dengan ungkapan:“Guru kami memberikan contoh yang mulia terhadap kami. Beliau mau mendengarkan curahan hati kami dan mencarikan solusi atas masalah-masalah kami. Ketika kami bersedih dia menghibur kami,” dan sebagainya. Penjelasan siswa tersebut kepada anggota keluarganya akan menjadi sebuah jalan bagi terbentuknya prasangka baik terhadap sang guru. Apalagi jika sang guru mampu membangun dialog dengan orangtua siswa lewat momen dan program seperti kunjungan ke rumah, piknik bersama orang tua, ataupun program-program lainnya, dapat Anda lihat bagaimana hanya dengan perantara satu siswa, Anda dapat membangun hubungan baik dengan seluruh anggota dari keluarga besarnya. Dari sisi ini, seorang guru saat ia mengayomi satu saja dari siswanya, lewat dialog dan komunikasi yang intens, tanpa disadari ia telah mengayomi satu keluarga besar dari sebuah masyarakat. Dengan ini dapat kita pahami bahwa pengaruh guru ternyata amat luas.

Menurut pandangan saya, pekerjaan yang memiliki keistimewaan seperti ini, harus dijalankan dengan baik meski masalah terberat datang sekalipun. Jika perlu seorang guru harus melanjutkan hidupnya hanya dengan melalui jalan ini saja hingga akhir hidupnya dan tidak harus menjadikan masalah kekurangan pendapatan sebagai alasannya. Karena tidak semua hal bisa dihitung dengan uang. Mungkin manusia yang paling miskin di dunia adalah para nabi. Tetapi mereka jugalah yang membangun singgasana dalam hati umat manusia, mengarahkan mereka ke jalan kebaikan dan juga menghadiahi umat manusia kehidupan baru yang lebih cemerlang. Dari sini saya tidak ingin bermaksud menyampaikan bahwa seorang guru harus memilih hidup dalam kemiskinan. Saya hanya ingin menjelaskan bahwa tidak semua hal bisa diukur dengan uang. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa seorang guru yang mampu memenangkan hati, masuk ke dalam jiwa, dan mengarahkan umat manusia untuk memilih tujuan hidup yang mulia sebenarnya telah berhasil meraih harta karun paling berharga.

Pada masa dimana aktivitas di bidang pendidikan telah berhasil mengglobal ke seluruh dunia seperti yang terjadi pada hari ini, profesi guru kini telah meraih perhatian yang lebih besar lagi. Bukan dengan paksaan yang dapat menimbulkan kebencian dan reaksi negatif, melainkan lewat karakter perangai Anda yang lembut dan penuh kasih sayang, Anda berusaha melakukan perjalanan menuju kalbu umat manusia. Dari sisi ini, saya berpendapat agar setiap siswa dari beragam tingkatan perlu dimotivasi untuk menekuni jalan lurus ini. Mereka juga perlu diarahkan untuk mengambil peranan di profesi keguruan ini. Namun jangan sampai salah dipahami. Tentu saja semua profesi yang menegakkan kaki masyarakat perlu diperhatikan dan diayomi. Tentu saja kekosongan di salah satu bidang kehidupan tidak boleh dibiarkan. Tetapi tetap tidak boleh dilupakan bahwasanya profesi Guru memiliki peranan istimewa dalam membangun dan membangkitkan masyarakat.

Mencetak Generasi Yang Berdoa di Sepanjang Hayatnya

Ketika masuk ke dalam pembahasan kenakalan dan sikap acuh tak acuh siswa terhadap pembelajaran, sebenarnya dari awal kita harus menerima bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk melakukan kenakalan dan tidak memedulikan pelajaran. Memang sudah menjadi salah satu tugas penting dari seorang guru untuk memahami masalah tersebut dan bersabar mengatasinya. Seorang pemahat patung saja menghabiskan banyak usaha agar ia dapat berhasil memahat sebuah batu menjadi sebuah patung. Ia berkeringat, kelelahan, dan pada akhirnya mampu mengukir dan mengolah sebuah batu menjadi karya seni yang indah. Sedangkan tugas dari seorang guru tentu saja tidak lebih mudah dari ini! Sang Guru harus mengukir dan memahat bahan mentah berupa seorang manusia dengan segala potensinya. Sang Guru akan mengantarkan siswa-siswanya ke tingkatan manusia yang hakiki. Dengan kata lain, sang guru bagaikan pandai emas. Ia akan mengolah bijih emas yang terdapat pada diri manusia dan membantunya menjadi sebuah prasasti agung. Ya, seorang guru bagaikan seorang seniman. Ia sekali lagi membangun sifat-sifat manusia. Meskipun demikian,  terkadang memang ada siswa yang memiliki masalah serius dan mengganggu kehidupan sosial lingkungan sekitarnya. Saat itu, sang guru lewat konsultasi dengan keluarganya menyusun program bimbingan rehabilitatif yang setidaknya mampu menghalangi efek negatif yang dapat ditimbulkan si siswa kepada masyarakatnya. Sambil dihalangi agar tidak memberi efek negatif, pada tingkatatan tertentu si siswa juga perlu dilindungi dan dijaga. Misalnya, jika diperlukan, orangtua bisa dipanggil ke sekolah dan kepada mereka kita berikan kesempatan untuk memantau putra/putrinya dari jauh. Setelah itu, lewat musyawarah wali kelas dan orang tua siswa, beragam solusi dan jalan keluar bisa didiskusikan.

Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam berhasil mencetak kerumunan manusia yang paling badui, paling ganas, paling fanatik dengan adat nenek moyangnya, yang selalu mencari-cari alasan agar bisa menumpahkan darah sesamanya menjadi guru peradaban. Prestasinya tersebut telah menjadikan beliau menjadi sosok yang paling dicintai oleh setiap kalbu. Demikianlah sosok beliau, hingga seseorang yang tadinya datang sambil berteriak lantang di depannya Shallallahu alayhi wasallam : Diantara kalian siapa yang bernama Muhammad anak dari Abdul Muthalib? lalu setelah menemuinya ia lalu mendengarkan dengan khusyuk setiap nasihat dari lisan Nabi kita yang mulia.. Itulah guru dan pembimbing yang paling agung. Ya, jika Nabi kita yang mulia mampu merubah manusia yang paling liar sekalipun menjadi sosok-sosok manusia yang kita panuti, ini artinya proses dan prestasi pengajaran serta pembimbingan tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin dicapai di periode waktu lainnya. Jika demikian, jika perlu para guru akan hidup dalam keprihatinan akibat berbagai macam problematika yang mungkin diciptakan oleh anak didiknya. Tetapi nantinya, para guru akan berhasil mencetak generasi yang akan mendoakannya di sepanjang umur kehidupannya. Semua amal kebaikan yang dilakukan siswa-siswanya juga akan dicatat para malaikat di buku amal kebaikan sang guru. Untuk hasil akhir yang seperti ini, maka sungguh kesabaran yang ditunjukkan para guru amatlah berharga.

Seorang guru mungkin tidak mampu mengantarkan siswanya ke tingkat yang dia inginkan dan semua siswa yang dia bimbing belum tentu berhasil dia dapatkan hatinya. Pada kenyataannya, tetap ada saja orang yang pergi meninggalkan bimbingan suci pemandu yang paling sempurna,  Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam. Untuk itu, tugas dari seorang guru hanyalah melakukan usaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Karena yang akan memberikan keputusan akhir adalah Allah Subhanahu wa ta’ala. Tetapi jangan pernah lupa, jika seorang guru mengerjakan profesinya, jika dia menganggap profesinya ini sebagai pekerjaan yang paling utama, jika ia menunaikan hak dari tugasnya tersebut dengan penuh kerja keras, jika ia menghadapi berbagai kesulitan yang menghadangnya dengan penuh kesabaran, maka Allah Subhanahu wa ta’ala tidak akan pernah menyia-nyiakan usahanya. Allah Subhanahu wa ta’ala pasti dengan berbagai anugerahNya  akan mengilhamkan beragam jalan keluar kepada dirinya.

Tidak Ada Masalah Yang Tidak Bisa Diselesaikan Dengan Representasi Keagungan Akhlak

Di dalam proses pendidikan terdapat satu hal yang tidak boleh kita lupakan ketika membimbing siswa, yaitu bagaimana kita bisa membimbing siswa dengan kedalaman representasi akhlak dan bahasa tubuh kita. Karena mereka yang condong pada keburukan, mereka yang karakternya terbuka untuk menjadi asfala safilin lewat karakter burukseperti syahwat, kemarahan, kebencian, pelanggaran terhadap hak orang lain, jika dibiarkan mereka pasti akan tergelincir ke jurang keburukan. Agar potensi baik dari seseorang dapat berkembang, maka ia hanya dapat diwujudkan lewat tangan pembimbing yang perangai, perilaku, dan karakternya bisa diambil sebagai contoh.

Dan yang terakhir, saya hanya ingin menyampaikan isi hati saya namun saya harap Anda tidak menganggapnya sebagai kebanggaan diri. Saya sekarang berumur 74 tahun. Tetapi jika hari ini pun mereka menugasi saya untuk kembali mengajar di Gubuk Kayu-ku di Kestanepazari (nama asrama dan masjid ketika Fethullah Gulen Hojaefendi bertugas sebagai pengajarnya di Izmir), saya akan segera berlari dan dengan senang hati mengerjakan tugas tersebut sebaik-baiknya. Barangkali beberapa orang menganggap remeh tugas tersebut. Bahkan mungkin pada hari ini pun, ada beberapa pihak yang menganggap remeh aktivitas muzakarah saya bersama teman-teman disini. Mungkin saja kesibukan saya bersama para siswa dan mahasiswa disini dipandang sebagai aktivitas yang tidak berharga. Akan tetapi, menurut saya aktivitas ini, yaitu aktivitas untuk menggenggam tangan manusia dan mengantarkannya ke derajat yang paling tinggi yang bisa dicapainya, adalah kesibukan yang paling penting di dunia ini.

Sebagai kalimat terakhir, menurut saya manusia harus mengetahui betapa agungnya profesi guru. Ia harus dilihat dan dinilai sebagai tugasnya para nabi. Pada kenyataannya, di antara para manusia yang konsentrasi melayani bangsanya, kita tidak mungkin bisa menemukan adanya profesi lain yang mampu menyetarai pelayanan yang diberikan oleh para guru. Andai Anda menjadi pengelola semua kebun dan ladang yang ada di seluruh dunia ini, hasilnya tidak akan setara dengan menjelaskan ilmu pengetahuan kepada tiga orang siswa. Atau lupakan hal tadi. Jabatan sultan sekalipun bukanlah sebuah jabatan yang mampu mengangkat manusia ke derajat teragung dari kemanusiaan itu sendiri. Bukankah para sultan terhebat sekalipun lahir dan berkembang potensinya di tangan para guru yang agung? Dan jika kita mempertimbangkan semua uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa orang-orang yang terdekat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah para guru yang mendedikasikan kehidupannya agar bisa bermanfaat bagi umur kehidupan orang lain. Karena sebetulnya merekalah yang membangun manusia. Sekali lagi, merekalah sosok yang membangun wajah dunia dan mengecapkan stempelnya pada peradaban masa depan.

(Diterjemahkan dari artikel Gelecegi Insa Edecek Fikir Mimarlari Dari Buku Mefkure Yolculugu)

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.