Makna Kata Takdir Yang Bersifat Jabbari (Ketentuan)

Makna Kata Takdir Yang Bersifat Jabbari (Ketentuan)

Makna kata takdir yang bersifat jabbari (ketentuan yang sudah digariskan bahkan sebelum sesuatu itu dilakukan) dapat diuraikan sebagai berikut. Allah Swt. berkuasa penuh terhadap segala sesuatu yang berada di alam semesta ini. Seperti disebutkan melalui beberapa firman Allah Swt. berikut, "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan (rahim) yang kurang sempurna maupun yang bertambah. Juga segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.Yang mengetahui semua yang ghaib, dan yang tampak; Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. Sama saja bagi Allah, siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, atau siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, juga siapa yang bersembunyi di malam hari serta yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari," (QS Al-Ra’d [13]: 8- 10).

Allah Swt. juga berfirman, "Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; juga Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu," (QS Al-Hijr [15]: 21).

Allah Swt. juga berfirman, "Dan Allah telah meninggikan langit, lalu Dia meletakkan neraca (keadilan)," (QS Al-Rahmân [55]: 7).

Dengan kata lain, pengertian takdir adalah segala ketetapan yang telah dibuat oleh Allah Swt. di alam semesta ini, sesuai dengan kehendak dan ilmu-Nya semata. Dan, segala sesuatu yang merupakan hasil ciptaan-Nya di alam semesta ini pasti berjalan sesuai dengan takdir dan ketetapan-Nya ‘Azza wa Jalla.

Kekuasaan penuh yang dimiliki Allah Swt. terhadap alam semesta ini diyakini oleh hampir semua orang, baik yang beriman maupun yang ingkar kepada aturan-Nya. Bahkan, seorang yang berfaham sekular seperti Karl Marx sendiri mempercayai, bahwa ada sebuah Dzat (Allah Swt.) yang mempunyai kuasa penuh terhadap alam semesta yang dalam bahasa mereka (kaum sekular) disebut sebagai determinizm. Hampir semua dari mereka meyakini, bahwa Allah Swt. adalah penguasa tunggal yang berkuasa penuh tehadap apa saja yang telah diciptakan-Nya. Sebagian ulama Islam, seperti Ibnu Khaldun, berkeyakinan bahwa Allah Swt. berkuasa penuh terhadap kehidupan semua orang, termasuk juga yang bersinggungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan sejarah manusia di belahan dunia bagian Barat.

Keyakinan Ahli Sunnah wal Jama'ah menetapkan, bahwa semua perilaku dan kehendak setiap orang pasti sesuai dengan kehendak dan ketetapan Allah Swt.. Misalnya, pada saat kita hendak membangun sebuah gedung, tentunya kita membutuhkan perencanaan terlebih dahulu yang harus disusun dengan baik dan teukur, agar bangunan yang kita kehendaki nantinya berdiri sesuai dengan keinginan kita. Inilah yang akan dilakukan oleh seorang ahli dan terlatih bila hendak membangun sebuah gedung; ia pasti ia merencanakan terlebih dahulu pembangunannya secara matang dan terukur.

Lalu mungkinkah menurut pendapat Anda jika Allah Swt. menciptakan makhluk yang bernama manusia tanpa direncanakan dengan baik dan detail? Tentunya hal itu sangat mustahil bagi Allah Swt.. Demikian pula halnya dengan bijibijian atau bibit pada tumbuh-tumbuhan, yang tidak mungkin akan terlepas dari takdir dan kehendak Allah Swt. dalam penciptaan maupun pertumbuhannya.

Dengan bahasa lain dapat disimpulkan, bahwa apa saja yang wujud (ada) di jagad semesta ini, sejak dari yang paling sederhana seperti bibit pada tumbuh-tumbuhan sampai dengan yang rumit seperti sperma yang menjadi bahan bagi terciptanya seorang anak manusia, semua itu tidak ada yang terlepas dari kehendak dan takdir Allah Swt.. Bahkan, jika ada sekelompok orang yang berusaha dengan bekerja sama sepanjang tahun untuk menciptakan sesuatu seperti pembungkus atau kulit bagi sebuah pohon (tanaman), tentu mereka tidak akan mampu sedikit pun melakukannya, meskipun mereka telah berusaha dengan sekuat tenaga mewujudkannya. Lalu, bagaimana jika mereka diminta untuk menciptakan kulit pada seluruh tumbuhan yang jumlahnya tidak pernah mungkin terhitung oleh akal sehat manusia?

Kini coba perhatikan tentang betapa singkatnya usia alam semesta yang luar biasa mengagumkan ini. Seorang yang berdiri di depan sebuah teleskop akan melihat secara jarak jauh antara satu bintang dengan bintang yang lain sejauh lima juta tahun cahaya.[1] Maksudnya, jika ada sebuah bintang yang terang kemudian ia padam, maka engkau tidak dapat melihat padamnya bintang itu kecuali setelah lima juta tahun dari waktu padamnya bintang itu.

Demikian pula andaikata Anda bisa menyaksikan seberkas sinar dari suatu bintang di langit, dan Anda ingin mendatangi bintang tersebut, tentunya Anda tidak dapat sampai ke tempat bintang itu, kecuali setelah lima juta tahun dari waktu yang tersedia. Oleh karena itu, jika seseorang memikirkan kejadian suatu bintang yang sedemikian jauh jaraknya dengan bumi, apakah alam semesta yang sebesar dan serapi itu susunannya tidak menimbulkan ketakjuban tersendiri bagi orang yang menggunakan akal pikirannya untuk menelaah?

Selain itu, perlu diketahui pula bahwa alam semesta yang sedemikian luasnya ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia yang sengaja dijadikan oleh Allah Swt. sebagai khalifah di atas bumi-Nya. Karena hubungan manusia dengan alam semesta akan menimbulkan kepercayaan pada adanya takdir dan ilmu Allah Yang Mahaluas. Karena, hanya Dia Swt. yang memiliki langit dan bumi dengan berbagai aturan serta timbangan yang sangat luar biasa dan begitu detail.

Adanya hubungan antara alam semesta ini dengan tubuh manusia sangatlah erat, sehingga seorang ilmuwan yang bernama Jean[2] pernah mengatakan, ‚Sesungguhnya Dzat yang telah menciptakan alam semesta ini dari susunan partikel, termasuk penciptaan manusia dan makhluk lainnya, semua itu telah diciptakan dengan luar biasa rapi dan sangat teratur, sehingga semua ciptaan-Nya menunjukkan betapa agung ilmu Allah Swt..‛

Apakah keagungan ilmu Sang Maha Pencipta yang sebesar itu tidak menimbulkan suatu keajaiban tersendiri bagi orang yang mau menggunakan akalnya untuk berpikir?

Andaikata seseorang di antara kita merencanakan suatu pekerjaan yang paling sederhana sekalipun terkait dengan kepentingan pihak lain, maka tentu ia akan berkonsultasi dengan para ahli yang dipercayai memiliki kemampuan di bidangnya. Sebab, jika terjadi suatu kesalahan pada saat menentukan salah satu arah atau tujuannya, maka sudah tentu rencana semula akan mengarah kepada apa yang tidak ia kehendaki. Kalau seseorang yang hendak melakukan pekerjaan yang sederhana saja membutuhkan segenap perencanaan yang matang jika menginginkan berhasil mencapai tujuannya, yaitu dengan mengarahkan pikiran dan merencanakannya secara baik tentang bentuk maupun segala keperluan yang dibutuhkan, maka demikan pula halnya pada saat Allah Swt. menciptakan alam semesta berikut seluruh isinya ini juga membutuhkan kekuasaan, perhitungan yang sangat matang, perencanaan, dan ketelitian yang sangat-sangat detail. Mahabesar kekuasaan Allah Swt. atas kesemua ciptaan-Nya, dan Dia Maha Berkehendak.

Mari kita perhatikan satu buah apel yang Anda letakkan di ujung mulut Anda. Setelah itu, perhatikan hubungannya yang sangat harmonis antara potongan buah apel dengan kedua bibir serta fungsi gigi dan lidah Anda. Perhatikan pula betapa banyaknya varian rasa dari buah apel yang tengah berada di dalam mulut Anda itu, karena buah apel itu mengandung berbagai vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh Anda. Kemudian perhatikan pula tentang pohon apel dan kebutuhan terhadap manfaat bagi tubuh pengonsumsinya, juga berbagai kebaikan yang terdapat di dalam kandungan buah apel itu sendiri. Selain itu, perhatikan pula beratus-ratus ribu bahkan berjuta jenis tanaman yang tersedia di sekitar kita. Demikian pula dengan berbagai jenis dari pohon yang bernama apel tersedia dalam berbagai varian bentuk maupun rasanya. Jika kita perhatikan baik-baik seluruh keajaiban yang tersedia pada satu saja dari jenis buah-buahan, maka tentu kita akan merasa kagum terhadap keagungan ilmu Allah Yang Mahaluas ketika menciptakan, mensuplai, mengatur dan sekaligus menjaga eksistensi seluruh alam semesta ini. Yang demikian itu hanyalah sebagian kecil saja dari contoh yang tersedia atas hasil ciptaan Allah Swt. di alam semesta ini.

Selanjutnya mari pula kita perhatikan dengan saksama sesuatu yang lebih kecil dari beberapa contoh di atas, dan atau persoalan yang justru lebih besar lagi; misalnya masalah perbintangan. Jika kita perhatikan baik-baik tentang adanya beratus ribu bahkan jutaan jumlah bintang di malam hari, pasti kita akan mengerti bahwa di sana ada sebuah sistem (aturan) yang sangat rapi, berimbang, teliti dan adanya takdir tersendiri yang berkaitan dengan segala sesuatunya. Setelah itu, mari kita bandingkan dengan persoalan yang terlihat sederhana di seputar sperma yang dimiliki oleh seorang laki-laki dewasa (suami), dimana sperma itu bergerak menuju mulut rahim seorang wanita (istrinya). Tentunya sperma itu hanya dapat bergerak dengan izin dan ketetapan dari Allah Swt.. Dengan izin Allah Swt. pula sperma itu akan menjadi janin (calon bayi), dan akan menjadi seorang manusia yang sempurna sesuai aturan DNA dan RNA-nya masing-masing. Sehingga pada setiap bagian dari anggota tubuh dari sang calon bayi akan berada di posisinya masing-masing.

Permasalahan di seputar takdir ini juga dipahami secara baik oleh para pakar ilmu perbintangan dan para ahli ilmu fisika, bahwa jarak antara satu benda di langit dengan benda yang lain telah ditetapkan oleh takdir secara teratur dan rapi. Sehingga masing-masingnya akan berputar pada porosnya, sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan oleh Allah Swt.. Adapun ketetapan yang telah digariskan oleh Allah Swt. bagi alam semesta ini tidak lain merupakan bagian dari takdir- Nya.

Segala sesuatu yang telah kami terangkan di atas hingga kini tergolong dalam takdir Jabbari. Maksudnya, takdir ini telah ditetapkan oleh Allah Swt. sendiri, sehingga tidak seorang pun dapat mengubah atau menolaknya. Allah Swt. menetapkan alam semesta ini dengan ilmu dan kehendak-Nya sendiri, apa saja yang dikehendaki oleh Allah Swt. pasti akan terjadi. Dia boleh berbuat apa pun sesuai dengan kehendak-Nya, dan tidak seorang pun boleh bertanya, mengapa Dia berbuat demikian atau lainnya? Sebab, Dia Mahakuasa lagi Mahaperkasa. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt. mempunyai hikmah tersendiri, meskipun hikmah itu tidak ada keharusannya. Sebab, Allah Swt. mempunyai sifat sebagaimana digambarkan melalui firman-Nya berikut ini, "Dia Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya," (QS Al-Burûj [85]: 16).

Bukankah bumi kita berputar pada porosnya, dan mengelilingi matahari menurut batas-batas edarnya masingmasing. Yang sedemikian itu tergolong ke dalam takdir Allah Swt., dimana tidak seorang pun dapat menghentikan atau mengubahnya sedetik pun. Demikian pula matahari dan bintang, masing-masing dari keduanya saling berputar pada garis edarannya masing-masing. Sehingga keduanya tidak pernah bertabrakan sesaat pun, karena sepenuhnya semua itu telah ditetapkan oleh takdir Allah Swt.. Inilah yang dimaksud dengan takdir jabbari. Seluruhnya hanya tunduk kepada kehendak Allah, dan tidak tunduk kepada kehendak yang lain (makhluk).

[1] Bahkan belum lama ini para peneliti luar angkasa berhasil mendeteksi adanya planet sejenis bumi yang identik, dan memungkinkan untuk bisa dihuni oleh manusia. Hanya saja, jarak tempuh yang bisa menyampaikan manusia untuk tiba di planet dimaksud membutuhkan waktu tempuh sekitar dua ratus tahun perjalanan manusia ke angkasa luar. Dengan kata lain, usia manusia saat ini sungguh tidak memungkinkan untuk bisa sampai ke sana; Subhânallâh (Mahasuci Allah)-penerj.
[2] Seorang ahli anatomi tubuh manusia terkemuka berkebangsaan Amerika Serikat-penerj.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.