Anugerah Rabbaniyyah
Tidak ada satu pun nabi atau rasul yang menyebarkan dakwah dari hasil pemikirannya sendiri atau dari hasil penalaran atas paham filsafat tertentu yang dianggap benar. Tidak ada satu pun nabi atau rasul yang melakukan itu dan mereka memang tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Allah-lah yang telah memilih individu tertentu untuk menjadi rasul. Ketika waktu yang ditentukan tiba, Allah akan menyerahkan tanggung jawab risalah kepada individu yang bersangkutan sambil memerintahkannya untuk menunaikan tugas kenabian yang diembannya. Setelah itu, orang tersebut pun mengumumkan kenabiannya.
Ya. Demikianlah adanya. Setiap nabi mendapatkan wahyu, hidup dengan wahyu, dan mati setelah semua wahyu yang harus diterimanya telah lengkap. Jadi, bagi para nabi dan rasul wahyu merupakan kebutuhan primer sebagaimana halnya oksigen, air, dan pangan bagi kita. Embusan kasih sayang ilahi menjadi santapan bagi jiwa mereka, dan aliran wahyu kudus nan suci selalu mengelus mereka laksana angin sepoi-sepoi. Mereka selalu teguh berjuang di tengah umat manusia selama embusan wahyu itu terus bertiup, dan ketika embusan itu berhenti, mereka pun terbang menuju Allah dengan sayap-sayap cinta yang mereka miliki.
Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang telah menyerahkan jiwa raga mereka kepada Allah, sehingga tak sekali pun mereka mengucapkan sesuatu yang berasal dari diri mereka sendiri. Yang diucapkan para nabi hanyalah apa yang memang dikehendaki Allah dengan gaya bahasa dan pola tutur yang diinginkan Allah Swt. Agama yang mereka bawa adalah agama yang diciptakan oleh Allah dan posisi mereka amat terbatas sebagaimana halnya posisi para rabbâniyyûn dengan tugas mereka.
Ketika para nari dan rasul berdakwah kepada umat manusia, mereka tidak dituntut untuk memberi hidayah. Jadi ketika manusia mau beriman atau pun ingkar, maka itu sama sekali bukan tanggung jawab mereka. Tugas mereka adalah menyampaikan risalah dengan sejelas-jelasnya. Dalam menjalankan tugas ini, mereka tidak pernah ambil peduli pada semua yang diucapkan atau dilakukan oleh musuh-musuh mereka. Dan dalam melaksanakan tugas, mereka tak pernah sedikit pun surut ke belakang atau menghentikan dakwah meski mereka menerima tawaran yang menggiurkan… “andai mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tengan kiriku agar aku menanggalkan dakwah ini, maka aku tidak akan pernah meninggalkannya atau aku harus mati dengan itu.”[1]
[1] Lihat: al-Sîrah al-Nabawiyyah, Ibnu Hisyam 1/285.
- Dibuat oleh