Sang Nabi Yang Dijanjikan
1-Doa Nabi Ibrahim as. dan Berita Gembira yang Disampaikan Isa as.
Suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Seperti apakah kiranya asal-muasal dirimu?” Rasulullah menjawab: “Aku adalah doa Ibrahim as. dan berita gembira yang disampaikan Isa putra Maryam as.”[1]
Al-Qur`an kemudian menyematkan masalah ini dalam dua ayat berikut:
Pertama: doa Ibrahim as.: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (al-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Baqarah [2]: 129).
Kedua: berita gembira yang disampaikan Isa as.: “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: ‘Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (QS al-Shaff [61]: 6).
Ya. Rasulullah memang tidak muncul begitu saja secara tiba-tiba. Alih-alih, beliau adalah nabi yang berita kedatangannya telah disampaikan sejak beratus tahun sebelumnya sehingga alam semesta benar-benar menantikan kehadirannya.
Dalil terbesar atas kenabian yang diemban Rasulullah adalah al-Qur`an yang dianggap sebagai mukjizat abadi sepanjang masa. Di dalam al-Qur`an terdapat begitu banyak penjelasan adialami dan ratusan ayat yang membuktikan kebenaran kenabian Muhammad sang Kebanggaan Semesta. Siapapun yang tidak mampu menyangkal kebenaran al-Qur`an pasti tidak pernah bisa menyangkal kebenaran risalah Muhammad. Tapi penjelasan tentang masalah ini bukanlah di sini tempatnya, karena saya akan menjelaskan hal itu pada bagian lain secara khusus. Penjelasan atas beberapa ayat yang akan saya ketengahkan di dalam buku ini pada topik tertentu tentu dapat pula menjadi bukti kebenaran risalah Rasulullah Saw.
2-Berita Gembira yang Disampaikan Taurat
Di sini saya akan utarakan sebagian berita gembira tentang kemunculan Rasulullah yang hingga hari ini masih termaktub di dalam Taurat, Injil, dan Zabur, meski ketiga kitab ini sekarang telah terkontaminasi oleh ratusan penyimpangan dan penyelewengan. Bagi Anda yang ingin lebih jauh mendalami topik ini, silakan Anda membaca beberapa buku yang saya gunakan sebagai rujukan dalam membahas hal ini. Khususnya sebuah buku yang berjudul al-Risâlah al-Hamîdiyyah karya Syekh Husein al-Jisr. Sedangkan di sini saya hanya akan menyampaikan beberapa penjelasan yang saya anggap penting.
a.Gunung Paran
Di dalam terjemahan bahasa Arab dari Kitab Taurat (Perjanjian Lama) yang dicetak di Inggris tahun 1944 terdapat ayat yang berbunyi sebagai berikut:
“Allah datang dari Sinai, dan terbit dari Seir, kemudian bersinar dari pegunungan Paran.” (al-Tatsniyah, bab 33 ayat 2).[2]
Maksud ayat ini adalah bahwa rahmat Allah Swt. akan memancar dari Sinai yang menjadi tempat di mana Allah “berbicara” dengan Musa as. sebagai rahmat kenabian yang Allah berikan kepada Musa as. Adapun yang dimaksud dengan “Seir” adalah Palestina yang telah menjadi tempat turunnya rahmat Allah dengan diutusnya Isa as. Selain kedudukannya sebagai salah satu di antara beberapa orang rasul yang paling istimewa, Isa al-Masih as. juga menjadi sosok yang menampakkan berbagai bentuk tajalliyat dan bermacam anugerah Allah Swt. Akan tetapi, jika kemudian dari ayat ini dipahami bahwa Musa as. dan Isa as. merupakan bukti tajalli dan “kenampakan” Allah, maka kita pasti akan menemukan banyak masalah dalam pemahaman seperti itu.
Di sinilah kemudian Islam memberikan jawaban dengan menjelaskan bahwa yang dimaksud “terbit dari Seir” adalah bahwa Isa as. lahir di Palestina melalui nafkhah (tiupan) Ilahiyah. Sedangkan yang dimaksud dengan “Pegunungan Paran” di dalam ayat ini, yang menjadi tempat terungkapnya rahasia keesaan Allah Swt., tidak lain adalah kota Mekah. Sebab di dalam bagian lain dari Taurat dikatakan bahwa Ibrahim meninggalkan putranya Ismail di sebuah tempat bernama Paran.[3] Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud “Paran” oleh Taurat adalah kota Mekah. Alhasil, nubuat yang tercantum di dalam ayat Taurat ini berhubungan dengan tiga nabi sekaligus: Nabi Musa as., Nabi Isa as., dan Rasulullah Muhammad Saw. sebagai nabi terakhir.
Lanjutan ayat Taurat ini berbunyi: “…bersamanya ribuan orang suci, di sebelah kanannya ada nyala api.”[4] Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad Saw. akan diperintahkan oleh Allah untuk berjuang bersama umat beliau.
Sebagaimana telah diketahui bahwa sebelum diangkat menjadi nabi, Rasulullah sangat gemar beruzlah di Gua Hira` untuk merenung dan bertafakur. Bahkan di gua inilah wahyu pertama akhirnya turun.
Kalau Paran dinyatakan sebagai bukan kota Mekah, maka tempat manakah yang paling tepat untuk disebut sebagai Paran? Tempat manakah selain Mekah yang memancarkan cahaya seperti yang dipancarkan Islam dari kota Mekah, yang nyalanya menerangi timur dan barat?
Ketika kita menemukan fakta bahwa ternyata tak ada tempat lain di bumi selain Mekah yang memiliki karakter seperti yang dijelaskan dalam ayat ini, maka tak lagi perlu disangsikan bahwa yang dimaksud “Paran” oleh Taurat (Perjanjian Lama) adalah Kota Mekah. Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya, ayat 2 bab 33 dari kitab Ulangan dan ayat 20 bab 21 dari kitab Kejadian yang berbunyi “…lalu ia tinggal di dataran Paran” memang menunjuk pada tempat yang didiami oleh Ismail as. Ayat ini dengan tegas telah menjadi dalil bahwa Paran tidak lain adalah Mekah. Tak ada seorang pun yang mampu membantah kebenaran ini. Semua bantahan atas kesimpulan ini selalu muncul dengan argumentasi yang dangkal dan tidak ilmiah. Apalagi bagian akhir ayat ini menunjukkan secara presisi keberadaan ribuan sahabat yang menemani Rasulullah di saat menaklukkan Mekah benar-benar menjadi bukti tak terbantahkan atas kesimpulan bahwa sosok yang dimaksud oleh ayat ini adalah Muhammad Saw.
b.Dari Keturunan Ismail as.
Sebuah ayat lain dari Taurat (Perjanjian Lama) berbunyi: “Kelak akan Kubangkitkan untuk mereka seorang nabi sepertimu di antara saudara-saudara mereka. Aku akan membuat firman-Ku di mulutnya. Dia akan mengatakan kepada mereka semua yang Kuperintahkan.” (al-Tatsniyah, bab 18 ayat 18).[5]
Di dalam ayat ini, Allah berfirman kepada Musa as. bahwa Dia akan mengutus untuk Bani Israel seorang nabi yang “sepertimu” dan “di antara saudara-saudara mereka” dan Allah akan membuat firman-Nya berada “di dalam mulut” nabi yang akan diutus itu agar ia dapat menyampaikan perintah Allah kepada mereka.
Pada ayat kesembilan belas, disebutkan lanjutan ayat di atas. Ayat tersebut berbunyi: “Dan barangsiapa yang tidak mematuhi ucapannya yang dia katakan dengan nama-Ku, maka Aku akan menuntut balas atas itu.”[6]
Ungkapan “saudara Bani Israel” yang terdapat dalam ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa sang nabi yang dijanjikan akan berasal dari keturunan Ismail as. Padahal satu-satunya nabi yang berasal dari Bani Ismail adalah Rasulullah Muhammad Saw.
Selain itu, ayat di atas juga menyatakan bahwa sang nabi yang dijanjikan akan datang dengan membawa syariat baru seperti halnya Musa as. Di dalam ayat ini juga dapat kita temukan petunjuk bahwa sang nabi yang dijanjikan akan muncul dalam kondisi buta huruf (ummiy).
Adapun berkenaan dengan “menuntut balas” yang disebutkan di ayat ini, maka itu menunjuk adanya hudûd dan berbagai macam hukuman atas pelanggar syariat yang notabene hanya terdapat di dalam agama Islam. Oleh sebab itu, maka sang nabi yang dijanjikan di dalam Taurat itu tidak mungkin Isa as. atau Yusa` as., karena kedua orang nabi ini berasal dari Bani Israel. Apalagi Isa as. tidak membawa hukum atau syariat baru dan hanya melanjutkan syariat Musa as. Sementara itu, Yusa’ as. juga tidak mungkin menjadi sang nabi yang dijanjikan sebab ia sama sekali tidak mirip Musa as. dan Yusa` juga tidak membawa syariat baru.
Sekarang mari kita lihat ayat al-Qur`an yang menyatakan: “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir`aun.” (QS al-Muzzammil [73]: 15). Ayat dengan tegas menyatakan bahwa Rasulullah memang benar-benar mirip dengan Musa as. Jadi, tampaknya kita tidak perlu dalil lain untuk menemukan keabsahan kesimpulan ini.
c.Beberapa Sifat Rasulullah yang Lain
Pada masa awal Islam, reputasi Abdullah ibn Amr ibn Ash ra., Abdullah ibn Salam ra., dan Ka’bul Ahbar sebagai orang-orang yang paling mengetahui kandungan kitab-kitab kuno sudah dikenal secara luas. Dari ketiga orang inilah diriwayatkan sebuah pernyataan bahwa di dalam Kitab Taurat yang masih asli terdapat ayat yang berbunyi sebagai berikut:
“Wahai nabi, kami telah mengutusmu sebagai saksi, pembawa berita gembira, pemberi peringatan, dan pelindung bagi orang-orang ummiy (buta huruf). Kau adalah hamba dan utusan-Ku. Kunamai kau al-Mutawakkil (orang yang bertawakal); dia tidak bersikap keras dan tidak berhati kasar serta tidak suka berteriak-teriak di pasar; tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi memberi maaf dan pengampunan; dan dia tidak akan dimatikan Allah sampai orang-orang yang menyimpang keyakinannya berkata ‘tiada Tuhan selain Allah’.”
Nah, sekarang mari kita selisik lebih jauh…
Siapakah sebenarnya sosok yang dimaksud oleh ayat Taurat di atas? Kita tentu tidak perlu mengernyitkan dahi untuk dapat mengetahui bahwa yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah seorang nabi baru yang ciri dan karakternya ternyata persis seperti yang dimiliki Muhammad Rasulullah Saw. yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta dan bagi seluruh umat manusia.
Lewat ayat ini seakan-akan Allah berkata kepada Rasulullah Saw.:
Wahai nabi, Kami telah mengutusmu kepada umat manusia sebagai pembawa kabar berita tentang jalan yang lurus; pembawa peringatan bagi setiap orang yang menempuh jalan menyimpang. Kau akan berdiri melawan semua kejahatan dan kenistaan untuk mengenyahkan semuanya serta menyelamatkan umat manusia agar tidak terperosok dalam api neraka. Kau akan menjadi cahaya terang bagi orang-orang yang terjebak dalam kegelapan jalan yang menyimpang itu untuk kemudian kau bimbing mereka menuju surga dan keridhaan Allah.
Kami telah mengutusmu sebagai pelindung bagi orang-orang yang ummiy (buta huruf) pada masa jahiliyah. Selama mereka mau mengikuti dan bersandar padamu, mereka pasti akan terlindung dan aman sentosa di bawah naungan rahmat dan karunia Allah Swt. Kau adalah hamba dan utusan-Ku –Ya. Kita semua menjadi saksi di setiap bacaan tahiyat shalat kita bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Aku telah memberimu nama al-Mutawakkil (orang yang bertawakal), sehingga meski seluruh semesta memusuhi dan memerangimu, kau takkan gentar sedikit pun. Ya. Setiap nabi memang memiliki ciri masing-masing dalam tawakal, tapi engkau memiliki ciri khas yang istimewa sehingga Aku menamaimu al-Mutawakkil (orang yang bertawakal).
Allah lalu berkata kepada alam semesta…
Nabi yang Kujanjikan ini bukanlah orang yang suka berteriak-teriak di tengah pasar; tidak mudah marah; tidak bersikap keras dan tidak berhati kasar. Dia adalah sosok yang sopan, berakhlak luhur, lemah-lembut, dan santun. Dia bukan sosok yang gemar meluapkan emosi di muka umum, karena sikap seperti itu mencerminkan kerapuhan rohani. Dia sama sekali terhindar dari semua bentuk sifat tercela seperti itu.
Nabi yang Kujanjikan itu tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan…
Suatu ketika, datanglah seorang badui menemui Rasulullah dan langsung menarik kuat-kuat serban yang beliau kenakan seraya berseru: “Berikan hakku!”
Alih-alih memarahi si badui yang kurang ajar itu, Rasulullah justru hanya tersenyum dan berkata kepada para sahabat: “Berikanlah haknya.”[7]
Ya. Rasulullah memang beberapa kali memaafkan kesalahan besar yang tidak melanggar syariat Allah. Anda dapat membayangkan betapa lapang dada dan pemaafnya Rasulullah terhadap kaum musyrik Mekah yang selama bertahun-tahun selalu menyakiti beliau, setelah beliau berhasil menaklukkan Mekah dan sebenarnya bisa memperlakukan mereka sekehendak hati beliau. Pada saat itu Rasulullah justru berkata: “Pergilah kalian… sebab kalian semua bebas merdeka.”[8]
Di dalam ayat Taurat itu juga dinyatakan bahwa Allah tidak akan mematikan Rasulullah kecuali setelah semua kaum jahiliyah yang tersesat dalam kegelapan mendapatkan hidayah cahaya yang dibawa oleh beliau. Allah pun menepati janji-Nya itu karena ketika Rasulullah berpulang ke rahmatullah, Allah telah menggenapi agama-Nya serta menyempurnakan nikmat-Nya. Selain itu Allah juga membanyakkan jumlah sahabat dan pengikut Rasulullah untuk menjadi representasi sesungguhnya dari agama ini. Sampai di sini, maka tujuan diutusnya Rasulullah memang telah sempurna dan tugasnya telah ditunaikan dengan baik, sehingga ketika beliau mangkat dan berpisah dengan umat beliau tercinta untuk berjumpa dengan sang Kekasih Hakiki, beliau telah lengkap menyampaikan risalah yang beliau emban.
Ya. Taurat memang dengan jelas merinci ciri-ciri Rasulullah sedemikian rupa. Ketika waktu yang ditunggu itu akhirnya tiba, Rasulullah benar-benar muncul dengan semua ciri-ciri yang telah disebutkan ribuan tahun sebelumnya. Semua penjelasan yang termaktub di dalam Taurat ternyata mengejawantah secara nyata pada sosok Rasulullah Saw. Jadi, jika muncul pertanyaan tentang siapakah gerangan nabi yang disebut-sebut oleh ayat Taurat itu? Apakah ada sosok lain di dalam sejarah yang ciri dan karakternya secara presisi serupa dengan apa yang disebutkan ayat tersebut? Jawabannya tentu saja tidak. Sosok nabi yang dijanjikan itu tidak lain memang Muhammad Saw.
3-Berita Gembira yang Disampaikan dalam Injil
a.Parakletos[9]
Di dalam Injil Yohanes terdapat sebuah ayat yang berbunyi: “Kristus berkata: ‘Sungguh aku akan pergi kepada Tuhanku dan Tuhan kalian agar Dia mengirimkan parakletos kepada kalian, yang dia akan datang dengan takwil.” (bab 16, ayat 7).[10] Parakletos berarti ‘roh kebenaran’ yang memisahkan antara yang hak dan yang batil.
Ya. Rasulullah memang sang Roh Kebenaran (Rûh al-Haqq), karena semua hati yang mati tidak akan hidup dalam kebenaran kecuali jika berpegang pada apa yang dibawa Rasulullah Saw. Beliau telah mengorbankan segalanya dan berjuang sekuat tenaga untuk menyampaikan hidayah kepada umat manusia. Setelah perjuangan yang dilakukan Rasulullah itulah kebenaran dan kebatilan dalam dibedakan dengan jelas. Jadi, berita gembira tentang kedatangan sang Parakletos yang disampaikan oleh Isa al-Masih as. dengan tegas menunjuk sosok Rasulullah Muhammad Saw.
Di dalam Injil Yohanes bab 14 ayat 15-16 dikatakan: “Jika kalian mencintaiku, kalian akan mematuhi perintah-perintahku. Sedangkan aku, maka aku akan memohon kepada Tuhan agar mengirimkan seorang penolong lain kepada kalian; yaitu Roh Kebenaran ‘Parakletos’, agar dia menetap bersama kalian selamanya.”[11]
Sekarang mari kita selisik ayat-ayat berikut ini:
“Parakletos adalah Roh Kudus yang akan dikirim Tuhan dengan nama nabi apapun seperti aku. Dia akan mengajari kalian segala sesuatu. Dia akan mengingatkan kalian atas semua yang telah kukatakan kepada kalian.” (Yohanes bab 14, ayat 26).[12]
“Ketika Parakletos datang, ia akan bersaksi untukku, dan kalian akan bersaksi untukku.” (Yohanes bab 15, ayat 26-27).[13]
“Tapi aku mengatakan kebenaran kepada kalian: lebih baik bagi kalian jika aku pergi. Karena jika aku tidak pergi maka Parakletos tidak akan datang kepada kalian. Tapi jika aku telah pergi, Dia akan mengirimnya kepada kalian.” (Yohanes bab 16, ayat 7).[14]
“Ketika Parakletos datang, dia akan menyadarkan alam akan dosa.” (Yohanes bab 16, ayat 8).[15]
Pada mulanya, Injil turun dalam bahasa Ibrani dan kemudian diterjemahkan ke bahasa Yunani. Terjemahan Injil dalam bahasa Arab yang kita dapati saat ini adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Dalam terjemahan bahasa Yunani, kata “Parakletos” tertulis secara utuh, tapi sayangnya kita tidak pernah mengetahui kata yang menjadi padanan kata ini dalam bahasa Ibrani. Adapun kata “Parakletos” sendiri sebenarnya merupakan terjemahan kata ini dalam bahasa Yunani. Bahkan dalam Injil bahasa Arab, kata ini ditulis fâraqlîth (فارقليط) sebagai transliterasi utuh dari bahasa Yunani. Oleh sebab itu, disebabkan bentuk penerjemahan yang absurd ini, maka kita tidak dapat menjadikan penyebutan kata “Parakletos” di dalam Injil sebagai landasan pembahasan kita, sebab akan jauh lebih tepat jika kita melihat langsung semua ciri dan karakter nabi yang dijanjikan kedatangannya oleh Injil beserta kesesuaian ciri-ciri tersebut dengan yang dimiliki Rasulullah Saw.
Berikut ini saya kutip sebuah syair yang digubah oleh seorang pecinta Rasulullah. Lihatlah betapa indah syair gubahan Jalauddin Rumi berikut ini:
Ciri-ciri Musthafa termaktub dalam Injil
Dialah rahasia para nabi dan samudera mereka yang jernih
Sifatnya, karakternya, peperangannya, puasanya, dan makannya
Semuanya tertulis di dalam Injil
b.Pemimpin Dunia
Di dalam Injil Yohanes bab 14 ayat 30 disebutkan bahwa al-Masih berkata: “Nanti aku tidak akan berbicara banyak dengan kalian, karena pemimpin dunia ini sedang datang kepadaku, dan tak ada sesuatupun yang dimilikinya ada padaku.”[16]
Di dalam kitab Zabur[17] bab 72 ayat 8 dan seterusnya dikatakan sebagai berikut:
Kerajaannya akan membentang dari laut ke laut. Dari sungai itu sampai ke ujung bumi. Di depannya tunduk penduduk daerah pelosok. Raja-raja Tarsyisy dan pulau-pulau membawa hadiah-hadiah kepadanya. Raja-raja Syaba dan Saba` menyampaikan upeti. Semua raja tunduk di depannya. Semua bangsa menjadi hambanya. Karena dia menyelamatkan orang miskin peminta tolong yang tertindas dan tidak memiliki penolong. Dia menyantuni orang fakir dan yang membutuhkan. Dia menyelamatkan jiwa-jiwa sengsara dan mengeluarkan jiwa mereka dari kegelapan dan kekejaman. Dia menjaga hidup mereka, karena hidup begitu berharga di matanya. Semoga hiduplah sang Raja. Semoga emas Syiba diberikan kepadanya. Semoga mereka berdoa untuknya selamanya, dan meminta berkah Tuhan untuknya setiap siang. Semoga banyak tanaman gandum di bumi, dan di puncak-puncak gunung, dan semuanya mekar seperti cedar Lebanon, dan penduduk kota berbunga seperti rumput di tanah. Namanya akan abadi selamanya. Namanya akan kekal seperti kekalnya matahari. Umat manusia akan mengambil berkah dengannya, dan semua bangsa menyatakan bahwa dia baik.[18]
Sebagaimana yang telah saya singgung sebelumnya, bahwa saya akan menyinggung topik ini sekilas sebagai sebuah cuplikan singkat saja dan bukan untuk membahasnya secara terperinci. Tapi saya benar-benar tidak dapat menahan diri untuk mengatakan bahwa meski sehebat apapun upaya yang dilakukan kaum Nasrani dan Yahudi, baik saat ini maupun di masa lalu, khususnya oleh orang-orang yang memendam kedengkian, dan meski sehebat apapun upaya pengubahan dan manipulasi yang mereka lakukan terhadap kitab suci mereka, tapi ternyata kitab Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil yang masih ada saat ini masih menyimpang banyak ayat yang berisi berita gembira atas kenabian Rasulullah Muhammad Saw. berikut tanda-tanda yang menunjuk kedatangan beliau.
Tapi saya yakin bahwa berkat kesungguhan para sejarawan kita, ada kalanya kita masih dapat menemukan beberapa naskah Taurat, Injil, dan Zabur yang tidak banyak terkontaminasi oleh tangan manusia. Ketika itu terjadi, pasti semua orang termasuk kalangan awam akan dapat melihat petunjuk sangat jelas yang tidak membutuhkan takwil dan penjelasan tambahan lagi atas kenabian Rasulullah Muhammad Saw. Tampaknya, hadits-hadits yang mengabarkan bahwa kelak ajaran Masehi akan kembali kepada kemurniannya semula adalah petunjuk atas hal ini.[19]
Di sisi lain, oleh karena al-Qur`an dan Sunnah telah menyatakan bahwa Taurat dan Injil yang asli memang menyampaikan banyak petunjuk mengenai sosok Rasulullah dan para sahabat beliau, maka segala bentuk penyangkalan atas hal ini adalah tindakan yang sesat dan menyimpang dari kebenaran.[20]
[1] Kanz al-‘Ummâl, al-Hindi 11/384.
[2] Dalam Injil Perjanjian Lama edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “…TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran…” (Ulangan 33:2).
[3] Lihat: Perjanjian Lama, Kejadian 21: 8-21, penerj.
[4] Dalam Injil Perjanjian Lama edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “…dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.” (Ulangan 33:2). Dalam Injil edisi Inggris di tengah ayat ini disebutkan kata “sepuluh ribu orang suci” yang dengan tegas menunjuk peristiwa Penaklukan Mekah oleh Rasulullah, tapi anehnya dalam semua Injil edisi bahasa Arab kata “sepuluh ribu” ini hilang.
[5] Dalam Injil Perjanjian Lama edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya..” (Ulangan 18: 18).
[6] Dalam Injil Perjanjian Lama edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.” (Ulangan 18: 19).
[7] Abu Daud, al-Adab, 1; al-Musnad, Imam Ahmad 2/377.
[8] Al-Sîrah al-Nabawiyyah, Ibnu Hisyam 4/55.
[9] Paraclete, Paracletus: Dalam Perjanjian Baru kata ini hanya muncul dalam Injil Yohanes (Yohanes 14:16, 14:26, 15:26, 16:7), yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai ‘Penolong’ atau ‘Penghibur’, penerj.
[10] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu..” (Yohanes 16: 7).
[11] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.” (Yohanes 14: 15-16).
[12] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 14: 26).
[13] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.” (Yohanes 15: 26-27).
[14] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Yohanes 16: 7).
[15] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.” (Yohanes 16: 8).
[16] Dalam Injil Perjanjian Baru edisi Indonesia ayat ini berbunyi: “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.” (Yohanes 14: 30).
[17] Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Mazmur” dan dalam bahasa Inggris “Psalms”, penerj-
[18] Dalam Injil Perjanjian Lama edisi Indonesia terjemah ayat-ayat ini berbunyi: “Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! Kiranya penghuni padang belantara berlutut di depannya, dan musuh-musuhnya menjilat debu; kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persemb kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin. Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya. Hiduplah ia! Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari! Biarlah tanaman gandum berlimpah-limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan; biarlah buahnya mekar bagaikan Libanon, bulir-bulirnya berkembang bagaikan rumput di bumi. Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia.” (Mazmur 14: 8-17).
[19] Al-Bukhari, al-Anbiyâ`, 49; Muslim, al-Îmân, 244-247.
[20] Lihat: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka…” (QS al-A’râf [7]: 157); “…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil…” (QS al-Fath [48]: 29); “Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: ‘Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (QS al-Shaff [61]: 6). Lihat pula: al-Bukhari, al-Buyû’, 50; al-Musnad, Imam Ahmad 2/174. Untuk penjelasan lebih rinci silakan lihat al-Khashâish al-Kubrâ, al-Suyuthi 1/18-31.
- Dibuat oleh