Kata Pengantar

Kebutuhan untuk dialog antar umat beragama telah mendapat penekanan dengan adanya berbagai peristiwa beberapa tahun terakhir ini. Dialog antar agama dipandang sebagai alternatif atas topik yang banyak didiskusikan “benturan peradaban”. Mereka yang tidak setuju dengan teori bahwa benturan peradaban tidak akan dapat dihindari mengusulkan selain dialog tentang peradaban, petukaran pandangan untuk saling memperkaya, berbagi pandangan yang dapat membawa semua orang memahami secara mendalam hakikat Tuhan dan Kehendak Tuhan untuk umat manusia di planet ini.

Itulah yang dibahas dalam buku ini. Buku ini menghadirkan pandangan-pandangan salah satu tokoh Muslim dan pemimpin spiritual yang berpengaruh di dunia Islam dewasa ini. Gerakan yang diilhami dan dipandu oleh Fethullah Gulen menawarkan kepada umat Islam untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Islami di tengah-tengah berbagai tuntutan masyarakat modern. Dari tempat asalnya di Turki, gerakan tersebut menyebar dengan cepat, melalui sekolah-sekolah di berbagai negara, melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan dan media massa, dan melalui proyek-proyek sosial dan forum-forum dialog yang diselenggarakan orang-orang Turki yang tersebar di Eropa, Amerika Utara, dan Australia, hingga pengaruh gerakan Gulen dirasakan di semua wilayah baik yang berpenduduk mayoritas beragama Islam maupun yang minoritas.

Buku ini memiliki tujuan ganda. Di satu sisi, buku ini mengajak umat Islam untuk benar-benar menyadari bahwa Islam mengajarkan perlunya dialog dan umat Islam dituntut untuk bisa menjadi agen-agen dan saksi-saksi kasih sayang Tuhan yang universal. Fethullah Gulen menunjukkan pengetahuannya yang luas tentang Islam dengan membawa serta al-Qur’an dan Hadis yang dilaporkan dari Muhammad, dan pandangan-pandangan para tokoh Muslim selama berabad-abad, untuk membangun argumen yang meyakinkan bahwa toleransi, cinta, dan kasih sayang adalah nilai-nilai Islam yang sebenarnya yang harus dibawa oleh umat Islam ke dunia modern.

Di sisi lain, buku ini berisi ajakan kepada non-Muslim untuk tidak berprasangka, curiga, dan kurang percaya sehingga bisa memahami Islam yang sebenarnya. Seseorang yang pengetahuannya tentang Islam sebatas judul-judul berita di koran cenderung percaya bahwa agama tersebut mengajarkan terorisme, serangan bunuh diri, penindasan terhadap perempuan, dan kebencian terhadap orang-orang di luar komunitasnya. Siapakah yang sudi berdialog dengan orang-orang yang mempromosikan aksi-aksi seperti itu? Siapa yang mau tinggal bersama dengan orang-orang yang memiliki perilaku seperti itu?

Namun demikian, melalui tulisan-tulisan Fethullah Gulen, para pembaca akan mengetahui bahwa interpretasi yang benar terhadap ajaran Islam menunjukkan lebih pada nilai-nilai spiritual seperti ampunan, kedamaian batin, keharmonisan sosial, kejujuran, dan kepercayaan kepada Tuhan. Dalam mengungkapkan nilai-nilai Islam ini, yang juga dimiliki oleh para penganut berbagai agama yang lain, penulis tidak hanya mengajak orang-orang Muslim untuk ikut berdialog, tapi juga menyertakan non-Muslim dalam diskusi mengenai cita-cita bersama.

Saya bisa mengutip kasus saya sendiri sebagai contoh. Saya seorang Pendeta Katolik, orang Amerika yang tinggal di Roma. Saya sudah mengetahui anggota-anggota gerakan yang diprakarsai Fethullah Gulen selama lebih dari satu dekade, dan saya dapat menyatakan bahwa mereka secara tulus dan mengesankan menjalankan ajaran-ajaran pemandu spiritual mereka. Mereka dengan hormat menyapa Gulen “Hoca Effendi”, yang berarti “Guru”. Apa yang ada dalam buku ini diambil dari al-Qur’an dan Hadis, membentuk sikap-sikap yang dapat digunakan orang-orang muslim untuk mempraktekkan komitmen keagamaan merka. Dalam membawa serta tulisan-tulisannya yang sudah muncul di berbagai jurnal dan wawancara, sebagaian diantaranya belum pernah muncul dalam bahasa Inggris, Fethullah Gulen telah dengan baik melayani mereka yang ingin mengetahui cita-cita yang menandai gerakan ini.

Tahun lalu saya memberi kuliah di Urfa dan Gaziantep di Turki bagian timur. Saya diundang untuk menemui, dalam perjalanan pulang ke Roma, sekelompok orang-orang muda di Istanbul pada pertemuan yang diadaklan oleh gerakan Gulen. Sesampai di sana, saya terkejut mendapati perkumpulan sekitar 4.000 pemuda. Ketika berbicara di hadapan mereka, saya tahu bahwa mereka mewakili berbagai kalangan pemuda Istanbul, sebagian mahasiswa teknik, kedokteran, dan ilmu komputer, sebagian lainnya karyawan dan karyawati. Beberapa wanita diantaranya bekerja sebagai sekretaris, agen perjalanan, atau guru sekolah. Saya bertemu pemuda yang bekerja di bank, sopir truk, dan pekerja bangunan.

Mereka adalah para pemuda yang bergembira dan antusias yang berkumpul bersama untuk memperingati maulid Nabi Muhammad. Sungguh aneh bahwa saya, seorang pendeta Katolik, diundang untuk berbicara di hadapan mereka dengan tema “Rasulullah, Rahmat bagi Umat Manusia”. Ceramah saya diikuti dengan pembacaan puisi untuk menghormati Muhammad, dan malam itu ditutup dengan penyanyi terkenal Turki yang membawakan lagu puji-pujian kepada Tuhan dengan diiringi gitar elektrik. Saya merasakan malam itu, seperti dalam banyak acara, bahwa jika Fethullah Gulen dan gerakannya telah mampu menanamkan pada sekian banyak pemuda keinginan untuk memuji dan bersyukur kepada Tuhan dan untuk hidup dengan cinta dan saling menghormati satu sama lainnya, mereka pasti telah terlibat dalam upaya spiritual yang sangat berharga.

Orang-orang non-Muslim akan setuju bahwa inilah orang-orang yang bisa diajak untuk hidup berdampingan dan bekerja sama untuk kemaslahatan semua orang, namun tak diragukan lagi akan bertanya tentang pandangan-pandangan Gulen dan gerakannya terhadap orang lain di di dunia Muslim yang mudah berbuat kekerasan. Dalam buku ini, penulis juga membahas pertanyaan “sulit” ini dalam bagian “Jihad-Terorisme-Hak Asasi Manusia”, yang menjelaskan pengertian jihad dan menyatakan secara jelas bahwa seorang muslim sejati tidak akan pernah terlibat dalam terorisme.

Saya tutup Kata Pengantar ini dengan mengutip bagian yang meringkas pendekatan Gulen sebagai guru spiritual:

 

Seandainya saya punya kemampuan untuk membaca pikiran orang, yaitu, seandainya saya punya kemampuan untuk mengetahui setiap orang dengan karakteristik khusus masing-masing, saya tentunya akan membimbing setiap orang menuju bukit kesempurnaan yang paling layak untuk mereka. Saya akan merekomendasikan refleksi, kontemplasi, pembacaan berkelanjutan; saya akan memberitahu mereka untuk mempelajari tanda-tanda Tuhan di alam di diri manusia itu sendiri; saya akan menyarankan kepada orang lain untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a tertentu secara regulaer; saya tetap akan memberitahu orang lain untuk terus merefleksikan fenomena “alam”. Yakni, saya akan memberikan tugas-tugas kepada orang-orang pada bidang masing-masing sesuai kemampuan alami mereka.

Thomas Michel, S.J., Roma, 25 Mei 2004

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.