Makna Hidup

Fethullah Gülen: Makna Hidup

Apakah semua kesulitan hidup akan bertahan terus? Jawabannya tergantung pada apa tujuan hidup kita. Sebenarnya, memahami tujuan hidup adalah proses yang pelan dan sangat mengasyikkan. Kita merasakan misterinya sambil merenungkan keberadaan kita dan umat manusia. Oleh karena itu, konsep kita tentang kehidupan berkembang secara bertahap sepanjang hidup.

Tujuan penciptaan kita jelas: untuk mencapai tujuan yang terbaik dalam hal keimanan, pengetahuan, dan spiritualitas; untuk merenungkan alam semesta, umat manusia, dan Tuhan, dan dengan demikian membuktikan status kita sebagai manusia. Cita-cita ini hanya bisa diraih melalui pemikiran dan perilaku yang sistematis. Pemikiran akan memprovokasi tindakan, dan kemudian memulai “siklus yang berkembang”. Siklus ini akan menghasilkan siklus yang lebih kompleks, yang dihasilkan dari spiritualitas hati dan pengetahuan otak, kemudian mengembangkan ide-ide yang bertambah kompleks dan menghasilkan proyek-proyek yang lebih ambisius.

Melakukan proses semacam ini memerlukan keyakinan, kesadaran, dan pemahaman yang kuat. Orang-orang dengan karakteristik ini mampu melihat dan menganalisis gaya hidup orang lain yang tidak reflektif. Orang-orang seperti ini merenung, melakukan apa yang mereka yakini benar, dan kemudian merenungkan perilaku mereka, sehingga terus memperdalam pikiran dan memperoleh ide-ide baru. Mereka percaya bahwa hanya orang-orang yang banyak merenung yang sangat produktif, dan bahwa rasa sakit dan penderitaan yang mereka alami membuat keyakinan mereka bertambah kuat dan lebih dapat diterima.

Mereka menjalani kehidupan perenungan dengan mengamati penciptaan setiap hari, kadang-kadang membacanya seperti sebuah buku atau menyulam pikiran mereka dengan kebijaksanaan yang mereka peroleh. Percaya bahwa alam semesta diciptakan untuk “dibaca” dan dipahami, mereka melihat tujuan penciptaan tidak kurang dari itu.

Dengan sendirinya, kehidupan adalah benar-benar karunia yang membawa kita ke jalan yang penuh dengan karunia. Karenanya, kita harus menghargai nilainya. Karena kita telah diciptakan bersama dengan karunia seluruh alam semesta, maka kita harus memanfaatkan karunia dan fasilitas dari semua ini.

Untuk mencapai tujuan ini, kita harus menggunakan kekuatan berkehendak kita—suara yang diperhatikan dan berharga yang dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Kuasa—dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan kita sejauh mungkin, sehingga membuktikan bahwa diri kita adalah makhluk yang memiliki kehendak. Tugas kita adalah untuk merenungkan tempat kita dalam kehidupan, tanggung jawab kita, dan hubungan kita dengan alam semesta yang luas. Kita harus menggunakan pikiran batin kita untuk mengeksplorasi sisi penciptaan yang tersembunyi. Ketika kita melakukannya, kita akan mulai merasakan keadaan yang lebih dalam pada diri kita, melihat hal-hal dengan cara berbeda, menyaksikan bahwa tiap peristiwa tidak seperti yang terlihat, dan menyadari bahwa semuanya mengkomunikasikan sesuatu kepada kita.

Saya percaya bahwa ini harus menjadi tujuan kehidupan yang sebenarnya. Kita adalah makhluk hidup yang paling penting dalam alam semesta ini. Pada kenyataannya, kita lebih sebagai jiwa dan esensi alam semesta; dari diri kita seluruh alam semesta dikembangkan. Dengan demikian, kita harus merenungkan dan mengamati alam semesta sehingga kita bisa menyadari dan memenuhi tujuan penciptaan. Tugas kita adalah untuk mencari wawasan dan kegembiraan Ilahiah dalam hati dan jiwa, karena hanya jalan hidup ini yang bisa menggerakkan kita melewati upaya-upaya yang membuat frustrasi dalam kehidupan yang benar-benar materialistis dan menyakitkan.

Apa yang membuat hidup yang menyakitkan ini layak dijalani adalah sukacita yang kita rasakan sambil bergerak di sepanjang jalan dan menerima karunia-karunia ini. Mereka yang melalui jalan ini selalu senang dengan berbagai wawasan. Mereka berjalan dengan antusias menuju tujuan akhir mereka seperti air sungai yang mengalir ke laut.

Kita tidak percaya bahwa kebahagiaan berasal dari sumber-sumber eksternal yang bersifat sementara. Kebahagiaan sejati berasal dari dalam, semakin dalam sejalan dengan hubungan kita dengan Tuhan, dan berubah menjadi suatu kehidupan yang kekal di surga . . . ya, inilah betapa senangnya kita. Dunia batin kita adalah bidang pengtehuan Tuhan, dan kesadaran kita mengikuti pengetahuan ini. Saat kita memberi isyarat dan menunggu sepanjang hidup untuk melihat sekilas, jiwa kita bernyanyi melafalkan kenikmatan:

 

Hati kita adalah takhtamu, wahai Raja! Selamat Datang di hati kita!
M. Lutfi[1]

Generasi kita membutuhkan panduan untuk mengajar kita bagaimana untuk mencapai keimanan, proses berpikir, dan kebahagiaan semacam itu. Bimbingan mereka akan memungkinkan generasi muda kita untuk menikmati masa muda dan kehidupan yang lurus. Mereka akan mengalami keberadaan dan ketiadaan sebagai hal yang sama ketika mereka merasakan keabadian dalam jiwa mereka; mereka akan dapat menyadari bahwa mereka dapat melakukan lebih daripada yang mereka pikir hanya dalam beberapa saat. Mereka akan melihat akhirat tercermin dalam segala hal dan kemudian menyaksikan kehidupan yang tak berujung; mereka akan menemukan bahwa kehidupan itu layak dijalani, mereka akan menyaksikan bahwa semua ciptaan terbit dan terbenam dalam jiwa mereka, dan mereka akan melakukan perjalanan melalui dimensi jiwa mereka, seolah-olah mereka melakukan perjalanan menembus galaksi, mengamati ketakterbatasan dalam dimensi yang telah mereka capai selama kehidupan fana ini.

[1] Muhammad Lutfi Effendi (1868-1956): Juga terkenal dengan Alvarli Efe, karena telah menjadi imam di daerah Alvar, Erzurum selama 24 tahun, dia termasuk salah satu sarjana tersohor, penyair, dan tokoh spiritual Turki.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.