Menjaga Empati
Setiap mukmin khususnya para da'i, hendaknya mempunyai perasaan sangat prihatin ketika melihat kesesatan dan pembangkangan umatnya terhadap agama Allah. dengan perasaan itu, maka hatinya akan tergerak untuk membimbing ke jalan yang lurus, seperti yang dirasakan oleh Rasulullah Saw., ketika melihat kaumnya sangat sesat, sehingga Al-Qur'an menggambarkannya sebagai berikut, seperti yang disebutkan dalam firman Allah, “Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman,” (QS Al-Syu'arâ' [26]: 3).
Firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa beliau Saw. sangat gusar dan menghawatirkan keselamatan umatnya ketika mereka menentang ajaran Islam. Sifat ini hendaknya dimiliki oleh para da'i.
Perbuatan murtad atau seorang yang keluar dari Islam yang dulunya ia yakini dengan benar termasuk perbuatan yang merugikan umat Islam. Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa seorang yang murtad dari Islam harus dibunuh. Akan tetapi, kebanyakan ulama berpendapat bahwa seorang yang telah keluar dari Islam, maka pejabat negara harus menyadarkanya dan mengajaknya kembali ke dalam Islam dengan dalil-dalil yang dapat melunakkan hatinya, tetapi kalau ia tidak mau kembali kepada Islam, barulah ia dibolehkan untuk dibunuh.[1]
Karena Islam menganggap keluarnya seorang muslim dari Islam akan membahayakan perasan muslim lainnya, karena itu para pemuka Islam tidak boleh tinggal diam menghadapi orang murtad.
Disebutkan Khalid Ibn Walid pernah terburu-buru membunuh seorang muslim yang baru keluar dari Islam, tanpa disadarkan lebih dulu untuk kembali ke dalam Islam. Sehingga Beliau Saw. sangat kecewa dan seraya berdo'a, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan Khalid terhadap mereka.”[2]
Kekecewaan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. pernah juga dirasakan oleh sahabat „Umar Ibn Khaththab, ketika ada seorang laki-laki dari Yamamah dan yang bertanya tentang sesuatu yang penting kepadanya, tetapi sahabat-sahabat „Umar menyebutkan bahwa laki-laki itu adalah seorang muslim yang telah keluar dari Islam, tanya „Umar, “Apa yang kalian lakukan terhadapnya?” Jawab mereka, “Kami memenggal lehernya.” Mendengar ucapan mereka, maka „Umar sangat terkejut seraya berkata, “Mengapa kalian tidak menahannya lebih dulu selama tiga hari, memberinya makan sepotong roti setiap hari dan menyuruhnya bertobat, agar ia mau kembali ke jalan Allah.” Kemudian „Umar berdo'a, “Ya Allah, aku tidak menyuruh mereka untuk membunuhnya dan tidak rela dengan perbuatan mereka.”[3]
[1] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai Diat, hadis nomor 6. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada pembahasan mengenai al-Qasamah, hadis nomor 125.
[2] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai al-Maghazi, hadis nomor 58. Dapat pula dirujuk ke dalam kitab yang berjudul al-Shîrah, karya Imam Ibnu Hisyam, Jilid 4, halaman 7.
[3] Lihat lebih lanjut dalam al-Muwaththa’, karya Imam Malik bin Anas, pada pembahasan mengenai al-Akdîyah, halaman 58.
- Dibuat oleh