Perasaan – Getaran Jiwa dan Akal Salim

Apa yang Iman Janjikan Kepada Kita

Pertanyaan: Apa saja kebaikan-kebaikan yang iman janjikan kepada kita? Apakah boleh membicarakan tentang usaha meningkatkan derajat dalam merasakan keindahan iman pada kalbu seseorang?

Jawab: Sudah banyak sekali dibahas tentang keindahan yang iman janjikan kepada kita dan juga keselamatan di dunia dan akhirat. Secara khusus, Bediuzzaman membahas topik ini secara detail dalam beberapa bagian di dalam risalahnya.

Ketika membahas topik ini, bisa diperhatikan keimanan memberikan seseorang pandangan yang jauh dan luas dalam memperoleh dan memahami pengetahuan tentang kehidupan dan eksistensi. Misalnya, ketika seorang pemuda yang beriman memandang sebuah penciptaan, dia melihat kejadian tersebut sebagai sahabat dekat dan sejati. Oleh karena itu, dia tidak pernah merasa cemas kepada jalan hidupnya atau sahabatnya tersebut. Dia akan bersyukur atas cahaya iman yang diberikan pada kehidupannya, dia akan melihat masa lalu dan masa depan sebagai cahaya yang terang benderang; tidak akan melihat masa lalu sebagai kuburan yang menyeramkan, atau masa depan sebagai lubang kematian yang siap menelannya.

Sebuah hal wajar bagi manusia untuk memiliki rasa takut dan kecemasan akan masa depannya. Tetapi cahaya dan harapan yang dibawa oleh iman mengalahkan ketakutan ini, karena seseorang dengan keimanannya mengerti bahwa untuk menyembuhkan ketakutan dan menghindari penderitaan ini sangat jauh dari kemampuan manusia. Apakah kegelapan alam kubur dan alam barzakh membuatnya risau? Iman yang akan menjadi cahaya di sana. Apakah menyeberangi jembatan sirath membuat cemas? Iman akan menjadi kuda tunggangan yang membuatnya secepat kilat melewati sirath. Apakah hari perhitungan amal membuatnya khawatir? Iman akan menjadi tempat perlindungan terbaik dari api neraka. Pada jalan panjang kehidupan ini, iman bagaikan buku petunjuk yang mendampingi di sampingmu dan menjanjikan kebenaran dan keselamatan. 

Kematian dan Burung Unta

Pada hakikatnya, iman membawa benih spiritual dari pohon Touba di Surga, sehingga seseorang dengan iman akan hidup dengan damai ketika di dunia. Dengan iman, seseorang akan terbebas dari rasa takut akan musnah dan ketiadaan. Entah bagaimana sikap dan apa yang orang-orang kafir nyatakan tentang hal ini, tidaklah mungkin isi hati dan pikiran dari orang yang tanpa iman akan terbebas sepenuhnya dari kecemasan akan ketiadaan. Ketakutan dan kecemasan ini kadangkala menjadi sangat membuncah sehingga mereka mengalami bagaikan sedang berada di neraka ketika di dunia ini. Demi melepaskan diri dari tekanan ini, manusia banyak sekali menceburkan diri kepada kesenangan dan hiburan belaka. Tidak jarang yang memuaskan hatinya dengan alkohol dan obat-obatan dan kadang-kadang menuruti nafsu hewani, mereka mencoba membebaskan diri dari kecemasan dan tekanan dalam jiwanya, yang diakibatkan oleh ingatan akan kematian dan membusuk dalam tanah. Dengan kata lain, mereka sengaja membuat dirinya lupa. Seperti sebuah usaha untuk memanipulasi diri. Meskipun sepertinya kesenangan ini akan menghibur sementara, itu hanyalah usaha yang sia-sia dan tidak akan menolong. Menguburkan kepala di dalam tanah tidak akan menyelamatkan burung unta dari pemburu yang sudah siap membidik, adalah tidak mungkin kesenangan belaka dapat menyelamatkan manusia dari apa yang paling mereka takutkan. Satu-satunya jalan keselamatan dari segala kecemasan ini yang mengantarkan manusia ke pintu surga adalah iman; sebuah perahu penyelamat, petunjuk yang benar, dan harapan yang hakiki.

Seberapa banyak dosa yang seseorang telah perbuat, dia tetap sangat mengharapkan akhir yang indah, jika dia sungguh-sungguh beriman; ini adalah sifat alami keimanan. Menurut Ahlus-Sunnah wa al-Jama'ah, seberapa banyak dosa seseorang - jika dia beriman - tidak akan disiksa selamanya di dalam neraka. Jika seseorang memiliki iman meski hanya sebiji gandum, maka dosa-dosa bisa dibersihkan darinya. Karena dosa tidak berpangkal dari iman. Sebaliknya, dosa timbul dari sikap yang tidak sesuai dengan keimanan yang hakiki. Dengan kata lain, dosa adalah virus yang masuk ke dalam seseorang melalui lubang-lubang di dalam keimanan seseorang. Sebagaimana orang kafir, dosa dan pelanggaran tumbuh dari watak aslinya. Karena alasan inilah, dosa dan pelanggaran melekat pada kekafiran. Sebagai pengingat kembali, jumhur ulama sepakat jika seseorang dengan iman meski sebesar biji gandum akan masuk ke dalam surga. Untuk itulah (semoga Allah melindungi kita), bahkan jika seseorang melakukan perzinaan, pencurian, atau dosa-dosa lain, pada akhirnya dia akan memperoleh kebahagiaan abadi jika dia memiliki iman. Seandainya dia menyesali dosa-dosanya dan Allah menerima tobatnya, orang itu akan masuk ke surga tanpa disiksa di neraka. Semua ini adalah keindahan yang iman janjikan dan tidak ada yang bisa menggantinya. Iman adalah sumber kekuatan. Dengan sumber kekuatan yang abadi ini, selalu ada harapan agar terbebas dari jurang sempit duniawi dan berlayar ke kehidupan yang abadi.

Kebaikan yang Tercermin di Kehidupan Akhirat

Iman membuat seseorang menjadi sosok yang menginspirasi kebenaran dalam sebuah lingkungan, bahkan ke seluruh dunia. Membuat dunia seseorang menjadi lebih luas. Seorang muslim sejati melihat dunia ini sebagai buaian persahabatan, dan karenanya memandang semua orang sebagai saudaranya dalam batas-batas tertentu. Sebagaimana yang Ali ibn Abi Talib sampaikan, mereka memperlakukan orang lain sebagaimana saudaranya sendiri, orang-orang Muslim berada dalam keimanan dan seluruh manusia berada dalam kemanusiaan. Tentu saja, pengetahuan keimanan mereka sangat berbeda, mereka meyakini bahwa mereka akan bersama-sama di alam barzakh, hari kiamat, dan hari Penghitungan (Yaumul Hisab). Orang dengan tingkat keimanan ini tidak akan merusak hubungan persaudaraan dengan lingkungannya menjadi sekedar hubungan timbal-balik atau untung-rugi; sebaliknya, mereka akan berusaha membangun sebuah ikatan dan persaudaran yang akan berlanjut hingga kehidupan selanjutnya. Jika sebuah ikatan dan persaudaraan memiliki nilai lebih di sisi Allah, maka hal ini akan semakin mendekatkan orang-orang beriman kepada Allah dan membuat mereka berhasil di dunia maupun akhirat sebagaimana yang sudah dijanjikan oleh iman. Hal ini seperti yang Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam sabdakan, "Tangan Allah (pertolongan) bersama jamaah,". Allah Subhanahu Wa Ta’ala melindungi orang-orang yang hidup dengan semangat ini dari tangan-tangan jahat dan menjanjikan keberhasilan usaha mereka, Dia juga akan menganugerahi mereka dengan kebersamaan di akhirat. Dengan kata lain, mereka akan memperoleh buahnya tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ ۖ

"Pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain..." (Ibrahim 14:48), dari atom-atom menjadi entitas surgawi, semua hal akan mengalami perubahan wujud. Oleh karena itu, sifat perasaan dan pemikiran seseorang akan berbeda, dan amal baik selama di dunia dan hubungan persahabatan akan memperoleh tingkatan yang lebih di akhirat. Siapa yang tahu seperti apa orang-orang akan merasakannya dan betapa indahnya persaudaraan antar orang beriman. Mungkin menjumpai mereka saja akan memberikan rasa nyaman di hatimu sehingga kamu akan berpikir sama rasanya seperti mendapat berkah dari surga. Sesungguhnya, sebagaimana yang telah Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam sampaikan, Allah menyiapkan surga bagi hamba-hambaNya yang salih, mengganjarnya dengan sesuatu yang belum pernah dilihat, belum pernah didengar, dan tidak pernah dirasakan oleh hati manusia. Berkah yang Allah berikan di surga tidak pernah terbayangkan. Dan berkah ini akan berkali-kali membalas amal baik selama di dunia dalam wujud dan sifat yang berbeda.

Untuk menjawab pertanyaan yang kedua, dapat dijelaskan dengan singkat: setiap orang merasakan dan mengalami keindahan yang telah iman janjikan sesuai dengan kadar dan kedalaman iman masing-masing. Sebagian hanya merasakannya dalam tingkat keilmuan saja sesuai apa yang mereka dengar dari guru mereka. Sebagian yang lain menyelaraskan keilmuan tersebut dengan pengetahuan dan perenungan, suara hati, menginternalisasikan dengan ritual ibadah dan penghambaan, dan menjadi sebuah makrifat (pengetahuan akan Allah). Dengan kata lain, mereka memulai dengan ilmu, naik menjadi keyakinan berdasarkan pengetahuan, lalu naik lagi menjadi keyakinan berdasarkan penglihatan, atau dengan istilah ayn al-yaqin. Setelah mencapai tingkat ayn al-yaqin, rahasia ihsan akan terungkap. Merasakan bahwa Allah mengawasinya setiap saat dan kesadaran akan keberadaanNya yang sifat-sifatNya tercermin dalam sifat manusia, dan mereka hidup dalam tingkatan ini. Kalian dapat memahami ini ketika meninggalkan tingkat kehidupan hewani, meninggalkan wujud fisik atau materi, terbebas dari penjara jasmani, dan melakukan perjalanan ke kehidupan yang mulia dengan jiwamu. Pada saat itu, segala hal terlihat lebih luas, jernih, dan terang dengan daya tarik yang luar biasa dan dapat dirasakan. Untuk alasan inilah, seseorang tidak peduli dengan wujud fisik dan hal-hal duniawi pada derajat yang tinggi. Mereka tetap berada di dunia ini hanya demi menjalankan perintah-perintah Allah, menunaikan tugasnya. Dan ketika waktu pembebasan tugas telah tiba, sebuah ketenangan yang berbeda akan dialami; kematian adalah perjumpaan dengan perayaan kesenangan dan bertemu dengan keindahan-keindahan yang telah dijanjikan oleh iman, lalu bertemu dengan Allah.

(Diterjemahkan dari artikel “İmanın Vaat Ettikleri” dari buku  Kırık Testi)

Evaluasi

  1. Keimanan memberikan seseorang pandangan yang jauh dan luas dalam memperoleh dan memahami pengetahuan tentang kehidupan dan eksistensi. Apa maksud kalimat ini jelaskan dengan menggunakan permisalan!
  2. Mengapa manusia banyak sekali menceburkan diri kepada kesenangan dan hiburan belaka?
  3. Menurut Ahlus-Sunnah wa al-Jama'ah, seberapa banyak dosa seseorang - jika dia beriman - tidak akan disiksa selamanya di dalam neraka. Benarkah? Jelaskan maksudnya!
  4. Iman membuat seseorang menjadi sosok yang menginspirasi kebenaran dalam sebuah lingkungan, bahkan ke seluruh dunia. Apa maksud kalimat “menginspirasi kebenaran”?
  5. Bagaimanakah wujud persaudaraan antar orang beriman?