Kehidupan dan Ruh

Hikmah dan Fadhilah

Fadhilah, ia duduk bersama dengan masyarakat di tempat duduk ataupun di bawah. Sementara kesombongan, tempat duduk mewah pun tak cukup baginya.  Jika kesombongan digambarkan seperti kubah yang tinggi, sebenarnya ia adalah sebuah sumur yang terbalik, sementara fadhilah pada hakikatnya seperti langit namun terlihat merendah ke ufuk.

* * *

Kebodohan membawa kita pada kesombongan. Sedangkan hikmah membawa kita pada fadhilah.  Kesombongan merupakan anak kebodohan yang tak bernasab. Dan fadhilah merupakan anak hikmah yang memiliki garis keturunan.  Kesombongan mengarah pada despotisme, sementara fadhilah mengarah pada kebebasan dan kesetaraan.

* * *

Kesombongan selalu berada dalam kesendirian, ia mencari sekutu yang sama dengan dirinya. Sementara fadhilah,  ia selalu berada dalam masyarakat, ia berada dalam ketenteraman karena telah bertemu dengan yang sama dengan dirinya.

* * *

Katanya, "Tidak ada kebaikan dalam paksaan.” Benar.  Kemuliaan pun tidak bisa dipaksa.  Dan hati nurani masyarakatlah yang akan menentukan kedua hal tersebut.

* * *

Ada beberapa orang yang menganggap bahwa orang yang menyukai diri sendiri adalah “optimis” dan orang yang tidak menyukai diri sendiri adalah “pesimis”. Orang-orang tersebut menghargai yang pertama, menerima serta memeluknya; mereka mengusir yang kedua sejauh-jauhnya. Sebenarnya, orang yang seharusnya diusir sejauh-jauhnya adalah "para egois dan sombong" ini, yaitu orang-orang hanya mementingkan diri sendiri.

* * *

Optimis selalu melihat semua dalam kebaikan, sementara pesimis melihat semua dalam keburukan.  Keduanya pun sangatlah berbahaya.  "Para pencari hakikat" akan melihat kebaikan sebagai kebaikan dan keburukan sebagai keburukan.