Berpolitik yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah

Kemanusiaan

Manusia harus menjadikan dirinya sendiri sebagai timbangan dalam semua perilaku baik maupun buruk terhadap orang lain. İa harus menjadikannya sebagai tolak ukur. Apa yang disukai oleh dirinya, ia juga harus menginginkan supaya hal tersebut dapat juga dimiliki orang lain. Ia juga tidak boleh melupakan bahwa segala sesuatu yang tidak disukai olehnya juga tidak disukai oleh orang lain.  Dengan demikian, dia akan terselamatkan dari perbuatan yang salah. İa juga akan terselamatkan dari hal-hal yang menyakiti hati orang lain.

* * *

Kebaikan yang diberikan orang lain kepadamu akan meluluhkan hati nuranimu. Kau pun akan merasakan cinta dan perhatian terhadap siapapun yang berbuat baik padamu. Dengan begitu, kau pun bisa mencari sebuah cara agar orang lain suka dan perhatian kepadamu. “Manusia adalah budaknya kebaikan.” Kebaikan pun adalah tempat berlindung yang paling kokoh terhadap orang-orang yang merisaukan.

* * *

Kematangan dan kedewasaan manusia dapat terlihat jelas lewat bagaimana ia berusaha semaksimal mungkin melakukan kebaikan bahkan terhadap pribadi-pribadi buruk sekalipun. Ia selalu berbuat baik dan tidak terpisahkan dari jalan kebenaran. Ya, seorang manusia tidak boleh terpisah dari perilaku manusiawi dan bijaksana, bahkan terhadap orang yang berbuat jahat sekalipun. Karena perbuatan jahat adalah sifat hewani. Membalas perbuatan buruk dengan keburukan, adalah sebuah kekurangan dan kelemahan yang amat serius dari seorang manusia. Sedangkan membalas perbuatan buruk dengan kebaikan adalah suatu sifat ksatria dan wujud keluhuran hati.

* * *

Tidak ada batasan untuk berbuat baik kepada orang lain.  Seseorang yang memiliki cita-cita agung, demikian besar kepeduliannya bahkan rela mengorbankan dirinya untuk orang lain.  Akan tetapi, agar sifat ksatria yang demikian menjadi sebuah kebajikan bagi seorang manusia, harus berlandaskan dengan ketulusan, tanpa pamrih, dan kebersihan niat, serta jauh dari fanatisme ras dan kesukuan.

* * *

Kemanusiaan dan kebijaksanaan seorang manusia berbanding lurus dengan kedekatannya kepada teman dan sahabatnya. Berbanding lurus juga dengan pemeliharaan hubungan persahabatannya.  Membahas kebijaksanaan tanpa mengekspresikan kehangatan dan kedekatan dalam hubungan hanyalah sebuah pernyataan yang abstrak. Melakukan kebaikan kepada orang lain sebagai balas budi kebaikan orang lain, atau berhenti berbuat baik untuk menghukum orang lain, adalah pertanda ketidaksempurnaan jiwa dan ketidakdewasaan.

* * *

Salah satu kebaikan terbaik yang diberikan seseorang kepada orang lain adalah menutup mata terhadap kesalahan orang lain, bersikap seolah-olah ia tidak melihat perilaku tidak pantas yang mereka perbuat.  Mencari-cari kesalahan orang lain adalah perilaku yang tidak beradab. Membongkar kesalahan orang lain kepada khalayak adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan. Menyampaikan kesalahan yang diperbuat secara langsung kepada pelakunya adalah sebuah pukulan yang dapat merusak ikatan persaudaraan yang mengikat persatuan antar manusia.  Sayangnya, ego-ego yang telah disakiti dengan pukulan seperti ini tidak akan mungkin menyatu kembali. Persahabatan ini hampir tidak mungkin pulih sepenuhnya.

* * *

Orang-orang sempurna yang telah mencapai tingkatan akhlaq Ilahi dan meraih kedamaian hati nurani, mereka menganggap kebaikan terbesar yang pernah dilakukannya kepada orang lain sebagai sesuatu yang tidak berharga, sebaliknya mereka menghargai kebaikan terkecil orang lain sebagai sesuatu yang besar. Orang-orang seperti itu tidak pernah mengingatkan orang lain tentang hal-hal baik yang telah mereka lakukan, dan tidak pernah mengeluh ketika orang lain tampak acuh tak acuh terhadap mereka.