Toleransi

Larut Dalam Kenyamanan

Setiap dakwah dan hakikat yang mulia akan terus berlanjut serta mencapai sebuah identitas yang mengglobal. Hal itu adalah hasil keteguhan dan kesetiaan para pendakwah, serta buah usaha yang mereka tunjukkan untuk menjaganya.  Sebaliknya, jika dakwah ini tidak disertai keberadaan para sahabat yang memahami sekaligus setia dan loyal, maka tatkala berhadapan dengan serangan-serangan musuh yang bertubi-tubi, cepat atau lambat dakwah ini akan hancur dan hilang tak berbekas dari memori.

* * *

Seseorang yang meninggalkan dirinya dalam kemalasan tentunya pasti akan membusuk dan lenyap, sebagaimana air yang tidak mengalir dan kotor.  Keinginan manusia untuk sebuah kenyamanan adalah alarm dan tanda kematian yang pertama.  Tapi jika hati seorang manusia telah lumpuh, maka ia tidak akan mendengar alarm ini, tidak juga mengerti apapun dari isyarat ini.  Tentunya, ia juga tidak mengerti teguran dan peringatan dari sahabatnya...

* * *

Kemalasan dan kecintaan pada kenyamanan, adalah salah satu dari sebab-sebab utama segala macam kehinaan dan kemiskinan.  Tidak ada keraguan bahwa suatu hari jiwa-jiwa mati yang telah terbuai oleh kenyamanan dan kemalasan akan terjatuh pada sebuah kehinaan, yaitu selalu mengharapkan orang lain membantunya bahkan pada kebutuhan-kebutuhan pribadi sekalipun.

* * *

Jika kita tambahkan cinta rumah (Kecintaan berlebihan pada segala sesuatu di rumah, seperti harta, keluarga, dll. (Penerj.))  selain kemalasan dan kenyamanan, maka manusia itu telah mundur dari barisan perjuangan dan ruhnya pun mati.  Dan juga, jika kondisi dan langkah mundur seperti ini tidak disadari bahkan dianggap sebagai sifat seorang pria sejati, maka sebenarnya ini adalah pandangan yang salah dan menghancurkan.

* * *

Dengan kecintaan akan perjuangan dan kerinduan untuk berhijrah, sebuah kekaisaran yang besar terlahir dari sebuah keluarga yang kecil.  Namun pada suatu hari, ketika kecintaan pada kenyamanan telah menggantikan kecintaan perjuangan tadi, maka sebuah bangsa yang sangat besar pun telah hancur rata dengan tanah.

* * *

Orang-orang yang telah meninggalkan tugas dan kewajiban dengan alasan kecintaan pada kenyamanan, sering kali mereka ditampar oleh hal-hal yang berlawanan dengan tujuan mereka, bahkan mereka jauh dari kehangatan rumah tangga dan anak-anak mereka sendiri.  Alangkah indah perkataan seorang ibu kepada anaknya, seorang komandan Andalusia, yang tidak mengetahui cara berperang secara jantan di medan perang:  "Jika kau tidak berperang layaknya lelaki sejati di medan perang, duduk dan menangislah seperti halnya para wanita!"

* * *

Kerusakan pada manusia setelah beberapa perubahan ke arah negatif itu terjadi secara perlahan dan tanpa disadari.  Bahkan kadang sebuah kelalaian yang kecil, misalnya keluar dari kafilah sebentar saja, mungkin bisa jadi membuatnya hilang dan tersesat.  Namun karena orang yang seperti ini selalu saja melihat diri mereka dari satu garis dan posisi yang sama, maka sering kali mereka tidak menyadari bahwa mereka telah jatuh dari sebuah puncak menara ke dasar sebuah sumur.

* * *

Orang-orang yang telah meninggalkan medan peperangan, apalagi mereka telah berusaha untuk mengkritik teman-teman yang melindungi dan melakukan khidmah  kepada mereka, maka mereka tidak akan mungkin lagi kembali ke garis kebenaran bahkan untuk selamat dari kesesatan yang seperti ini. Ketika Nabi Adam Alaihissalam tergelincir dan kemudian mengakui kesalahan yang beliau lakukan, dalam satu lompatan beliau dapat kembali ke posisi lamanya, sedangkan İblis tidak pernah mengakui padahal dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar, hingga mendapatkan laknat dan jatuh pada penyesalan yang abadi.

* * *

Kadang orang-orang yang mengalami kelumpuhan pada keteguhan hati, kemauan, dan perasaan mereka, tampaknya juga memberikan pengaruh yang besar pada keberanian dan kekuatan spiritual orang-orang yang ada di sekelilingnya.  Bahkan satu keraguan kecil dan sedikit keengganan yang ditunjukkan pun, dapat menyebabkan keputus-asaan dan goncangan yang setara dengan matinya seratus orang.   Jika kondisinya seperti ini, maka hal ini membuat musuh-musuh semakin berani  dan mendorong hasrat mereka untuk menyerang kita.

* * *

Keindahan dunia yang sangat menarik, harta benda, dan anak-anak, semua itu adalah (fitnah) ujian dan cobaan.  Dan para santri yang paling berhasil dalam ujian tersebut adalah orang-orang beruntung yang penuh dengan keteguhan hati, berkemauan kuat, dan tegas pada "janji dan sumpah" akan komitmen kebenaran yang ada di dalam hati mereka.