Silaturahim dan Panjangnya Umur

Manusia

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki perasaan luhur, serta memiliki kemampuan berbuat kebaikan dan mendambakan keabadian.  Seorang manusia yang terlihat paling rendah sekalipun memiliki sebuah atmosfer indah seperti pelangi yang terbentuk dari keinginan pada keabadian, serta rasa cinta pada keindahan dan kebajikan. Jika manusia dapat mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya, maka ia akan mampu mencapai tingkatan kemanusiaan dan keabadian tertinggi.

* * *

Kemanusiaan yang hakiki tidak terikat dengan jasad yang bersifat materi dan fana. Akan tetapi ia dalam jiwanya adalah sosok yang merindukan keabadian. Oleh karena itu, manusia yang mencampakkan aspek spiritual dan hanya terfokus pada aspek jasmani, maka ia tidak akan pernah meraih kedamaian dan kepuasan sejati.

* * *

Manusia yang paling beruntung dan bahagia adalah manusia yang hati nuraninya selalu mabuk dan rindu pada dunia lain setelah dunia ini. Manusia yang menghabiskan umurnya dalam penjara dunia yang terbatas, sempit dan pengap untuk tubuhnya, ia hakikatnya memang berada dalam penjara, meskipun ia tinggal di dalam istana.

* * *

Tugas pertama dan paling utama setiap manusia adalah menemukan dan mengenal jati dirinya, kemudian setelah itu ia dapat menuju kepada Allah dengan substansi dirinya yang telah mendapatkan pencerahan. Manusia merugi yang tak mengenal kemampuan diri sendiri dan tak mampu membangun hubungan dengan Sang Pencipta yang Agung, ia hidup layaknya kuli panggul yang tak tahu bagaimana berharganya sebuah harta yang mereka bawa. Mereka akan hidup dan mati seperti para kuli panggul.

* * *

Manusia merupakan makhluk yang lemah, namun tak bisa dipungkiri bahwa berkat penyerahan dirinya kepada Allah Yang Maha Kuasa ia mampu  memiliki kekuatan yang luar biasa.  Ya, berkat berserah diri kepada Allah, manusia menjadi air terjun ketika ia hanya sebuah tetesan, menjadi matahari ketika ia hanya sebuah atom, dan menjadi raja ketika ia hanya seorang pengemis.

* * *

Ketika manusia mampu bersatu dan dekat dengan kitab alam semesta yang terdiri dari makhluk dan kejadian-kejadian di dalamnya, maka akan muncul percikan-percikan hikmah di dalam dunia kalbu manusia.  Dengan begitu, manusia akan mengenal fitrahnya dan mencapai makrifatullah, kemudian pergi dan dapat berjumpa dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.  Hanya saja perjalanan yang direncanakan dan ingin direalisasikan ini, tidak boleh ternodai oleh kekufuran dan keingkaran.

* * *

Manusia hakiki adalah manusia yang mengetahui titik temu antara dirinya dengan sesama makhluk hidup lainnya. Ia akan istiqamah melanjutkan keturunan dan generasinya dengan penuh kesadaran diri bahwa ini adalah tugas dan kewajibannya. Ia pun akan menunaikan tugas penting ini dalam batas-batas kebutuhan mutlak.  Sementara orang-orang yang timpang, yang terperangkap pada kesenangan jasmani, akan mempersempit hubungan antara diri mereka dengan makhluk lain, serta melampaui batas-batas kemanusiaan.