Tidak Ada Kegoyahan, Yang Ada Hanya Keteguhan

Pusaran Keegoisan

Amanah keegoisan adalah sebuah hadiah suci yang dikaruniakan kepada manusia, agar ia dapat mencari dan menemukan sebuah hakikat terbesar. Ketika ia telah usai menunaikan kewajibannya, maka ia harus dilempar ke tanah dan dipecahkan. Jika tidak dilakukan, maka ia akan semakin membesar dan menggelembung, hingga menjadi Ifrit yang dapat menelan sang pemiliknya. Dengannya manusia dapat mengenal Penciptanya yang Maha Agung, dan juga dapat menyadari kekuasaanNya, ilmuNya, dan kehendakNya yang abadi. Dan menyadari bahwasanya Dia jauh dari segala kekurangan dan kelemahan. Lalu manusia itu dapat menghanguskan keegoisannya dengan api ma'rifatullah dan kecintaan kepada Allah di dalam hatinya. İa tidak melihat dan memandang kecuali dengan Allah. İa berpikir bersama Allah. İa dapat mencapai ma'rifat dengan Allah dan hanya bernafas dengan Allah.

* * *

Selalu berada dalam keegoisan adalah sebuah ungkapan bahwa seorang manusia itu telah melihat Yang Maha Haq namun dia tidak dapat memahamiNya. Ia tidak dapat mencapai jalan menuju keabadian. Matanya tertutup dan ia selalu berjalan serta berputar di tempat saja.   Orang-orang yang selalu mementingkan diri mereka sendiri akan selalu egois di setiap gerakan mereka. Orang-orang yang mencari-cari di dalam atmosfer kegelapan 'ego'nya, mereka tidak akan pernah dapat melangkah ke depan sedikitpun meski telah berjalan bertahun-tahun lamanya.

* * *

Walaupun pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan-pekerjaan yang paling sulit atau paling melelahkan sekalipun, namun ketika dilakukan dengan keegoisan, maka pekerjaan tersebut tidak akan berfadhilah dan Allah tidak akan pernah menerimanya.  Seseorang yang tidak dapat mengalahkan nafsunya sendiri, tidak dapat memotong dan mengiris-iris keegoisannya dengan pisau, dan orang-orang yang hati nurani mereka tertutup, maka setiap hal yang mereka kerjakan adalah hiburan dan tipuan muslihat, hanya sebuah kebodohan bahkan di setiap pengorbanan mereka.

* * *

Egoisme tidak boleh diragukan bahwa ia merupakan sebuah sifat setan. Orang-orang yang mengikutinya pasti akan berakibat sebagaimana nasib setan.  Bahkan alasan dan pembelaan setan pun adalah irama-irama melodi keegoisan.   Ketika Nabi Adam Alaihissalam melakukan kesalahan, lalu meneteskan air mata penyesalan dan taubat, ia kembali kepada Allah dan memohon ampunan. Sementara Iblis di setiap kata-kata yang diucapkannya adalah alasan-alasan yang penuh dengan kesombongan, keras kepala, dan tanpa rasa hormat...

* * *

Kadang egoisme itu berasal dari keilmuan, atau harta kekayaan dan kekuasaan, atau kecerdasan, atau kecantikan-ketampanan dan ada banyak lagi macamnya..  Tidak ada satupun dari sifat-sifat ini yang merupakan harta manusia itu sendiri. Oleh karena itu, setiap apa yang dia tuntut dianggap sebagai sebuah perantara kemurkaan Sang Pemilik Harta yang hakiki, dan jiwa-jiwa angkuh ini akan berakhir dengan kehancuran mereka sendiri.

* * *

Egoisme yang telah berpengaruh dalam dunia individu manusia, ketika dilakukan dengan keegoisan berjamaah  maka hal itu akan menjadi monster dan menjadi seorang jin ifrit yang melewati batas.   Bahkan hal-hal yang baik sekalipun ketika dikerjakan oleh jiwa liar yang seperti ini akan mengubah kebaikan itu menjadi awan hitam dan mulai menghujani sekeliling dengan bola-bola meriam.  Iya. Ilmu yang ada di tangan orang yang seperti ini adalah sebuah cahaya palsu. Kekayaannya adalah perantara untuk pamer. Hatinya adalah sarang kelabang. Kecantikan dan ketampanannya adalah halaman kesedihan yang menyebarkan keasaman pada sekeliling. Serta kecerdasannya menjadikannya seorang badut yang meremehkan orang lain.

* * *

Sejak dahulu filsafat materialis telah menjadi teladan akan egoisme, sedangkan kenabian adalah teladan akan kebenaran dan ketawadukan. Di jalan yang pertama  ada keragu-raguan, tipu muslihat, kekerasan, dan kemarahan, semua itu hancur dengan tabrakan-tabrakan yang menakutkan sebagaimana gunung-gunung es yang saling bertabrakan. Sedangkan di jalan yang kedua  ada cahaya terang, kelapangan hati, saling tolong-menolong dan saling mendukung satu sama lain.

* * *

Tingkatan hati yang selalu berusaha menjelaskan tentang dirinya di setiap kesempatan adalah sebuah ungkapan rasa kekurangan dan kerendahan diri pada orang itu.  Hal ini akan terus berlanjut pada diri mereka sampai mereka mendapatkan tarbiyah nafsu dan jiwa yang baik, hingga mereka  mau mengorbankan diri demi Sang Pemilik yang hakiki.  Setiap apa yang mereka lakukan adalah sebuah sikap pamer. Setiap perkataan mereka adalah ungkapan keegoisan yang tak henti-henti. Setiap sikap rendah hati dan tawaduk mereka pun sebuah riya' atau investasi untuk menjelaskan diri mereka pada orang lain.   Beribu-ribu laknat bagi orang-orang egois, musuh kebenaran!

* * *

Orang egois tidak akan memiliki sahabat sejati, tidak juga memiliki kedamaian di dalam hati.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.