Cacat yang Ada di Tubuh Seseorang

Cacat yang Ada di Tubuh Seseorang

Pertanyaan. Mengapa Allah Swt. tidak menjadikan semua orang dalam keadaan sempurna (tidak cacat)? Karena, ada sebagian orang yang dijadikan sebagai orang yang buta kedua matanya, dan ada pula orang yang dijadikan pincang kakinya?

Jawaban. Ada dua jawaban yang tersedia untuk merespons masalah ini. Yang pertama, ketahuilah bahwa Allah Swt. adalah Penguasa Tunggal di alam semesta ini. Oleh karena itu, Dia boleh berbuat apa saja terhadap hamba-hamba-Nya sekehendak-Nya, dan tidak seorang pun boleh mencampuri urusan Allah. Karena, yang menjadikan tubuh seseorang dari sebuah unsur serta menciptakannya dengan kesempurnaan hanyalah rahasia Allah Swt.. Dia pula yang memberikan rasa kemanusiaan kepada sebagian orang. Engkau tidak diberi sesuatu oleh Allah Swt., agar engkau merasa bahwa dirimu mempunyai hak istimewa di sisi-Nya. Andaikata engkau pernah memberikan imbalan lebih dahulu kepada Allah Swt. untuk sebuah hasil ciptaan, mungkin engkau akan bertanya, ‚Mengapa Allah memberiku sebuah mata, bukan sepasang mata? Atau, memberiku sepasang tangan bukan satu tangan?‛

Tentunya, pertanyaan-pertanyaan dan tuntutan seperti di atas masih banyak ragamnya. Apalagi engkau tidak pernah memberi apa pun kepada Allah Swt. sebelum diciptakan, sehingga engkau berani menuduh-Nya sebagai Dzat yang zhalim. Mahasuci Allah Swt. dari sifat yang seburuk itu, karena arti kezhaliman adalah tidak memenuhi janji yang telah diucapkan. Oleh karena itu, tidak seorang pun mempunyai hak untuk menuntut kebaikan dari sisi Allah Swt., karena ia tidak pernah memberi apa pun kepada-Nya.

Ketahuilah, bahwa Allah Swt. menciptakan seseorang dari sesuatu yang tidak ada, kemudian menjadikannya sebagai seseorang yang berwujud sempurna. Jika engkau renungi karunia Allah Swt. seperti ini dengan baik, pasti engkau dapat menyimpulkan bahwa masih banyak orang yang tidak diberi kelengkapan dan kesempurnaan dalam tubuhnya, sehingga engkau akan mensyukuri karunia Allah yang telah diberikan kepadamu, meski sekecil apa pun.

Yang kedua, sesungguhnya Allah Swt. akan mengambil sebuah kaki dari seseorang, akan tetapi Dia akan menggantikannya kelak di dunia maupun di akhirat kelak dengan berbagai karunia yang sangat banyak. Adakalanya seseorang yang dikurangi oleh Allah Swt. sebagian dari anggota tubuhnya, maka ia akan merasa lemah, fakir dan risau di dalam sanubarinya. Akan tetapi, adakalanya pula ada sebgaian orang yang merasa gembira dan puas dengan pemberian Allah Swt., baik yang berupa karunia ataupun yang berupa musibah. Sehingga ia mensyukuri semua pemberian Allah Swt., karena ia masih diberi lebih banyak daripada yang dikurangi. Tentunya perasaan sepuas itu merupakan karunia Allah Swt. tersendiri bagi orang dimaksud, meskipun nampaknya tidak seperti itu dari penglihatan zhahirnya. Seperti adakalanya seseorang diberi karunia berupa mati syahid, dan ia dimasukkan ke dalam surga, sehingga orang-orang shalih yang melihat kedudukan orang itu di dalam surga berharap; alangkah baiknya jika kami diberi kedudukan sebaik dan semulia itu.

Jarang sekali orang yang dicoba dengan kekurangan dari anggota tubuhnya yang merasa kecewa, putus asa, tidak bersemangat. Justru sebaliknya, cacat pada tubuh menjadikan ia lebih bersemangat dalam menapaki hidupnya, sambil menedekatkan diri kepada Allah Swt.. Pada umumnya, semua kekurangan yang dimiliki seseorang menjadikan ia merasa rindu kepada janji Allah Swt. dan kebahagiaan di akhirat.

Dengan kata lain, segala bentuk musibah yang tengah dihadapi oleh sebagian orang menjadikan orang-orang itu senantiasa berharap kepada Allah Swt., sehingga mereka mendapat berbagai karunia yanga istimewa dari sisi-Nya. Sebenarnya manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan apa saja yang diciptakan oleh Allah Swt. di alam semesta ini, semua itu tidak akan terwujud, terkecuali dengan takdir yang telah ditetapakan oleh-Nya atas masing-masing. Semua kebutuhan mereka dipenuhi oleh Allah Swt., sampai di akhir hayat mereka. Kemudian mereka akan dipindahkan ke tempat yang lain, alam akhirat.

Semua yang lahir dan semua yang mati di alam semesta ini adalah kejadian yang diciptakan sebagian ujian. Sebab, setiap kejadian pasti ada rahasia di baliknya. Demikian pula setiap kematian terselip rahasia sesuatu di balik kematiannya. Kematian seseorang menunjukkan, bahwa Sang Maha Pencipta adalah Rabb yang tidak akan mati untuk sepanjang masa.

Alhasil, adanya kehidupan para makhluk ini akan menunjukkan bahwa di sana ada Sang Maha Pencipta yang pengetahuan, pendengaran, dan penglihatan-Nya jauh lebih sempurna daripada yang dimiliki oleh para makhluk-Nya. Dan, semua itu merupakan cobaaan bagi mereka yang diciptakan. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Swt. berikut ini, "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun," (QS Al-Mulk [67]: 2).

Dengan kata lain, yang paling penting untuk diperhatikan oleh setiap orang dalam hidupnya adalah, ia diciptakan di dunia ini untuk menghadapi berbagai cobaan, dan sebentar lagi ia akan kembali untuk menghadap Sang Maha Pencipta.

Mari kita bicarakan masalah di seputar kematian, apakah kematian itu datangnya secara bersamaan? Memang, sebenarnya ajal setiap orang datangnya secara bersamaan. Tentang masalah ini tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kehendak Allah Swt. jika ia dimatikan oleh-Nya. Allah Swt. mampu menjadikan semua makhluk-Nya dalam satu waktu secara bersamaan, dan Dia pun Mahamampu mematikan mereka dalam satu waktu secara bersamaan, meskipun keberadaan mereka di berbagai tempat, sifat-sifat mereka beraneka ragam, serta kehidupan mereka juga beraneka jenis. Akan tetapi, semua itu tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah Swt..

Mari kita bicarakan masalah di seputar kematian, apakah kematian itu datangnya secara bersamaan? Memang, sebenarnya ajal setiap orang datangnya secara bersamaan. Tentang masalah ini tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kehendak Allah Swt. jika ia dimatikan oleh-Nya. Allah Swt. mampu menjadikan semua makhluk-Nya dalam satu waktu secara bersamaan, dan Dia pun Mahamampu mematikan mereka dalam satu waktu secara bersamaan, meskipun keberadaan mereka di berbagai tempat, sifat-sifat mereka beraneka ragam, serta kehidupan mereka juga beraneka jenis. Akan tetapi, semua itu tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah Swt..

Misalnya, adanya berbagai makhluk yang beraneka ragam sifat dan tata cara hidup mereka di bawah matahari, akan tetapi semuanya berjalan seiring dan bersinergi. Semua dari mereka hidup secara teratur, dengan menikmati sinar matahari tanpa harus terbakar akibat panas teriknya. Semua tumbuhan tumbuh dengan baik, dan hidup dengan takdir Allah Swt. hingga batas waktu tertentu. Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu dari makhluk-Nya dengan jelas. Sebagaimana telah disebutkan di dalam firman Allah Swt. berikut ini, "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, serta Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya pula. Juga tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh al- Mahfuzh)," (QS Al-An’âm [6]: 59).

Kalau tumbuh-tumbuhan, rerumputan, biji-bijian yang tumbuh dan yang mati, semuanya ditetapkan oleh Allah Swt., maka apakah Allah akan meninggalkan manusia begitu saja setelah matinya, padahal mereka adalah semulia-mulia ciptaan Allah? Allah Swt. adalah penguasa tunggal di alam semesta ini, dan Allah juga yang memberi karunia kepada setiap makhluk-Nya. Allah Swt. pula yang akan mematikan setiap makhluk-Nya, ada yang mati di atas ranjang, ada yang mati di medan perang, ada yang mati setelah terkena bencana, ada yang mati sendiri-sendiri, dan ada pula yang mati secara masal. Semua itu tidak berpengaruh apa pun bagi Allah Swt. tentang kesudahan hidup manusia. Sebab, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa, lagi Maha Mengatur atas segala sesuatu.

Allah Swt. memiliki sejumlah malaikat yang bertugas mencabut nyawa para makhluk-Nya dalam satu waktu, meskipun tersebar di berbagai tempat. Tugas yang dilakukan oleh para malaikat itu diawasi dan diperintah secara langsung oleh Allah Swt. sebagai Dzat yang juga Memiliki mereka (para malaikat). Semua itu akan menghadap kepada Allah Swt. dengan catatan amal perbuatan masing-masing.

Dalam berbagai musibah yang terjadi di alam semesta ini, manusia tidak dapat mengetahui ajal setiap makhluk. Mungkin kita memerlukan berjilid-jilid buku untuk mencatat segala kejadian yang luar biasa dan mengagumkan yang terjadi di alam semesta ini.

Misalnya saja, terjadi gempa bumi yang menghancurkan sebagian dari makhluk Allah Swt.. Di dalam kejadian semacam itu banyak yang mati, dan ada pula yang tertimbun di dasar bumi dalam waktu yang lama. Akan tetapi, mereka tidak mati dan tidak pula terkena penderitaan sedikit pun. Demikian pula adakalanya ada sebuah kendaraan yang menabrak tangki minyak sehingga banyak yang tewas karenanya. Anehnya, tidak jauh dari kejadian itu ada seorang bayi yang selamat, meskipun ia mengapung di atas minyak tersebut selama beberapa waktu. Selain itu, ada pula sebuah kapal terbang yang terjatuh dan menyebabkan tewasnya beberapa orang, namun ada seorang anak kecil yang berada dua ratus meter dari tempat kejadian dan anak itu selamat tidak terluka yang sangat serius. Tentunya kejadian-kejadian seperti itu selalu kita saksikan di hadapan mata kita. Jika semua itu kita perhatikan secara baik, tentu dapat kita simpulkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan yang telah ditakdirkan oleh Allah Swt.. Jadi, setiap makhluk yang hidup sendirisendiri maupun secara berkelompok, kemudian mereka dimatikan setelah ajal mereka tiba dan setelah menyelesaikan tugas hidup masing-masing, semua itu pasti terjadi dengan kehendak Allah Swt.. Dengan kata lain, segala sesuatu yang terjadi adalah diciptakan oleh Allah Swt. dengan mudah. Sedikit pun Allah tidak pernah mengalami kesulitan dalam mengatur alam semesta ini, termasuk menghidupkan dan mematikan para makhluk-Nya.

Adakalanya ada sebagian orang yang protes, mengapa Allah Swt. membinasakan sebagian orang yang baik, yang tidak berdosa, yang tidak berhak mendapat siksa di antara mereka yang berharap ditimpakan siksa? Tentang masalah ini dapat kita jelaskan sebagai berikut. Sesungguhnya pernyataan seperti itu ditimbulkan dari seorang yang kurang mantap keimanan dan pemikirannya terhadap Allah Swt.. Sebab, ia hanya memandang bahwa hidup itu hanya kehidupan di alam dunia, tanpa adanya kehidupan di alam lain, yakni akhirat. Padahal, kehidupan di alam dunia ini hanyalah tempat sementara untuk bercocok tanam, dan menabung amal kebajikan untuk tujuan yang lebih abadi di alam akhirat kelak. Sedangkan di akhirat adalah tempat untuk menerima imbalan dari perbuatan seorang hamba ketika di dunia. Oleh karena itu, tidak perlu mengherankan jika Allah Swt. mematikan orang yang baik bersama dengan orang yang jahat di satu tempat, karena setiap orang akan mendapat imbalannya masing-masing, dan akan dihidupkan di alam akhirat sesuai dengan niat serta amalan masing-masing pula. Di antara mereka ada yang hidup bahagia untuk selamanya, dan di antara mereka ada pula yang hidup dalam siksa untuk waktu yang sangat lama.

Jadi, kematian seorang adalah pertanda berakhirnya kehidupannya di alam dunia ini. Adapun masa hidup seseorang di dunia ini telah ditetapkan secara matang melalui takdir Allah Swt.. Sehingga jika waktunya telah tiba, pasti masa hidupnya akan berakhir. Adapun keyakinan dan pandangan yang salah terhadap Allah Swt. lebih disebabkan ketidakmengertian kita tentang takdir dan ilmu Allah Swt. yang mutlak serta tidak terbatas. Jika kita tidak bisa membersihkan keyakinan dan pandangan kita yang keliru terhadap Allah Swt., pasti qalbu kita akan dibujuk oleh setan untuk tetap berpandangan serta berkeyakinan yang tidak baik kepada-Nya. Na’ûdzubillâhi min dzâlik.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.