Surah al-‘Ankabuut [29]: 45

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS Al-‘Ankabuut, 45)

Meskipun firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa shalat yang dilakukan oleh seorang mukmin akan mencegahnya dari segala perbuatan yang keji dan munkar, tetapi segala perbuatan keji dan kemunkaran yang dilakukan oleh seorang mukmin merupakan takdir Allah yang ditetapkan baginya, seperti yang disebutkan oleh Nabi Saw. dalam sabdanya, “Setiap putra Adam akan melakukan kesalahan dan sebaikbaik pelaku kesalahan adalah orang-orang yang selalu bertaubat.”[1]

Firman Allah di atas mengandung arti bahwa setiap muslim akan mudah melakukan kesalahan dan dosa jika ia sedang lalai dalam shalatnya. Tetapi, jika ia mengerjakan shalatnya dengan baik dari segi rukunnya, wajibnya dan sunnahnya dan kalbunya selalu hadir dalam shalatnya, maka shalat yang seperti itulah yang akan menjadikan seorang selalu takut untuk mengerjakan perbuatan keji dan kemunkaran. Tetapi, jika seorang tidak dapat melakukan shalatnya dengan baik, maka ada kemungkinan ia dapat mengerjakan berbagai perbuatan kemunkaran dan kekejian.

Sesungguhnya shalat yang dapat mencegah pelakunya dari segala perbuatan keji dan kemunkaran sangat erat hubungannya dengan kesungguhan pelakunya, misalnya ketika seorang yang rajin shalat dan ia berpuasa di bulan Ramadhan di musim panas, sehingga ia tidak makan dan tidak minum selama 16 atau 17 jam. Kemudian ketika ia berbuka dan ia hanya minum segelas air, sehingga dengan segelas air itu ia dapat menikmati nikmatnya berpuasa pada hari itu, karena seluruh tubuhnya seolah-olah telah disirami dengan segelas air.

Demikian pula dengan shalat yang biasa kita lakukan dengan sungguhsungguh, hendaknya tutur kata kita yang kita ucapkan dalam shalat dapat menggerakkan kalbu kita bahwa kita seolah-olah sedang berhadapan dengan Allah. Kiranya jika seorang mukmin dapat melakukan shalatnya dengan sungguhsungguh, maka shalatnya akan menjauhkan dirinya dari segala perbuatan keji dan kemunkaran. Maka dengan betambahnya waktu shalat yang biasa kita lakukan akan makin menjauhkan kita dari perbuatan keji dan kemunkaran.

Sebagai kesimpulannya, maka kita harus senantiasa memperhitungkan dan mengoreksi diri kita secara kontinyu, apakah shalat yang biasa kita lakukan setiap waktunya telah dapat mencegah diri kita dari segala perbuatan keji dan kemunkaran ? Adapun pengoreksian diri itu harus kita lakukan bagi diri kita sendiri, tidak bagi orang lain, karena kita tidak boleh berburuk sangka terhadap saudara kita sesama umat Islam. Hendaknya kita selalu mewaspadai diri kita sendiri dari perbuatan keji dan kemunkaran, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.” (QS Al-‘Ankabuut, 45)

Maksud dari firman Allah di atas, hendaknya kita menjadikan kitab Al-Qur’an sebagai cermin yang paling baik bagi segala urusan dan perilaku kita sehariharinya.

Jika kita pahami benar-benar firman Allah di atas, maka shalat yang kita lakukan setiap waktunya harus sesuai dengan kehendak Allah demi untuk mencapai ridha Allah. Maksudnya, kita harus melakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu’, agar dengan bergantinya waktu demi waktu, shalat kita akan menjauhkan kita dari segala perbuatan keji dan kemunkaran. Jika hari ini shalat kita tidak dapat menjauhkan kita dari perbuatan keji dan kemunkaran, mudah-mudahan esok pagi shalat kita dapat menjauhkan kita dari perbuatan keji dan kemunkaran.

Yang paling penting dari itu semua, hendaknya shalat kita dapat menjauhkan diri kita dari menyekutukan Allah, dari kesesatan yang menyesatkan kita dari jalan kebenaran, karena hanya shalat yang dilakukan dengan baik yang dapat melindungi pelakunya dari perbuatan keji dan kemunkaran. Dan hanya shalat yang dilakukan dengan sempurna sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya saja yang dapat menjauhkan seorang dari perbuatan keji dan kemunkaran, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut ini, “Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-‘Ankabuut, 45)

[1] HR.Tirmidzi, Al-Qiyamah 49; Ibnu Majah, Az-Zuhdu 30; Ad-Darimi, Ar- Riqaqu 18.