Surah al-Baqarah [2]: 54

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُواْ إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya,‘Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah menganiaya diri kalian sendiri karena kalian telah menjadikan anak lembu (sembahan kalian), maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikan kalian, dan bunuhlah diri kalian,’” (QS al-Baqarah [2]: 54)

Firman Allah {فَاقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ} ditafsirkan bahwa seorang yang tidak menyembah sapi membunuh orang-orang yang menyembah sapi di zaman Nabi Musa as. Penafsiran seperti itu adalah benar, tetapi ada kemungkinan mempunyai penafsiran lain sebagai berikut, “Selama kalian memerangi kesatuan agama, kemasyarakatan dan pemikiran dengan menyembah anak sapi dan menjadikannya sebagai Tuhan, maka hendaknya ia bersedia mati untuk menghilangkan perasaan individualis, agar kehidupan rohaninya hidup.” Menurut istilah kaum tasawuf, “Bunuhlah perasaan kalian yang buruk, seperti nafsu dan syahwat dan segala perasaan buruk yang ada di kalbumu, agar timbul perasaan yang baik di dalam kehidupan rohani dan kalbumu.”

Meskipun maksud untuk membunuh para penyembah anak sapi atau tidak menyembahnya, maka orang lain disuruh membunuh pemikiran seperti itu, karena para penyembah anak sapi itu telah menjadi kafir dan orang-orang yang tidak memperingati mereka juga termasuk kafir.

Mencegah perbuatan yang munkar dari orang lain harus disertai dengan realisasi pelaksanaannya, yaitu menjauhi kemunkaran. Karena jika ia tidak melakukan hal itu, maka dosanya lebih besar dari orang-orang yang menyembah anak sapi.