Surah al-Dhuhâ [93]: 4

وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولٰى
“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Adh-Dhuhaa, 4)

Firman Allah di atas adalah surat Makkiyah yang diturunkan kepada Nabi Saw. ketika beliau Saw. merasa dalam kesusahan yang luar biasa. Ummu Jumail, istri Abu Lahab, datang kepada Rasulullah Saw. ketika wahyu terputus dari beliau Saw. selama beberapa waktu. Ia datang seraya berkata kepada beliau Saw.: “Menurutku, Tuhanmu telah meninggalkan kamu.” Sehingga beliau Saw. merasa sangat susah, kemudian ketika Allah menurunkan surat Adh-Dhuhaa, maka beliau Saw. merasa terhibur kembali, apalagi ketika mendengar firman Allah berikut:

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Artinya: “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (QS. Adh-Dhuhaa, 3)[1]

Jika kita perhatikan baik-baik keadaan Rasulullah Saw. ketika itu, maka firman Allah di atas dapat memberi hiburan bagi beliau Saw., karena firman Allah di atas menyebutkan bahwa masa depan dakwah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. akan berkembang terus menerus dengan baik. Sejarah telah menyaksikan bahwa apa yang diberitakan oleh Allah di dalam firman Allah di atas, ternyata terbukti dengan baik. Bahkan jumlah pengikut beliau Saw. makin hari makin banyak dan setelah terputusnya wahyu untuk sementara waktu, maka Allah menurunkan wahyu secara berangsur-angsur untuk memberi hiburan bagi beliau Saw. yang risau, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Al-Insyirah, 1)

Dan firman Allah berikut:

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا۝فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا
Artinya: “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya).” (QS. Al-‘Aadiyaat, 1-2)

Firman-firman Allah yang disebutkan di atas menimbulkan harapan baik di dalam hati beliau Saw. bahwa dakwah yang disampaikan oleh beliau Saw. akan berkembang terus menerus secara meluas dan hal itu dapat kita saksikan di hadapan mata kita.

Jika di dalam surat Adh-Dhuhaa kita melihat bahwa hati Rasulullah Saw. sedang risau dan sangat sedih, karena terputusnya wahyu untuk sementara waktu, tetapi setelah diturunkannya surat Al-‘Aadiyaati, maka beliau Saw. bergembira, karena perjuangan beliau Saw. untuk agama ini akan terus menuai hasil yang gilang gemilang, sehingga orang-orang yang memperhatikan firman Allah di atas dengan baik, pasti mereka akan merasa kagum dengan ungkapan Al-Qur’an yang sangat indah dan lembut.

Surat Adh-Dhuhaa menerangkan keadaan hati Nabi Saw. di awal dakwahnya yang sangat memprihatinkan, maka setelah diturunkannya surat Adh-Dhuhaa, rasa kegembiraan dapat terlihat di wajah beliau Saw., karena dakwah yang beliau Saw. sampaikan akan terus berkembang. Demikian pula, setelah diturunkan surat Adh- Dhuhaa sejak empat belas abad yang lalu, masih dapat kita saksikan perkembangan agama Islam ke seluruh pelosok dunia, seperti yang dijanjikan dalam firman Allah berikut ini:

وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولٰى
Artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Adh-Dhuhaa, 4)

Seolah-olah firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa kelak perkembangan agama Islam akan merata ke seluruh dunia. Berita ini akan mengisyaratkan bahwa yang berdakwah untuk menyebarkan agama ini, pasti akan mengalami kebahagiaan, meskipun pada awal mulanya mengalami kesulitan.

Demikian pula, firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa siapapun yang menyebarkan agama ini, baik Rasulullah Saw., para sahabat maupun para da’i di manapun dan kapanpun ia berada, maka di akhirat kelak ia akan mendapat balasan yang luar biasa, yaitu kebahagiaan di dalam surga dan diperkenankan melihat wajah Allah serta mendapat ridha-Nya. Sebagai akhir dari pembahasan ini, mari kita tutup dengan doa berikut:

اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ الرِّضٰى بَعْدَ الْقَضٰى وَبَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَلَذَّةَ النَّظَرِ إِلٰى وَجْهِكَ وَشَوْقًا إِلٰى لِقَائِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمينَ وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه أَجْمَعينَ
Artinya: “Ya Allah, aku mohon ridha-Mu setelah qadha’-Mu, kenikmatan hidup setelah kematian, kenikmatan melihat wajah-Mu Yang Maha Indah dan kerinduan untuk bertemu kepada-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah bagi junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. serta segenap keluarga dan sahabat beliau Saw.. Amin.”

[1] HR. Bukhari, Fadhailil Qur’ani 1.