Surah al-Hajj [22]: 11

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS Al-Hajj, 11)

Firman Allah di atas mempunyai kemiripan dengan ayat-ayat lain di dalam Al-Qur’an. Allah sengaja menguji seorang mukmin, seorang munafik dan seorang kafir dengan berbagai ujian, ada yang baik dan ada yang buruk. Untuk diketahui siapa yang teguh dalam keimanannya ketika sedang menghadapi ujian Allah dan siapa pula yang goyang keimanannya dan siapa pula yang menolak ujian Allah dengan kemarahan. Memang Allah suka menguji setiap hamba-Nya, agar sang hamba dapat mengetahui kadar keimanannya kepada Allah masing-masing, tetapi Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang teguh keimanannya kepada Allah, sehingga mereka mengalami kerugian dalam menghadapi ujian Allah tersebut. Jika seorang yang tidak kuat imannya, maka ia akan mengalami kerugian yang nyata di dunia dan di akhirat.

Adapun orang-orang yang akan mengalami kerugian yang nyata di dunia dan di akhirat adalah orang-orang munafik, karena kalbu mereka berlawanan dengan ucapan mereka. Bukankah mereka mengaku sebagai orang-orang yang beriman, tetapi kalbu mereka berlawanan dengan ucapan mereka sendiri, seolaholah mereka mempermainkan keimanan dan menganggap remeh firman-firman Allah. Sedikitpun mereka tidak mau meneguhkan keimanan di kalbu mereka. Karena itu, jika mereka mendapati sedikit cobaan dari Allah, maka mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi ujian itu.

Orang-orang munafik selalu menunggu kesempatan untuk mengelabuhi umat Islam. Jika mereka mendengar umat Islam mendapat kebaikan atau keuntungan, maka mereka berpihak kepada umat Islam. Jika umat Islam mendapat kesulitan dan kesusahan, maka mereka berlepas diri dari umat Islam.

Keteguhan iman seorang mukmin tidak selamanya teguh. Tetapi adakalanya mereka terpengaruh kepada keimanan orang-orang munafik yang palsu. Mereka akan berpihak kepada orang-orang muslim yang teguh keimanannya jika umat Islam mendapat keuntungan, tetapi jika umat Islam mendapat keburukan, maka mereka berpihak kepada orang-orang munafik. Tentunya hal itu yang menyebabkan berbagai penyimpangan dalam perilaku sebagian umat Islam yang tidak teguh keimanannya kepada Allah.

Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan setelah Dia memberi petunjuk ke jalan yang lurus bagi kita, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut,

﴾رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ﴿
Artinya, (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kalbu kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Al-Imraan, 8)