Surah al-Kahfi [18]: 28

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang kalbunya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS Al-Kahfi, 28)

Firman Allah di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa kaum musyrikin Quraisy minta kepada Nabi Saw. untuk mengusir sahabat-sahabat beliau Saw. yang fakir dari majelis beliau Saw. dan memberi kesempatan tersendiri bagi kaum musyrikin Quraisy tanpa disertai atau dihadiri sahabat-sahabat beliau Saw. yang miskin. Tentunya, jika permintaan kaum musyrikin Quraisy itu dikabulkan, maka Islam akan dianut oleh orang-orang kaya saja. Tetapi, wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Saw. tidak akan mengabulkan permintaan kaum musyrikin Quraisy seperti itu, karena tugas Nabi Saw. menyebarkan agama Islam ini untuk semua orang dan untuk semua lapisan masyarakat tidak pandang bulu. Karena yang diharap oleh Islam bukannya banyak jumlah pengikutnya, tetapi yang diharap oleh Islam adalah kualitas para pengikutnya. Dan kita tahu bahwa Islam berdiri tegak di atas kedua kakinya tanpa bantuan atau peraturan tertentu. Islam didirikan bersifat dinamika yang dimiliki oleh Islam dan Islam akan terus tersebar, karena kekuatan Islam datangnya hanya dari sisi Allah semata. Karena itu, siapapun yang berpegang teguh kepada ajaran Islam, maka ia akan menjadi orang mulia, tetapi jika sebaliknya, maka ia akan menjadi orang hina. Sejarah Islam telah membuktikan secara terang masalah ini.

Kaum musyirikin Quraisy yang minta kepada Nabi Saw. untuk diberi kesempatan khusus bagi orang-orang kaya saja, karena mereka mempunyai sifat sombong, individualis dan zhalim. Sedangkan para sahabat Nabi Saw. yang diminta oleh mereka untuk dijauhkan dari majelis beliau Saw. termasuk orang-orang yang miskin seperti Suhaib, Bilal, Ammar dan Yasir, mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai kedudukan apapun di tengah bangsa Quraisy, karena mereka miskin. Bahkan, para tokoh musyrikin Quraisy menyatakan tidak mau menghadiri majelis Nabi Saw., kecuali jika beliau Saw. telah menjauhkan sahabat-sahabat beliau Saw. yang miskin dari majelis beliau Saw.. Tentunya, menurut Allah permintaan mereka tidak perlu dikabulkan, karena permintaan mereka sangat rendah.

Pandangan rendah terhadap orang-orang Islam yang miskin telah terjadi sejak Nabi Nuh as yang disifati oleh musuh-musuhnya bahwa Nuh as dan kaumnya adalah orang-orang hina dan mereka yang membangkang minta dari Nabi Nuh as untuk menjauhkan para pengikutnya yang miskin. Tetapi, Nuh as menjawab sebagai berikut,

وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya, “Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.” (QS Asy-Syu’araa’, 114)

Karena itu, Nabi Saw. tidak mau mengabulkan permintaan para tokoh kaum musyrikin Quraisy, bahkan beliau Saw. menjawab bahwa beliau Saw. sangat mencintai para pengikutnya yang miskin, seperti yang disebutkan dalam ucapan beliau Saw. sebagai berikut,

اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
Artinya, “Aku akan hidup bersama kalian dan akan mati bersama kalian.”

Itulah sikap Nabi Saw. terhadap sahabat-sahabatnya sampai beliau Saw. pulang ke rahmatullah.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.