Surah an-Nisâ’ [4]: 18

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih” (QS An-Nisâ’ [4]: 18)

Biasanya perasaan menyesal dalam kehidupan seorang akan dirasa ketika ia sedang menghadapi kematian, karena ia takut kalau imannya tidak akan diterima oleh Allah, tetapi yang lebih penting untuk diperhatikan adalah waktu sebelum saat kematian tiba, karena perasaan penyesalan di akhir usia tidak akan berguna jika selama hidupnya tidak pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi tibanya saat kematian. Pada saat itu manusia merasa menyesal, bahkan ia ingin diberi tambahan usia untuk memperbaiki perilakunya yang buruk yang biasa ia lakukan dalam hidupnya.

Memang benar bahwa keimanan seorang meskipun di akhir hayatnya akan diterima oleh Allah selama ia masih berakal dan ia masih dapat beriman. Itulah saat-saat yang pernah diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. ketika melihat pamannya yang bernama Abu Thalib sedang menghadapi masa kematiannya. Beliau Saw. menawari dan mengajak pamannya itu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, karena kalimat tersebut akan menyelamatkan seorang dari siksa Allah di api neraka, tetapi pada waktu itu Abu Thalib tidak mau mengucapkan kalimat syahadat, karena ia ditekan oleh kawan-kawan dekatnya, seperti Abu Jahal dan lainnya, sehingga ia menyatakan ingin mati dalam agama Abdul Muthallib.[1]

Selain itu, disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. pernah mengunjungi rumah seorang pemuda Yahudi yang sedang sakit keras, kemudian beliau Saw. berkata, “Ucapkanlah kalimat syahadat.”[2] Maka pemuda itu menoleh ke wajah ayahnya seolah-olah ia minta izin lebih dulu dari sang ayah. Untungnya, sang ayah memberi izin kepada putranya untuk mengucapkan kalimat syahadat, sehingga ia mati dalam keadaan beriman. Sebagai kesimpulannya, selama perasaan seorang masih siap untuk bertaubat atau untuk memperbaiki kesalahannya, maka Allah senantiasa membuka pintu-pintu langit untuk menerima penyesalan dan taubat hamba-hamba-Nya.

Perlu diketahui di sini, bahwa pada saat manusia akan mati, maka ia merasa menyesali dan ia putus asa dari keimanan. Tetapi, jika seorang masih merasa menyesali segala dosanya dan ia berharap ampunan Allah sebelum nyawanya dicabut, maka pada waktu itu taubatnya dan penyesalannya akan diterima oleh Allah. Tetapi, jika sebaliknya, maka ia akan mati dalam keadaan su’ul khatimah, karena Allah melihat niat seorang, khususnya pada saat kematiannya hampir tiba. Jika perasaan pada waktu itu baik dan mau menerima keimanan, maka Allah akan memberinya ampunan dan kehidupan yang bahagia di alam Barzakh maupun di akhirat.

Sebagai kesimpulannya, selama seorang masih berharap menjadi manusia beriman dan diterima taubatnya, meskipun saat kematian hampir tiba, maka Allah akan tetap membuka pintu ampunan dan rahmat baginya, sehingga ia akan bahagia di dunia dan di akhirat, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, “Katakanlah,‘Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kalian kepada Rabb kalian, serta berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepada kalian kemudian kalian tidak dapat ditolong (lagi)’” (QS Az-Zumar [39]: 53- 54).

[1] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada bahasan mengenai Manâqib al-Anshâr, hadis nomor 40. Juga pada bahasan mengenai Jenazah, hadis nomor 80. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada bahasan mengenai Iman, hadis nomor 39.
[2] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada bahasan mengenai Jenazah, hadis nomor 79. Juga pada bahasan mengenai Orang yang Tengah Menderita Sakit, hadis nomor 11.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.