'Isyq

'isyq berarti "cinta yang sangat kuat", sinonimnya dalam Bahasa Arab adalah "shabâbah" dan "hiyâm"; cinta berlebihan yang terjadi disebabkan kesempurnaan, keindahan, dan keserupaan. Adapun yang sering disampaikan oleh banyak orang sebenarnya adalah 'isyq dalam pengertian majazi. Ada mahabah dan hubungan batin yang tertuju pada sang Penguasa azali dan keabadian yang keindahan-Nya ada pada titik kesempurnaan dan kesempurnaan-Nya ada pada poros keindahan. Inilah 'isyq yang hakiki.

Sesungguhnya mahabah yang dalam kepada Allah s.w.t. atau "al-'isyq al-haqîqiy" adalah sayap cahaya yang akan menghantarkan kita kepada Allah, dan Allah-lah yang telah menganugerahi kita sayap tersebut. 'isyq juga sering didefinisikan sebagai berubahnya roh menjadi kupu-kupu untuk mencapai "nur" yang menjadi dasar dari segala entitas.

'isyq adalah sebab pokok bagi segala entitas yang memiliki banyak misteri, karena Allah menginginkan dan menyukai Dzat-Nya untuk diketahui; juga karena arwah yang awas terhadap hakikat pasti akan mengetahui asma, sifat-sifat, dan dzat-Nya, serta menampilkan hubungan erat dengan penciptaan alam semesta.

Ketika 'isyq yang dimiliki manusia melipatgandakan mahabah dan fana` pada yang Tercinta (al-mahbûb), maka Allah pun memiliki mahabah yang sesuai dengan keterhindaran-Nya dari kelemahan dan kesucian-Nya dari kebengkokan yang hanya dimiliki makhluk; dan sesuai dengan ketidakbutuhan-Nya. Bahkan dapat dikatakan bahwa ciptaan mewujud disebabkan mahabah milik Allah itu. Berkat mahabah itu pulalah kemanusiaan dapat muncul dalam kehidupan nyata dan hati juga dipersiapkan olehnya sehingga menjadi pusat terpenting bagi hubungan antara manusia dengan Allah al-Haqq s.w.t..

'isyq adalah titik akhir dari semua langkah hubungan dengan Allah. Di hadapan seorang pecinta yang sudah sampai di titik ini tidak ada langkah lagi. Tajalli pertama bagi Allah al-Haqq s.w.t. adalah mahabah ini yang menjadi konsekuensi dari Dzat-nya yang agung. Mahabah yang mengungguli segala bentuk mahabah. Namun pernyataan ini hanya digunakan secara khusus untuk Allah, karena 'isyq yang dinisbahkan kepada Allah adalah 'isyq yang tanpa ikatan atau syarat apapun.

Sementara kalangan menyebut mahabah Ilahiah ini dengan sebutan "al-'Ilm" karena ia menjadi tanazzul[1]pertama bagi Alam Dzat yang absolut dan suci dari aspek tajalli. Penurunan (tanazzul) ini juga terkadang disebut dengan istilah "al-'Ilm" disebabkan posisinya sebagai ilmu Ilahi; atau disebut dengan istilah "al-'isyq al-munazzah" disebabkan posisinya sebagai bentuk mahabah kehendak; atau disebut dengan istilah "al-qalam" karena ia mengambil segala sesuatu secara terpisah. Ia juga disebut "al-jabarût" atau "al-haqîqah al-ahmadiyyah" yang menjadi dua tanda lain bagi alam ini.

Al-'isyq al-munazzah adalah sebuah rahasia yang memiliki hubungan dengan Dzat Ilahi. Adapun sifat-sifatnya yang lain selalu disematkan pada 'isyq tersebut. itulah sebabnya orang-orang yang terbang menggunakan sayap-sayap 'isyq dapat langsung sampai ke Dzat Ilahi yang mulia dan mereka pun mencapai "al-hiyarah" (kegamangan). Adapun orang-orang yang lain harus terlebih dulu melewati batas-batas (barzakh) segala sesuatu dan batas-batas asma.

Sesungguhnya jalan untuk mencapai Allah s.w.t. tidak terhitung banyaknya. Tasawuf dan Ilmu Hakikat, merupakan bekal di jalan itu bagi para salik serta sekaligus menjadi tabungan, cahaya, dan penuntun mereka. Barak-barak tasawuf adalah selaras ruang tunggu dan pelabuhan yang selalu terbuka bagi pelayaran menuju keabadian serta madrasah yang melaksanakan tugas pengajaran dan pendidikan untuk menghadapi perjalanan panjang ini.

Kita dapat membagi jalan yang menghantarkan kita ke tujuan ini yang sebenarnya jumlahnya sebanyak napas semua makhluk, menjadi dua jalan utama, yaitu:

1-Jalan yang ditempuh oleh para salik dengan riyadhah, sedikit makan, sedikit minum, sedikit tidur, banyak tafakur, menjauhi ikhthilath yang tak berguna, dan berbagai hal lain dalam bentuk pengetatan perilaku dan aturan. Banyak sistem tasawuf yang menyebut jalan ini dengan istilah "Thuruq Barzakhiyyah", sementara yang lain menyebutnya "Thuruq al-Tashawwuf", dan mereka menyempurnakan kepribadian mereka dengan landasan ini.

Wirid utama bagi para penempuh jalan ini adalah "al-asmâ` al-sab'ah", yaitu: lâ ilâha illallâh, allâh, huwa, al-haqq, al-hayy, al-qayyûm, dan al-qahhâr. Dan beberapa asma Allah lain yang penuh berkah. Laku ini ini bertujuan untuk memutus tahapan-tahapan yang dianggap sebagai bagian dari nafsu, yaitu: al-ammârah, al-lawwâmah, al-malhamah, al-muthmainnah, al-râdhiyah, al-mardhiyyah, al-shâfiyah, dan al-zakiyyah. Sebagian dari mereka menambahkan pada nama-nama ini beberapa Nama Keagungan (asmâ' jalâliyyah) lain seperti: al-qadîr, al-qawiy, al-jabbâr, al-mâlik, al-wadûd. Sementara yang lain menambahkan beberapa Nama Keindahan (asmâ' jamâliyyah) seperti: al-fard, al-wâhid, al-ahad, al-shamad.

2-Jalan yang diikat dengan al-Kitab dan Sunnah secara sangat cermat dan teliti, yang menekankan wirid dan zikir. Para penempuh jalan ini selalu berpegang pada Sunnah Nabawiyah di setiap masalah yang mereka hadapi. Mereka selalu berusaha untuk mengikat setiap amal yang mereka lakukan dengan Sunnah yang mulia. Sebagai pengganti al-asmâ` al-husnâ yang dijadikan wirid, mereka menggunakan dasar-dasar ibadah Rasulullah s.a.w. sebagai seruan doa, zikir, dan pikir. Mereka selalu berzikir mengingat Allah dengan menyebut semua al-asmâ` al-husnâ.

Para penempuh jalan ini sangat ketat dalam mengikuti hukum-hukum syariat, bahkan termasuk dalam hal-hal yang kecil. Mereka selalu berpegang teguh pada mursyid dan dalil mereka, kemudian mereka melepaskan diri mereka ke dalam kawasan 'isyq dan jadzb. Pada hakikatnya, setelah 'isyq dan jadzb muncul, semua entitas akan terbuka bagi mereka -dengan wajahnya yang mengarah pada dirinya sendiri- di hadapan mata mereka. Ketika mereka mencapai fana` dari sisi nafsu dan ego, maka mereka akan menemukan kesatuan dengan dzauq (rasa) dan syuhud (kesaksian). Di titik ini mereka kembali menemukan keteguhan dan mereka dapat menyempurnakan perilaku mereka.

Sesungguhnya dasar utama dari jalan ini adalah ibadah, 'isyq, jadzb, zikrullah, dan shahbah. Yang dimaksud dengan "zikrullah" di sini adalah tindakan salik melakukan telaah yang bersinergi dengan muzakarah dan pengkajian, sebagaimana yang diajarkan oleh Sunnah: "Mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya antara mereka."[2]

Seorang salik yang berkelanan di perbatasan akhir dari 'isyq hakiki, bisa jadi akan menemukan dirinya -sebagaimana yang terjadi pada al-wajd dan al-jadzbah- dalam aliran al-syauq dan al-isytiyâq (kerinduan), yang merupakan dimensi lain dari 'isyq.

Wahai Allah, tuntulah kepada segala yang Kau sukai dan Kau ridhai. Limpahkanlah selawat kepada Sayyidina Muhammad al-Murtadha dan kepada segenap keluarga serta sahabat beliau.

[1] "Tanazzul" atau "tanzîl" adalah turunnya Wujud dengan Penyingkapan Tuhan. Penyingkapan Tuhan yang membuat adanya Penurunan (tanazzul) ini adalah supaya manusia meniti kembali Pancaran Cahaya Tuhan. Lihat: Sufi Terminology, Amatullah Armstrong, 1995. Penj-
[2] Muslim, al-Dzikr 11.