“Saat Saya Meneliti Sekolah Hizmet di Jerman, Saya Mendapatkan Pengalaman Luar Biasa Lebih dari Apa Yang Saya Harapkan”

Saat Saya Meneliti Sekolah Hizmet di Jerman, Saya Mendapatkan Pengalaman Luar Biasa Lebih dari Apa Yang Saya Harapkan

Buku terbaru Dr. Jochen Thies berfokus pada sekolah-sekolah yang terinspirasi Gülen di Jerman. Dr. Jochen Thies memperkenalkan bukunya: “We Are a Part of This Society-A Look at the Education Initiatives of the Hizmet Movement,” yang menulis tentang sekolah-sekolah yang dibuka oleh pengusaha-pengusaha Turki di Jerman.

Dr. Gunther Mulack, Direktur German Orient Institute, yang juga peserta dalam acara tersebut, menyebutkan sebuah fakta bahwa sekolah-sekolah terbaik di Afghanistan bukan lagi sekolah-sekolah Jerman dan Perancis, melainkan sekolah-sekolah Turki. Sementaraitu, penulisbuku, Dr. Thies, mengkritik ketidakadilan orang Jerman terhadap sekolah-sekolah Turki.

Acara ini diselenggarakan di Negara Bagian Berlin, di mana Dr. Jochen Thies menan datang anisalinan bukunya yang berjudul “We Are a Part of This Society-A Look at the Education Initiatives of the Hizmet Movement.”

Meskipun mungkin saja berbeda dari negara lainnya di dunia, di Jerman, orang-orang Turki bukanlah yang pertama kalinya membicarakan topik seputar pendidikan. Bahkan, di daerah seperti Berlin, di mana di sana ada populasi Turki yang cukup besar, tertanam keyakinan yang cukup kuat bahwa semakin tingginya rata-rata pelajar Turki menunjukan buruknya sekolah tersebut.

Sekalilagi, meskipun fakta menunjukkan bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam membentuk masa depan anak-anak, namun diketahui bahwa prosentase kelulusan SMA bagi anak-anak Jerman adalah 40 persen danhanya sekitar 10 persensaja bagianak-anak Turki.

Meskipun demikian, ada ratusan les kursus dan sekolah Turki serta banyak proyek-proyek yang dikaitkan dengan nama Fethullah Gülen telah didirikan di Jerman, yang tentu telah membuat reputasi yang cukup baik bagi diri mereka sendiri dalam bidang pendidikan selama kurunwaktu yang cukup lama. Kalau begitu, mana orang yang berada di balik sekolah-sekolah yang telah mereka dirikan ini? Apa tujuan mereka, dan apa opini publik Jerman terhadap sekolah-sekolah ini?

Ada satu buku yang keluar di pasaran, menjawab persoalan ini dan pertanyaan-pertanyaan serupa lainnya. Buku itu berjudul “Wirsind Teildieser Gesellschaft. Einblicke in die Bildungsinitiativen der Gülen-Bewegung”dan telah diterbitkan oleh Herder Publishing House. Penulis buku ini, Dr. Jochen Thies, selain dikenal sebagai seorang sejarahwan, sepanjang hidupnya juga didedikasikan sebaga iseorang jurnalis.

Dr. Thies juga telah menulis pidato-pidato untuk mantan Presiden Helmut Schmidt, direktur Surat Kabar Die Welt bagi anpolitik luar negeri, yang juga menjabat sebagai direktur editorial untuk majalah the Europa-Archiv/Internationale Politik magazine dan bekerja di posisitop-enduntuksiaran televisi ISPA dan radio Jerman. Ia juga sempat menjabat sebagai kepala sekolah selama beberapa periode tertentu dalam hidupnya. Untuk bukunya ini, ia sempat mengunjungi the TUDESB High School di Berlin, mengadakan dialog di Koln, danthe BIL schools di Stuttgart, membuat berbagai wawancara serta mengadakan banyak pertemuan.

Penayangan perdana buku ini berlangsung di Parlemen Negara Bagian Berlin. Dalam kata sambutan, ada banyaknama lainnya di samping penulis buku, DrJochen Thies, termasuk Rabbi Prof Walter Homolka Ahli Pelajaran Alkitab), Prof Christoph Bultmann (mantan Menteri Luar Negeri), Dr. Markus Meckel (Presiden Dialog Interkultureller eV Institute), dan Sosiolog, Ercan Karakoyun. Pelaksana program iniadalah Direktur Jerman Orient Institute, yaitu Dr. Gunter Mulack. Sejumlah pendengar baik Turki maupun Jerman ikut bergabung dalam program ini.

Dalam pidatonya, Dr. Gunter Mulack menyatakan bahwa di Kabul, ibu kota Afghanistan, Sekolah-sekolahTurki telah menggantikan sekolah-sekolah Jerman dan Perancisse bagai sekolah terbaik di kota itu. Prof Bultmann, di sisi lain juga menarik perhatian yang besar terhadap sikap dari Dewan Pers Jerman (Deutscher Presserat) yang meneliti artikel demi artikel yang telah melanggar prinsip-prinsip moral pers yang diterbitkan dalam Der Spiegel.

Prof. Bultmann mengemukakan sebuah fakta dalam sebuah artikel di majalah Der Spiegel yang diterbitkan beberapa waktu lalu tentang Fethullah Gülen dan gerakan hizmetnya, Beberapa opini yang diberikan dengan mengacup ada orang-orang tertentu dikatakan telah menyimpang. Selanjutnya bahwa Dewan Pers Jerman telah dua kali diperiksa dan dikonfirmasi akan kebenaran hal ini, namun entah bagaimana, dengan cara yang tidak bisa dimengerti dan tidak secara terbuka menuntut agar majalah Der Spiegel membuat koreksi yang diperlukan.

Orang terakhir yang naik ke mimbar adalah Dr. Jochen Thies. Dia berbicara tentang bagaimana bukunya itu terbit yang dilanjutkan dengan membaca beberapa kutipan dari buku itu. Penulis menyatakan bahwa penerbitan buku tersebut merupakan sebuah kesempatan yang dibuka untuknya dan kepercayaan yang ada dalam dirinya.

Penulis berbicara tentang bagaimana ia telah memenuhi harapannya saat ia memulai penelitian dan melakukan wawancara, namun ia mengatakan bahwa hal yang ia lihat dan alami telah jauh di atas harapannya. Dr. Thies juga mengkritik rendahnya minat masyarakat Jerman terhadap sekolah, dan mengatakan kata-kata ini secara hati-hati, “Orang-orang Turki telah membukanya seperti tiram, akan tetapi sekarang ini mereka mungkin akan menutupnya kembali.”