Fethullah Hojaefendi

Fethullah Gülen

Setelah Muhammad Fethullah Gülen menginjak usia dua puluh tahun, dia pun meniggalkan kota kelahirannya, Erzurum yang terletak di ujung timur Turki, menuju kota Edirne yang menjadi gerbang bagi Turki ke dunia barat. Di kota itu, Gülen menjadi Imam Besar di Masjid Uc Serefeli. Gülen melewati waktunya dua tahun di masjid ini yang setengah tahun darinya dia lewati dalam kezuhudan dan ketekunan riyadhah batin. Selama menjadi Imam Besar, Fethullah Gülen nyaris tidak pernah meninggalkan masjid dan hanya keluar jika keadaan memang memaksa. Padahal saat itu, tidak ada tempat khusus di dalam masjid yang dapat menjadi tempat tinggalnya sehingga beliau pun terpaksa tidur hanya dengan beralaskan kasur tipis tepat di bawah jendela besar yang terdapat di salah satu sudut masjid.

Setelah menjadi Imam Besar di Edirne, Fethullah Gülen menjalani wajib militer di Mamak dan Iskenderun sampai akhirnya dia kembali ke Edirne dan kemudian berpindah lagi ke Kirklareli. Pada tahun 1966, Gülen berpindah lagi ke Izmir. Fethullah Gülen memulai kiprahnya di kota Izmir dengan menjadi guru di sebuah Pondok Pesantren Al-Qur’an Kestane Pazari . Pada saat itulah Gülen berkeliling di seluruh kawasan barat Anatolia. Ketika memasuki tahun 1970, dimulailah sebuah babak baru dalam hidupnya yang disebut ”Al-Mukayyamat (” yaitu ketika Gülen bernazar untuk membaktikan dirinya demi berkhidmat di jalan Allah dan kemanusiaan yang dilakukannya dengan mendidik orang-orang agar taat serta tekun beribadah kepada Allah Swt.

Melalui pengajaran yang disampaikannya, Fethullah Gülen berhasil menggugah hati para jamaahnya sekaligus memasukkan nilai-nilai moral yang luhur ke dalam jiwa mereka hingga membuat batin mereka kembali hidup setelah meranggas dalam kematian. Di hadapan para jamaahnya, Fethullah Gülen menjadi ksatria yang membangkitkan semangat mereka serta memiliki pandangan tajam yang mampu menembus relung hati mereka yang berduka. Beliau menjadi ksatria yang tidak menyandang pedang, tetapi membawa permata kebenaran iman, berlian ilmu pengetahuan, serta ratna mutumanikam kerinduan dan cinta. Dengan semua itulah Gülen membimbing jamaahnya menuju penghambaan diri kepada Allah SWT dalam kesadaran atas kefakiran mereka di hadapan-Nya. Pada tanggal 12 Maret 1971, Fethullah Gülen ditangkap oleh pemirintah Turki dengan tuduhan merencanakan makar dengan cara mengubah landasan sosial-politik yang dianut Turki, mengeksploitasi ketaatan masyarakat Turki terhadap Islam, serta menggalang gerakan bawah tanah untuk mewujudkan niat jahat terhadap pemerintah. Untungnya penahanan ini hanya berlangsung selama enam bulan, karena setelah proses pengadilan dilakukan, semua tuduhan yang diarahkan terhadap Gülen ternyata tidak terbukti sama sekali.

Setelah kembali menduduki jabatanya sebagai Imam, Gülen ditugaskan di kota Edremit di provinsi Balikesir, tapi beliau lalu dimutasi ke provinsi Manisa, dan kemudian dimutasi lagi ke kota Bornova di provinsi Izmir. Di kota ini, Gülen menetap sampai bulan September tahun 1980. Pada tahun-tahun itulah Gülen melakukan perjalanan keliling Turki untuk menyampaikan ceramah ilmiah dengan beragam topik meliputi masalah agama, sosial, filsafat, dan pemikiran. Selain itu, Gülen juga mengadakan kuliah-kuliah umum yang di dalamnya beliau curahkan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan generasi muda, khususnya dari kalangan alumni perguruan tinggi. Ternyata, jawaban yang disampaikan Gülen dalam kuliah-kuliah umum tersebut dapat memberi pencerahan bagi banyak kalangan seperti para mahasiswa, guru, pedagang, wiraswastawan, dan berbagai profesi lainnya. Itulah yang menyebabkan Gülen sangat disukai oleh banyak orang dari berbagai kalangan yang kemudian menerapkan apa yang Beliau ajarkan untuk berbakti pada agama, umat manusia, dan bangsa.

Itulah cikal-bakal sebuah gerakan yang disebut dengan Hizmet Movement (pelayanan untuk masyarakat yang bersumber dari pemikiran Fethullah Gülen Hocaefendi) yang melibatkan begitu banyak orang dari berbagai bidang. Tanpa berharap pamrih dari pihak mana pun dan dengan tetap mematuhi undang-undang serta peraturan yang berlaku di Turki, orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini kemudian mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah persiapan khusus untuk para pelajar yang akan masuk perguruan tinggi. Tidak lama setelah runtuhnya Uni sovyet, gerakan ini juga menyebar hampir ke seluruh dunia khususnya di kawasan Asia Tengah. Ketika banyak muslim lain yang tidak sempat melakukan apa-apa bagi masyarakat karena terjebak dalam debat kusir soal “Dar Al-Islam” dan “Dar Al-Harb”, Fethullah Gülen dan gerakan yang dicetuskannya  menunjukkan hasil nyata yang berguna bagi masyarakat banyak. Ketika Gülen ditanya tentang masalah ini dalam kaitanya dengan Republik Turki, Beliau hanya menjawab singkat bahwa Turki adalah “Dar al-Khidmat( Tempat Pelayanan)” Dan, pendapat yang dilontarkan Gülen itu ternyata dibuktinya sendiri olehnya dengan melakukan “khidmat bukan hanya di Turki, melainkan di pelbagai penjuru dunia. Dalam gerakan berkhidmat atau Hizmet Movement inilah berhimpun orang-orang yang bekerja untuk masyarakat tanpa mengharap pamrih duniawi. Bahkan dengan mengusung semboyan “Cinta dan Sabar”, orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini tidak pernah mengharapkan kedudukan apa pun. Tak ada waktu bagi mereka untuk bertengkar, karena mereka sibuk dengan tindakan-tindakan positif dan kerja nyata, tanpa pernah mau membalas keburukan dengan keburukan lainnya.