Dunia Islam, Dunia Kita
Sudah ada begitu banyak klaim atas kebangkitan baru yang kita dengar dari berbagai era dan wilayah tertentu di dunia dengan berbagai macam jargon yang berbeda. Tapi tentu saja benar-tidaknya semua klaim tersebut selalu terbuka untuk didiskusikan di setiap saat. Namun di sana ada sebuah dunia yang benar-benar bangkit dalam arti yang sesungguhnya. Sebuah dunia yang mampu merangkum seluruh entitas dan rahasia yang terkandung di balik tirai jagad raya, manusia dan kehidupan, dengan bebas dan merdeka dari segala belenggu. Dunia yang satu ini, dalam kesadaran jangka panjang, adalah dunia kita.
Sampai saat ini, bumi masih terus berputar dan berguncang dengan amat kuat. Meski bumi mengalami berbagai guncangan, namun ia tetap mampu mewujudkan semua yang sekarang kita lihat serta tetap memiliki kekuatan untuk membangkitkan kehidupan baru setelah kematian!
Kalau pun kita semua mati, maka bumi selalu memiliki komposisi biologis yang membuatnya mampu melahirkan berbagai makhluk hidup yang baru. Setelah sekian lama berbagai macam suku bangsa mendiami bumi, ia tetap memberi kesempatan kepada manusia untuk melanjutkan kehidupan mereka di permukaannya. Ya. Bumi memang selalu tersedia bagi generasi selanjutnya untuk mengambil pelajaran dari masa lalu. Manusialah yang harus mampu dengan sebaik-baiknya menjadikan perjalanan sejarah mereka selama menghuni bumi sebagai "darah dan daging" bagi kehidupan mereka di saat ini dan di masa depan.
Di tengah sejarah bumi, Dunia Islam yang kita huni adalah sebuah dunia yang unggul melampaui masanya dalam ilmu pengetahuan biologi, spiritualitas, tasawuf, longika, peradaban, seni, dan sebagainya. Dunia Islamlah yang memiliki begitu banyak pakar ilmu pasti seperti al-Khawarizmi, al-Biruni, Ibnu Sina, dan al-Zahrawi. Dunia Islam juga memiliki banyak guru besar dalam bidang hukum seperti Imam Abu Hanifah, Imam Muhammad, al-Sarkhasi, dan al-Marghanani. Bahkan Dunia Islam telah memiliki berbagai kesiapan yang melebihi semua standar manusia. Umat Islam telah menjalani kehidupan di atas garis haluan spiritual yang menjadikan hati dan logika sebagai panutan.
Dunia Islam memiliki Imam al-Ghazali, Imam al-Razi, Maulana Jalaluddin Rumi, Syah Naqsyabandi. Kita juga memiliki pakar hukum seperti Imam al-Maturidi, al-Taftazani, al-Jurjani, al-Dawwani. Bahkan Dunia Islam juga memiliki seniman-seniman hebat dan arsitek ulung seperti Hayreddin, Sinan, Itri, dan Dede Efendi.
Jadi setelah tertidur sekian lama, semua jiwa dan akal yang bersemayam di Dunia Islam sangat mungkin untuk kembali bergerak hidup untuk kemudian mewujudkan kebangkitan global yang kedua atau ketiga.
Dunia pasti dapat membuka lembaran baru dengan berbagai pencapaian luar biasa di tengah pembentukan spiritualitas dan moral di mana-mana. Ilmu yang mengekplorasi keabadian, akhirat, empatik, dan menyatu dalam berbagai dimensinya untuk memperbarui daya simak terhadap inti dan roh ajaran Islam, seperti dengan menjelaskan kembali penafsiran atas entitas semesta. Semua itu dilakukan dalam atmosfer tasawuf ilahiah yang mendalam seperti yang dapat kita temukan dalam metafisika; dalam kesadaran muhasabah dan muraqabah islami seperti yang dapat kita temukan dalam proses penyadaran dan penguatan yang membuat manusia berada di tataran nilai tertinggi; serta dalam peradaban dan rancangan tamadun yang memperkuat dunia kita sehingga ia dapat kembali "bernafas lega" seperti yang kita temukan dalam nilai-nilai estetis di tengah masyarakat.
Ya. Dunia memang dapat membuka lembaran baru seperti ini. Bahkan kita dapat memastikan bahwa dunia pasti mampu membuka sebuah lembaran baru, meski tentu saja hal itu tidaklah mudah.
Kita tentu tidak dapat membuka lembaran baru seperti apapun tanpa terlebih dulu melepaskan semua konsepsi dan pemikiran sesat yang telah menyebar luas di negeri ini sejak bertahun-tahun lamanya. Seperti sikap mengabaikan kehidupan spiritual secara membabi-buta, menghentikan kegiatan keberagamaan, membelenggu kemerdekaan hati dengan melupakan cinta sebagai sifat manusia, mengungkung para cendekiawan dan ilmuwan dalam penjara materialisme, menjadikan retorika kosong sebagai pengganti keteguhan sikap dalam kebenaran, dan semua ini berujung pada sikap mengejar akhirat dengan menggunakan perspektif duniawi yang dangkal!
Tapi dengan pernyataan ini saya tidak ingin mengatakan bahwa selama beberapa kurun terakhir kita gagal menyingkirkan berbagai kotoran yang melekat di roh umat Islam. Yang ingin saya katakan kepada Anda adalah bahwa untuk mewujudkan sebuah dunia yang aman sentosa amatlah sukar jika sebagai umat, kita masih belum mampu membebaskan diri dari berbagai hal yang dapat menghancurkan kita serta menjauhkan kita dari kebenaran, seperti sifat tamak, malas, mabuk popularitas, egois, cinta dunia, dan berbagai sifat buruk lainnya. Kita selalu melangkah menuju kebenaran yang menjadi hakikat dan inti ajaran Islam dalam bentuk sifat-sifat terpuji seperti kanaah, berani, empati, gemar mengasah rohani, dan tunduk kepada Allah. Kita selalu menjernihkan jiwa dengan berbagai nilai luhur dan membentuknya berdasarkan nilai-nilai tersebut.
Namun meski jalan menuju dunia yang sempurna amatlah sulit, tapi itu tidak berarti bahwa hal itu mustahil untuk dicapai. Dunia tidak pernah kehilangan orang-orang pemberani yang tulus hatinya, teguh dalam melakukan pembaharuan, serta mampu menghadapi tantangan zaman. Selama orang-orang seperti itu masih ada, maka perubahan dan pembaruan pasti akan selalu terjadi.
Dunia akan terus memperbarui diri dan berubah menuju ajaran al-Qur`an yang sesuai dengan fitrah manusia. Dunia akan bergerak maju meninggalkan orang-orang lemah yang terbelenggu oleh diri mereka sendiri dan tidak pernah mau membuka diri terhadap segala bentuk pembaruan. Orang-orang seperti itu pasti tidak akan mampu menahan laju perubahan zaman.
Gelombang kebangkitan global yang dapat kita rasakan serta kita ketahui masih terus terjadi sampai hari ini, sebenarnya adalah buah dari usaha yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pembaru dalam kedudukan mereka sebagai seorang individu, bukan sebagai sebuah gerakan revolusi umat manusia secara keseluruhan. Sebagaimana dulu segala perubahan dan pembaruan yang berkobar di seluruh dunia hingga beberapa abad setelah kemunculan Islam, sebenarnya adalah hasil dari apa yang dilakukan oleh individu-individu brilian yang sangat cerdas yang lahir pada masa kekuasaan dinasti Umawiyah dan Abasiyah. Sebagaimana kita juga telah mengetahui tokoh-tokoh besar berada di belakang semua pembaruan yang terjadi pada masa Ilakhan, Karhukhan, Seljuk, dan Ottoman.
Aroma semerbak kesturi yang ditebarkan oleh para tokoh berkepribadian hebat itu selalu dapat kita cium di setiap generasi. Aroma harum itulah yang diembuskan ke segala penjuru untuk kemudian merasukkan semangat pembaruan di tengah umat manusia.
Semua generasi yang datang berikutnya kemudian mengikuti jalan para pionir ini serta mengikuti jejak pemikiran mereka. Seluruh umat bagaikan ngengat yang mengerumuni cahaya yang mereka pancarkan, sehingga membuat para tokoh itu menjadi laksana jantung yang menjaga keberlangsungan hidup umat. Itulah sebabnya, ketika umat Islam tidak lagi memiliki tokoh pembaru yang meneruskan para pendahulu kita, mereka pun tenggelam dalam kehinaan, kebuntuan pemikiran, dan kelumpuhan pada segala bidang.
Di tengah keterpurukan panjang seperti itu, kemudian menyingsinglah fajar baru mengiringi musim semi yang tampaknya segera datang hingga merekahlah segala cita setelah penantian panjang. Mari kita berdoa kepada Allah semoga Dia berkenan menganugerahi kita tekad kuat yang sejalan dengan kehendak-Nya agar kita dapat menegakkan bangunan spiritualitas kita kembali. Semoga Allah berkenan menjadikan hati kita semua menghijau laksana taman yang indah, dan menghantarkan kita pada rahasia Ilahi. Semoga Allah berkenan menunjukkan jalan pembaruan kepada generasi kita agar kita dapat mengikuti jejak Rasululullah s.a.w.
Segenap usaha yang kita lakukan untuk mewujudkan cita-cita suci ini adalah hak dan sekaligus refleksi dari keimanan yang kita miliki. Tapi tentu kita juga harus ingat bahwa meski semua ini adalah hak kita sebagai umat Islam, namun kita tidak boleh lupa untuk selalu menggali pengalaman para pendahulu kita sembari melacak nilai-nilai luhur yang dahulu telah membuat mereka menjadi umat terbaik di dunia.
Ketika barat berhasil mewujudkan kebangkitan seperti yang sedang kita bicarakan ini dalam perjalanan mereka menuju peradaban modern, mereka menggali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ajaran Kristen, Yunani, dan Romawi. Tentu saja praktik seperti ini dapat diterapkan oleh kebudayaan di manapun dan kapanpun. Itulah sebabnya menjadi sangat penting bagi kita untuk kembali mencari akar dan menggali khazanah masa silam yang masih bersih dari kekotoran zaman. Seiring dengan itu, kita juga harus mengambil semua hal-hal baik yang baru muncul di zaman sekarang yang kita anggap dapat menjadi sumber kebanggaan kita untuk selama-lamanya.
Kita dapat menggali pemikiran filsafat dan prinsip moral dari tasawuf, agar kita dapat membangun masa depan yang gemilang. Dalam gerakan inilah kita akan melihat Maulana Jalaluddin Rumi berjalan bersama al-Taftazani, Yunus Emre bersujud bersama Mahdumguli, Fuzuli akan memeluk Mehmed Akif, Uluð Bey akan menyambut Abu Hanifah, Hodja Dehhani akan duduk di sisi al-Ghazali, Ibnu Arabi bercengkerama bersama Ibnu Sina, dan Imam Sirhindi akan tersenyum di hadapan Bediüzzaman Said Nursi...
Para pemikir besar dari masa lalu itu akan bersatu saling mendukung satu sama lain untuk kemudian membisikkan ke telinga kita arah mana yang dapat kita tempuh agar kita dapat segera keluar dari segala keruwetan ini.
Harapan terpenting yang patut kita perjuangkan adalah bagaimana caranya agar kita dapat menemukan satu perasaan, pemikiran, manhaj, dan falsafah yang dapat merangkum semua hal yang telah saya sebutkan di atas, serta bagaimana caranya agar kita dapat menemukan sebuah metode yang jitu dengan merujuk pada ajaran Islam yang abadi.
Menurut hemat saya, jika kita ingin mencapai harapan itu maka kita terlebih dulu harus kembali menelisik dan memperbarui jalan yang kita lewati. Di antara dasar-dasar terpenting bagi kebangkitan kita adalah: rasa cinta dengan segala berkahnya, kekuatan lahir batin, ketajaman pikiran, keteguhan sikap, kebebasan, dan rasa percaya diri. Selain itu kita juga harus memiliki kedalaman, ketelitian, kebebasan, pola nalar, dan spirit wahyu yang terkandung dalam falsafah dan semua tindakan kita.
Salah satu cara yang dapat kita tempuh untuk menjaga kestabilan langkah kita di jalan kebenaran ketika kita melakukan pembaruan adalah dengan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan terakhir yang hendak kita capai. Selain itu kita juga harus menjadikan roh (spiritualitas) sebagai landasan bagi semua tindakan yang harus kita lakukan. Tak pelak, rasa cinta terhadap kemanusiaan dan tanah tumpah darah kita juga tidak boleh kita abaikan, sebagaimana halnya kita juga harus menjadikan akhlak dan moralitas sebagai bekal perjalanan yang tidak boleh kita lupakan.
Ingat, jagad raya, umat manusia, dan kehidupan adalah sebuah "kitab" yang mengandung banyak rahasia yang lembaran-lembarannya harus kita buka di bawah bimbingan al-Qur`an sebagai Kitabullah yang merupakan kristalisasi dari "kitab" semesta. Ayat-ayat kauniah itulah yang menjadi sumber kekuatan utama bagi umat manusia, sementara al-Qur`an (ayat-ayat qauliyyah) dan Sunnah Rasulullah menjadi penunjuk jalan yang akan menuntun kita ke tujuan. Kedua "kitab" itu memang saling bersesuaian antara satu sama lain dalam mengantar umat manusia ke tujuan luhur yang hendak mereka capai.
Demikianlah beberapa resep yang dapat kita pakai untuk menyelamatkan kita dan seluruh umat manusia. Kita harus menjadikan tanah air dan bangsa kita sebagai tujuan kita sembari terus berusaha meluruskan langkah kita yang salah. Kita harus menghidupkan tubuh kita dengan spiritualitas yang kita bentuk dari masyarakat kita sendiri untuk kemudian kita buka lembaran sejarah baru yang bersih dan pantas bagi bangsa kita. Jika semua itu dapat terwujud, maka itulah landasan bagi terbentuknya sebuah peradaban yang lebih tinggi dari segala impian dan mimpi-mimpi pembaharuan. Pada bagian mendatang, saya akan menjelaskan dasar-dasar ini secara lebih rinci.
- Dibuat oleh