Husnuzan dan Suuzan

Pertanyaan:

Dapatkah Anda menjelaskan batasan-batasan husnuzan dan suuzan? Atau dapatkah Anda memberi kriteria terkait dua hal tersebut?[1]

 

Jawaban: 

Husnuzan artinya berpikir dan berpendapat baik tentang seseorang, sedangkan suuzan artinya berpikir dan berpendapat negatif tentang seseorang. Husnuzan adalah ungkapan sikap yang harus ditunjukkan seorang mukmin terhadap mukmin lainnya tanpa ketentuan, tanpa syarat, dan tanpa pengecualian. Sedangkan suuzan, jika terpaksa harus melakukannya, maka maknanya secara mutlak adalah sikap yang ditunjukkan seorang mukmin terhadap ahli dhalalah dan para musuh iman dan Al Quran.

Pada umumnya, seorang mukmin yang bersuuzan terhadap mukmin lainnya -mungkin terdapat beberapa peristiwa yang mendorongnya melakukan hal tersebut- terjerumus pada ketidakbenaran dan tertipu. Begitu juga husnuzan seorang mukmin terhadap orang kafir biasanya sebuah ketertipuan. Hal ini dikarenakan objek prasangka berbeda. Maka husnuzan ditunjukkan kepada sesama mukmin, sedangkan suuzan ditunjukkan kepada ahli dhalalah. Dari sini, berprasangka baik terhadap seorang mukmin, berpendapat bahwa perilaku mereka itu selalu mengarah pada kebenaran serta hal-hal positif adalah sifat seorang mukmin dan menjadi tugasnya. Ya, sebisa mungkin kita harus berhusnuzan kepada ahli iman dan ahli Islam.

Seingat saya Almarhum Hadimi[2] dalam kitabnya yang merupakan syarah dari kitab Tarikat-ı Muhammediyekarangan Imam Birgiwi[3] menyebutkan sebuah kriteria penting dalam permasalahan ini, yaitu: Seorang mukmin meskipun melihat seorang mukmin lainnya berzina, ia harus berkali-kali mengusap matanya dan berpikir "Mungkin saya salah lihat?" Pada saat dia yakin dengan apa yang dilihatnya, dia harus mengucapkan: "Subhanallah! Seorang mukmin tidak mungkin melakukannya. Sebenarnya orang itu adalah orang yang baik, bagaimana bisa ia jatuh ke dalam keburukan seperti itu!?" Kemudian ia harus melanjutkannya dengan doa: "Ya Allah! Ampunilah dia!" dan meninggalkan tempat itu tanpa membongkar aibnya. Demikianlah sikap yang harus ditunjukkan seorang mukmin kepada mukmin lainnya.

Jika proporsi husnuzan kepada seorang kafir besarnya l%, maka proporsi husnuzan kepada seorang mukmin haruslah sebesar 99,9%. Sesedikit itulah seorang mukmin dapat bersuuzan kepada saudaranya. Itu pun dilakukan sambil berusaha menyingkirkannya dengan jalan memohon ampunan untuknya dan memalingkan mata, sebagaimana dibahas dalam Al-Qur’an: 

 

"Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya"[4]

 

Dengan mengamalkan ayat tersebut kita pun meninggalkan tempat itu dengan sikap yang luhur. Mukmin menurut Al-Qur’an adalah sosok yang melihat sekitarnya dengan toleransi, pemaaf, dan orang yang tidak melihat kesalahan orang lain. Ya, itulah syiar bagi seorang mukmin.

Dengan izin dari Anda, saya ingin menyampaikan contoh hidup yang terjadi pada Asr Saadah di mana peristiwa itu terkait dengan bagaimana pendekatan sikap yang seharusnya dilakukan terhadap sesama mukmin. Nuaiman adalah sosok yang diriwayatkan ambil bagian dalam Perang Badar. Meskipun minuman memabukkan telah dilarang, tetapi ia masih meminum minuman khamar dan semisalnya. Ia sering tertangkap basah sedang mabuk. Suatu waktu, dia dibawa ke hadapan Baginda Nabi agar dinasihati dan dididik. Karena hal yang sama kembali terulang, ia dibawa lagi ke hadapan Rasulullah. Salah satu orang yang hadir di tempat itu sambil menunjuk Nuaiman berkata: "Semoga Allah menghukummu! Betapa buruknya hal yang kamu lakukan? Ini sudah yang ke berapa kalinya kamu dibawa kemari karena sebab yang sama?"

Mendengar hal itu, Baginda Nabi bersabda: "Janganlah kamu menolong setan dalam menjerumuskan saudaramu. Saya bersumpah atas nama Allah, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya." Demikianlah kriteria yang ditunjukkan Baginda Nabi terhadap sikap kita terhadap seorang mukmin. Terdapat banyak contoh serupa dari Asr Saadah. Semua peristiwa tersebut menunjukkan bagaimana sikap Rasulullah terhadap sebuah kesalahan yang dilakukan secara personal. Keteladanan yang Rasulullah tunjukkan begitu menyentuh hati, sehingga segala sesuatu yang bernaung di bawah ufuk Sang Nabi menjadi seperti percikan cahaya yang meninggalkan apa yang di belakangnya dalam keadaan terang. 

Khususnya pada hari ini, hendaknya setiap mukmin memandang satu sama lain dengan perspektif seperti itu. Misalnya, jika aku melihat seorang sahabatku sedang berjalan dengan seorang gadis, aku tidak seharusnya mengubah pandangan terhadap sahabatku itu. Apalagi Allah ta'ala            tidak langsung mencampakkan hambanya disebabkan oleh satu kesalahannya saja. Apabila Allah subhanahu wa ta'ala langsung menghukum hamba-hambaNya segera setelah mereka berbuat kesalahan, maka pada hari ini tidak akan ada manusia yang tersisa. Meskipun kita melakukan banyak kesalahan, Allah tidak memutus hujan serta menarik kembali rezeki yang turun dari atas langit dan keluar dari dalam bumi; Allah tidak membiarkan kita kelaparan dan kehausan. Oleh sebab itu, seorang mukmin harus bersikap dengan akhlaknya Allah subhanahu wa ta'ala. Sebisa mungkin mereka selalu berhusnuzan terhadap saudara-saudaranya.

Seorang manusia yang bersuuzan kepada mukmin lainnya adalah orang sakit yang akhlaknya rusak. Ya, suuzan terhadap kaum muslimin adalah suatu penyakit jiwa atau kebutaan hati. Cara terlepas dari penyakit ini adalah dengan jalan menyadari dosa-dosa yang telah dilakukan. Orang yang sakit jiwa, dengan lensa kalbunya akan melihat segala sesuatu dengan pandangan yang kabur. Padahal di ladang yang penuh duri pun terdapat mawar. Berdasarkan ungkapan "Ambillah yang jelas, tinggalkanlah yang samar-samar," maka manusia di ladang berduri pun hendaknya hanya melihat dan mencium wangi mawar. Ia hendaknya mengabaikan duri-duri yang ada. Dalam keadaan demikian, apabila seseorang yang mengalami kerusakan karakter memasuki kebun mawar, meskipun wangi mawar semerbak menyusup ke hidungnya, dan melihat embun pagi hinggap di dedaunannya, andaikan ada satu duri saja menusuk kulitnya, bisa jadi dia akan berteriak: "Musnahkan saja kebun mawar ini!" Inilah gambaran orang yang rusak karakternya. Orang yang seperti ini meskipun berada dalam potret yang paling bersih nan suci sekalipun, karena sistem menjijikkan yang ada di dalam fitrahnya, ia pun akan senantiasa mengeluh.

Sebagaimana dibahas sebelumnya, apabila kita perlu melakukan suuzan, maka ia hanya pantas dilakukan terhadap orang-orang yang tidak beriman demi terjaga dari bahaya dan sebagai langkah antisipasi. Dengan demikian, seorang mukmin ketika membangun dialog dengan seseorang yang ingkar, hendaknya menambah penekanan pada usaha untuk menjelaskan hakikat-hakikat iman. Di sini terdapat dua hal yang perlu diperhatikan: cukuplah bagi seorang mukmin memberi sapaan dan lewat begitu saja demi menjaga dirinya dari bahaya orang ingkar. Jika tidak, maka seorang muslim bisa membangun hubungan baik dengannya demi bisa menghembuskan keindahan hakikat-hakikat iman ke dalam kalbunya. Artinya seorang mukmin hanya boleh mengetuk pintu orang-orang yang dimurkai Allah subhanahu wa ta'ala tersebut bukan untuk keperluan pribadinya, melainkan untuk menyampaikan hakikat mulia dan ilham ke dalam hatinya.

Kesimpulannya, husnuzan merupakan ungkapan sikap dari seorang mukmin kepada mukmin lainnya. Ia adalah unsur yang sangat penting demi memperkokoh hubungan sesama mukmin. Sedangkan suuzan adalah sikap yang hanya layak ditunjukkan kepada musuh-musuh Allah.

 

 

 

[1] Diterjemahkan dari artikel: Hüsnüzan ve Suizan https://fgulen.com/tr/eserleri/kendi-iklimimiz/husnuzan-ve-suizan, Prizma 5: Kendi İklimimiz

 

[2] Imam Hadimi, yang memiliki nama panjang Abu Said Muhammed Hadimi. Biografi beliau dapat diakses di: http://konyaninalimvehocalari.konyacami.com/ebu-said-muhammed-hadimi/ 

 

[3] Imam Birgivi adalah Ulama Usmani. Biografi dan Karya beliau dapat diakses di: http://www.worldwisdom.com/public/authors/Imam-Birgivi.aspx 

 

 

 

[4] Al Furqan 25:72

 

 

 

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2025 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.