Surah al-Thalâq [65]: 2

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaaq, 2)

Arti kata “taqwa” menurut pemikiran kita adalah mengikuti ajaran syariat Islam dengan baik dan mengikuti segala peraturannya yang bersifat fitrah. Yang pertama adalah takwa yang bersifat kejiwaan yang disebut ‚takwa Al-Anfasiyah‛, yang kedua “takwa Al-Afaqiyah”. Hubungan antara kedua takwa tersebut sangat erat, sehingga tidak bisa dipisahkan antara yang satu dari yang lain. Tetapi, tidak mudah seorang untuk mencapai ketakwaan semacam itu.

Ketika membicarakan kata “taqwa”, maka Al-Qur’an menyebutkan:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaaq, 2)

Kata tersebut berasal dari kata “ittiqo’” dan fiil tersebut dari wazan iftial, maksudnya mempunyai arti “al-muthawa’a” yaitu menerima sifat takwa dengan sungguh-sungguh.

Sesungguhnya perlu diterangkan dari kata “at-taqwa” karena rasa takut kepada Allah tidak mudah dirasakan oleh semua orang. Karena itu, untuk mencapai ketakwaan yang sejati, maka setiap mukmin harus berdedikasi keislamannya secara teguh, yaitu menjalani semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena itu, jika seorang telah dapat mewujudkan ketakwaan dirinya dengan sungguh-sungguh, pasti Allah akan memberinya jalan keluar baginya dalam setiap kesulitan yang ia hadapi.

Manusia yang setiap waktunya selalu dikelilingi oleh berbagai kesulitan, sehingga ia menggunakan berbagai cara untuk menghilangkan kesulitan. Karena itu, ia tidak akan meninggalkan sebab apapun yang dapat menghilangkan kesulitan. Tetapi meskipun demikian, ia tidak mendapatkan jalan keluar bagi dirinya. Karena itu, ketika ia berharap mendapat pertolongan dari Allah, maka ia akan ditunjukkan jalan keluar dari Allah, sehingga ia merasa seolah-olah telah mendapat pertolongan dari Allah. Perlu diketahui bahwa jalan keluar dari segala kesulitan merupakan karunia Allah yang sangat besar, karena setiap kesulitan termasuk kejadian yang luar biasa. Tetapi, karena telah terjadi berulang kali dalam diri seorang, sehingga mata mereka menjadi buta dan tidak mengetahui nilai pertolongan Allah kepadanya. Di sana selalu ada keterkaitan antara sebab dan akibatnya, tetapi sebab tidak dapat melahirkan akibat.

Menurut pandangan Ustadz Sa’id An-Nursi, datangnya pertolongan Allah bagi setiap orang yang mendapatkan kesulitan sangat terkait dengan usahanya yang baik seperti seorang yang ingin makan atau minum, mana mungkin ia dapat makan dan minum jika Allah tidak memberinya tangan dan mulut? Memang manusia yang menanam gandum untuk membuat roti, tetapi mana mungkin gandum itu dapat tumbuh dengan baik jika Allah tidak menjadikan baginya tanah, matahari dan hujan? Apakah manusia dapat makan roti meskipun ia pandai membuat roti? Tetapi jika Allah tidak memberinya tangan, mulut dan gigi, apakah manusia dapat makan roti dengan baik? Karena itu, sebagai seorang yang beriman, maka kita harus memperhatikan masalah ini baik-baik, agar kita mengerti bahwa pertolongan Allah selalu diturunkan kepada siapapun yang sedang mengalami kesulitan, agar ia dapat menikmati manisnya keimanan.

Maka, siapapun yang meninggalkan perbuatan yang haram, menunaikan segala yang difardhukan oleh Allah, menjauhi segala macam syubhat dan ia tidak mengkonsumsi apapun yang dibolehkan secara berlebihan, karena ia selalu takut kepada Allah, maka orang itu pasti akan diberi jalan keluar ketika mendapati segala kesulitan. Bahkan ia akan dipelihara dari rasa sakitnya sekarat dan kesepiannya di dalam kubur, sebagaimana ia akan dijauhkan dari segala kesulitan pada hari kiamat.

Ya Allah, berikan kepada kami jalan keluar yang tidak dapat kami perhitungkan dari mana datangnya?

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.