Pendidikan Dasar dan Kepribadian M. Fethullah Gülen
Takdir Allah rupanya telah menetapkan Fethullah Gülen tumbuh dewasa di tengah kondisi yang sangat kondusif bagi pembentukan kepribadiannya sehingga beliau pun menjadi sosok yang memiliki energi luar biasa, sangat aktif, pemberani, berpandangan tajam terhadap sejarah, sekaligus memiliki hati yang semangatnya tak pernah padam. Itulah sebabnya Gülen kecil tumbuh menjadi pribadi yang sangat penyantun dan selalu menjaga hubungan baik dengan karib kerabatnya.
Disebabkan sifatnya yang sangat peduli kepada keluarga besarnya maka sejak remaja Gülen telah merasakan duka mendalam ketika harus menyaksikan ada di antara kerabatnya yang kesusahan, termasuk ketika ayah kandungnya tertimpa musibah yang disusul dengan kematian kakek dan neneknya. Semua kejadian itu benar-benar memengaruhi hati Gülen muda hingga nyaris membuatnya menempuh jalan hidup sebagai seorang darwis sufi. Untungnya takdir Allah menuntun Gülen untuk terus mendalami semua cabang ilmu baik yang termasuk ilmu agama dan spiritualitas, maupun ilmu-ilmu umum dan filsafat.
Pendidikan yang telah dimulai Gülen dari rumahnya sendiri kemudian berlanjut dalam lembaga pendidikan resmi yang terdapat di kota Erzurum. Sementara pendidikan spiritual yang juga telah dimulai oleh ayah kandungnya, kemudian dilanjutkan oleh Gülen dengan berguru pada M. Lutfi Efendi. Berkat pendidikan yang diterimanya dari gurunya ini, pendidikan spiritual Gülen pun tidak terputus dan terus berlangsung di sepanjang hidupnya secara berdampingan dengan ilmu-ilmu ke-Islaman.
Fethullah Gülen menimba ilmu-ilmu ke-Islaman dari beberapa orang ulama besar yang salah satu di antaranya adalah Osman Bektasi yang merupakan seorang ahli fikih paling terkemuka di masanya. Dari gurunya ini, Gülen mempelajari ilmu-ilmu nahwu, balaghah, fikih, ushulul fiqh, dan aqaid. Pada masa-masa inilah, Fethullah Gülen mulai mengenal Said Nursi melalui gerakan yang dilakukan murid-muridnya. Gerakan yang dicanangkan oleh Said Nursi pada dasawarsa ketiga abad dua puluh ini adalah sebuah gerakan pembaruan yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Seiring dengan perjalanan usia Gülen yang semakin dewasa dan telaah yang dilakukannya terhadap Risale-i Nur( Buku Risalah Nur) yang berisi misi gerakan Said Nursi yang sangat komperhensif dan modern, pada saat yang sama, Gülen juga terus menempuh studinya di sekolah keagamaan sehingga terbukalah segenap potensi yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Fethullah Gülen selalu rajin membaca serta menelaah berbagai buku ilmu-ilmu umum yang dipelajarinya di sekolah resmi, seperti fisika, kimia, astronomi, dan biologi. Ketekunan itulah yang membuat Fethullah Gülen memiliki wawasan sangat luas dalam ilmu-ilmu tersebut. Di masa sekolah, Gülen mulai membaca buku-buku tulisan Albert Camus, Jean Paul Sartre, Herbert Marcuse, dan berbagai karya filsuf eksistensialisme lainnya, Pada masa inilah Gülen mulai berkenalan dengan buku-buku yang menjadi referensi utama bagi filsuf barat dan timur. Seluruh kondisi itu kemudian membentuk karakter Fethullah Hojaefendi yang terkenal di tengah masyarakat Turki.
- Dibuat oleh