Ucapan Idulfitri dari Fethullah Gulen Hojaefendi
Semoga kesedihan dan kepedihan segera melukat
Semoga kekakuan pada lidah segera diangkat
Semoga segala kesalahan dimaafkan
Jika demikian mari rayakan hari lebaran
Ramadan datang dengan ribuan kasih dan penuh ilham. Siang dan malamnya diliputi ampunan. Apabila periode waktunya telah usai, ia akan menyiarkan kepergiannya. Supaya jiwa-jiwa yang telah bertransformasi menjadi ramadan tidak mengalami kekosongan dan kehampaan setelah kepergiannya, ia menitipkan suatu hari di mana beragam insyirah dimampatkan di dalamnya. Itulah hari yang kita sebut sebagai hari raya. Mereka yang berkawan akrab dengan ramadan akan menyambut hari raya sebagai irisan waktu di mana anugerah ilahi dilimpahkan sedemikian rupa kepada kita.
Hari raya adalah hari paling ampuh dalam menjalin dan menguatkan hubungan antar manusia. Ini adalah periode yang paling cocok di mana nilai-nilai kemanusiaan universal seperti cinta, toleransi, menerima setiap orang dengan posisi dan kondisinya masing-masing serta persaudaraan yang akan merangkul seluruh umat manusia direpresentasikan. Ia dihidangkan dengan penuh kemurahan hati kepada semua jiwa yang membutuhkannya di seluruh dunia. Pada saat yang sama, ini adalah media yang paling cocok untuk berbaur dengan semua orang tanpa memandang bahasa, agama, ras, atau warna kulit.
Sayangnya, bagi kita hari raya di masa ini membawakan kesedihan dan kepedihan alam barzah. Ketika jiwa kita rindu untuk merasakan kasih teragung yang dibawakan oleh hari raya, di sisi lain masa-masa ifrit yang sedang kita lewati dan kezaliman yang tak kunjung berhenti justru memompa kepedihan dan kepahitan. Ketika saya memikirkan kondisi puluhan ribu orang tak berdosa yang terkurung di penjara dan ratusan ribu orang yang merindukan kehadiran mereka di hari raya, saya membayangkan gelap gulita nan pekat sedang menyelimuti untuk kemudian berkata: “Apakah hari raya benar-benar tiba; Yang terasa adalah darah menetes ke jantungku.” Perasaan ini rasanya seperti tusukan belati di ulu hati. Namun, ketika kita merasakan kepedihan korban kezaliman dan ketidakadilan, di waktu yang sama kami berusaha menemukan pelipur lara dalam mimpi para ahli surga yang kita yakini dapat diraih di masa mendatang. Ketika mata ini basah dan sembab bagaikan kabut di musim semi, harapan untuk masa depan sedang tumbuh dan berkembang di dunia batin kita. Meskipun kita berada pada masa terbeku di musim dingin, iman kita kepada anugerah dan kemurahan Sang Rahim menjanjikan musim semi paling segar nan anyar.
Meski aku terus merintih dengan kerinduan pada hari-hari penuh berkah yang kuyakini akan kita jalani pada hari-hari mendatang, saat ini aku masih bisa mendengar dan merasakan periode waktu “ayyamullah” yang luar biasa itu dengan jam, menit, dan detik dengan segala rahmat di dalamnya pada jiwaku di mana kita akan bertemu dan bergandengan tangan dengan para sahabat dan bercengkerama dari hati ke hati. Dan berkat iman kepada Allah, aku percaya penindasan akan berakhir, kegelapan akan sirna, dan cahaya akan meliputi segala sesuatu; dendam dan kebencian akan hancur; cinta dan persaudaraan akan mengelilingi seluruh umat manusia. Pada hari itulah kita akan menjalani hari-hari indah tersebut dengan semangat hari raya yang sesungguhnya.
Demi kehormatan doa-doa orang-orang yang tertindas dan terzalimi yang merintih dengan hati yang hancur, yang jeritannya terdengar di arsy-Nya, saya memohon kepada Yang Mahakuasa Jalla Jalaluhu untuk menebas kezaliman sampai ke akar-akarnya dan mengantarkan seluruh umat manusia menuju hari raya yang sejati di waktu yang paling singkat!
M. Fethullah Gulen
- Dibuat oleh