Berdakwah dengan Penuh Kasih Sayang
Seorang da'i adalah seorang pejuang yang mengembangkan kasih sayang kepada segala sesuatu. Dia tidak akan menggunakan cara-cara yang keliru untuk menyampaikan dakwahnya, misalnya menggunakan kekerasan, kekuatan, dan paksaan. Karena untuk meneguhkan iman dalam hati seorang tidak perlu menggunakan cara-cara yang keliru seperti yang kami sebutkan di atas. Untuk menerangkan keimanan kepada orang lain dibutuhkan sikap kasih sayang, toleransi, dan kesabaran. Bila ini yang dilakukan maka keimanan dapat tumbuh subur di hati setiap orang yang mendengar nasihat baiknya. Hendaknya setiap da'i mampu menggunakan cara-cara yang menarik simpatik di hati para pendengarnya. Hendaknya ia menjadi suri teladan yang baik bagi umatnya, agar umatnya menghargai kepribadian para da'i itu. tetapi kalau ada da'i yang menggunakan cara kekerasan dan paksaan, maka para pendengarnya tidak akan merasa terpanggil untuk mengikuti tuntunannya.
Sikap kasih sayang kepada umat yang diperankan oleh pribadi Rasulullah Saw. menjadikan dakwah beliau dapat diterima orang banyak dalam waktu yang sungguh sangat singkat. Dalam salah satu sabdanya beliau menyebutkan sebagai berikut, “Aku bagi kalian adalah bagai seorang ayah.”[1]
Bagaimana tidak karena sejak mudanya, beliau Saw. sudah bersikap penuh kasih sayang kepada umatnya. Beliau Saw. menganggap setiap mukmin sebagai puteranya sendiri, sehingga beliau Saw. selalu bersikap kasih sayang kepada setiap umatnya. Demikian pula, umatnyapun sangat mencintai beliau Saw., lebih dari kecintaan mereka pada ibu bapak mereka sendiri, atau bahkan lebih mencintai beliau Saw. dari dirinya sendiri. karena itu, sikap beliau Saw. yang penuh kasih sayang perlu mendapat kehormatan yang luar biasa dari setiap umat.
Dalam dakwahnya beliau Saw. selalu bersikap kasih sayang kepada setiap orang, karena hanya dengan sikap itu beliau Saw. dapat menarik simpatik orang lain untuk mencintai dan mengikuti segala petunjuk yang beliau Saw. sarankan. Dalam salah satu sabdanya beliau menyebutkan, “Perumpamaanku dengan umatku bagi seorang laki-laki yang menyalahkan api, kemudian ada sejumlah serangga yang mendekat kepada api itu, tetapi orang itu mengusir serangga-serangga itu dari api, agar tidak terjatuh ke dalam api, demikian juga aku senantiasa berusaha menyelamatkan kalian dari api neraka, tetapi kalian berusaha menolakku.”[2]
Cara yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. untuk menyampaikan dakwahnya adalah sangat luwes dan santai, sehingga siapapun yang menempuh cara-cara yang dilakukan oleh beliau Saw., untuk mengajak orang lain kepada kebenaran, pasti akan sukses. Sebaliknya, jika cara yang ditempuh bertentangan maka ia akan gagal.
Untuk lebih jelasnya, misalnya ada terjadi kebakaran di sebuah rumah yang dihuni oleh sejumlah orang, tetapi Anda tidak menyenangi keluarga itu. Kiranya apa yang hendak Anda lakukan terhadap mereka? Pasti Anda akan menolong mereka. Selain itu, jika ada sebuah kapal tenggelam dan Anda lihat para penumpang kapal hanyut di lautan luas, meskipun Anda tidak mengenal mereka, tetapi ketika Anda mendengar jeritan minta tolong dari mereka, pasti hati Anda tergerak untuk menolong mereka. Bahkan Anda akan rela mengorbankan nyawa Anda demi untuk menyelamatkan mereka. Bahkan, kalau ada orang lain yang menghalangi Anda untuk menolong mereka, pasti kamu akan berusaha sekuat tenaga untuk menolong mereka. Hati nurani Anda terpanggil untuk menolong mereka, padahal mereka yang diselamatkan usianya hanya tinggal sebentar, maka bagaimanakah kewajiban kita untuk menyelamatkan sepanjang masa di dunia dan di akhirat. tentunya seorang yang berakal mengerti tentang permisalan ini.
Demikian pula, hendaknya setiap da'i mempunyai jiwa yang penuh kasih sayang kepada semua orang, agar mereka dapat menyelamatkan orang-orang itu di dunia dan akhirat. Adapaun contoh yang paling baik bagi kita adalah pribadi Rasulullah Saw.. Sepanjang hidupnya Nabi Saw. terus menerus berdakwah untuk mengajak manusia beriman kepada Allah, meskipun beliau menghadapi berbagai tantangan dan perlakuan yang tidak manusiawi. Adakalanya beliau Saw. dijerat lehernya dengan sehelai kain oleh musuhnya, adakalanya pula beliau Saw. dilumuri dengan kotoran binatang, adakalanya pula jalan beliau Saw. dipenuhi dengan duri-duri, meskipun beliau selalu berusaha mengajak mereka ke jalan yang benar, agar mereka masuk ke dalam surga.
Ingatlah, ketika beliau Saw. berdakwah di kota Thaif, maka beliau Saw. disakiti oleh sejumlah penduduknya dengan kedua kaki dan wajah beliau Saw. terluka. Ketika itu beliau hanya ditemani oleh Zaid ibn Harizah ra, sehingga malaikat penjaga gunung menawari jasanya akan menjatuhkan gunung kota Thaif kepada mereka yang telah melukai pribadi Rasulullah Saw., tetapi tawaran baik dari malaikat itu ditolak oleh beliau seperti yang disebutkan dalam sabda beliau berikut ini, “Aku masih berharap semoga Allah mengeluarkan anak cucu dari mereka yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu baginya.”[3]
Ingatlah ketika wajah beliau Saw. terluka di medan perang, sehingga darah beliau Saw. menetes ke bumi, pada saat seperti itu beliau Saw. masih berdo'a sebagai berikut, “Ya Allah, berilah ampun apa yang telah dilakukan oleh umatku terhadap diriku, karena mereka tidak mengerti.”[4]
Do'a nabi di atas adalah untuk menyelamatkan umatnya dari siksa Allah. Hal ini bisa terjadi karena besarnya rasa kasih sayang beliau Saw. terhadap umatnya.
Disebutkan bahwa ada seorang pemuda yang kagum kepada cahaya Islam, sehingga ia berulang kali menghadiri majelis-majelis taklim, sampai pada suatu hari ada seorang pemuda yang menjerit dengan suara keras, “Hendaknya mereka yang hadir di majelis ini harus dibunuh.” Ketika pemuda itu mendengar suara pemuda tersebut, maka ia berkata, “Wahai kawanku janganlah kamu mengatakan ucapan seperti itu, andaikata aku telah melakukan apa yang telah aku rencanakan beberapa hari yang lalu, pasti aku akan masuk neraka, padahal kalian telah melihat diriku termasuk dari kelompok mereka.” Tentunya orang yang tadinya memusuhi umat Islam juga menanti keterangan yang baik dari orangorang Islam yang baik, agar mereka membela jalan petunjuk, karena kalau tidak demikian tentu kita akan merusak keselamatan diri mereka di dunia dan akhirat dan masalah ini tidak akan menguntungkan diri kita sedikitpun.
Kisah di atas sengaja Saya paparkan, agar diketahui bahwa makin hari makin banyak kaulah muda yang merasakan pahitnya hidup di alam kesesatan. Kini aku menyeru seperti pemuda diberi cahaya iman oleh Allah bahwa banyak kaula muda yang perlu diselamatkan dari kesesatan mereka dengan kasih sayang yang luar biasa, agar nasihat baik yang kita sampaikan kepada mereka dapat bersemayam kuat di hati mereka. Dan, setiap da'i tidak boleh mengharap imbalan apapun dari dakwahnya yang ia sampikan pada orang lain.
Sesungguhnya ada suatu generasi penuh yang meninggal dan hidup. Di hadapan mereka terdapat berbagai halangan yang menghalangi mereka menuju jalan yang benar, sehingga mereka lebih mengutamakan kesenangan hidup dan hawa nafsunya dari pada memilih keimanan, agama, dan Al- Qur'an. Sebenarnya yang berhak dikutuk bukanlah orang-orang yang menyebabkan mereka menjadi sesat, tetapi kesalahan itu patut dilimpahkan kepada para da'i yang tidak menyampaikan dakwahnya dengan ikhlas, sabar, dan tekun.
[1] Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, pada pembahasan mengenai Thahârah (bersuci), hadis nomor 4. Diriwayatkan pula oleh Imam al-Nasâ-i, juga pada pembahasan mengenai Thahârah (bersuci), hadis nomor 35.
[2] Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Al Fadhail, 17-19, Al Bukhari, Ar Riqaqu 26.
[3] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai Badai’ al-Khalqi (Awal Mula Penciptaan), hadis nomor 7. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, dalam pembahasan mengenai al-Jihâd, hadis nomor 111. Lihat pula lebih lanjut dalam kitab karya Imam Ibnu Katsir yang berjudul al-Bidâyah, Jilid 3, halaman 166-168.
[4] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai al-Anbiyâ’, hadis nomor 54. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada pembahasan mengenai al-Jihâd, hadis nomor 105. Lihat pula dalam kitab karya al-Qadhi ‘Iyadh yang berjudul al-Syifâ’, Jilid 1, halaman 105.
- Dibuat oleh