Bila Dakwah Tidak Ditegakkan
Perlu untuk segera dicermati, bahwa salah satu penyebab dibinasakan-Nya suatu kaum sangat berkaitan erat dengan pelaksanaan perintah amar ma‟ruf nahi munkar. Jika kita mempunyai pandangan seperti itu, kemudian kita melihat sejumlah kejadian dalam sejarah, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut. Untuk menjamin kejayaan suatu masyarakat yang beriman, maka minimal ada dua perkara yang paling utama untuk dilakukan. Hubungan keduanya sangat berkaitan erat dengan kebinasaan suatu kaum.
Kesimpulannya, Allah Swt. tidak akan membinasakan suatu kaum yang masih menegakan amar ma‟ruf nahi munkar. Dan, mereka akan tetap diberi kejayaan serta kemenangan, meskipun jumlah mereka kecil (sedikit). Akan tetapi, jika tidak ada lagi sekelompok orang yang mau ber-amar ma‟ruf nahi munkar, maka Allah Yang Mahakuasa akan membinasakan kaum itu. Demikian pula andaikata ada masyarakat yang jumlahnya besar, dan kemunkaran serta kesesatan telah membudaya di antara mereka, meskipun ada sebagian dari mereka yang ber-amar ma‟ruf nahi munkar, pasti akan membinasakan mereka seluruhnya.
Tentang masalah ini, akan kami terangkan mengenai firman-firman Allah „Azza wa Jalla yang menyebutkan tentang hal itu. Di sini perlu pula kami sampaikan dengan penuh keyakinan, bahwa tidak akan ada yang dapat membinasakan suatu kaum yang beriman dan menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar. Memang, suatu bangsa tidak akan selamat dari berbagai cobaan Allah Swt.; kecuali jika mereka menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar. Mari kita sebutkan beberapa contoh berikut ini.
SEJARAH NABI NUH as.
Nabi Allah Nuh as. telah mengajak umat beliau ke jalan yang benar selama lebih kurang sembilan ratus lima puluh (950) tahun. Akan tetapi, ajakan yang beliau sampaikan ditolak mentah-mentah oleh kaum beliau, kecuali hanya sedikit saja yang bersedia beriman kepada apa yang telah beliau sampaikan. Sehingga pada akhirnya Nabi Allah Nuh as. mengakui, bahwa beliau dapat dikalahkan oleh orang-orang kafir. Selian itu, beliau meminta pertolongan kepada Allah „Azza wa Jalla, sehingga do‟a Nabi Nuh as. diterima oleh-Nya; seperti yang telah disebutkan di dalam firman-Nya berikut ini, “Sebelum mereka, telah mendustakan pula kaum Nuh. Maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dengan mengatakan, „Ia seorang yang sudah gila, dan ia pernah diberi ancaman.‟ Maka ia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, „Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku.‟ Maka Kami (Allah) bukakan pintupintu langit dengan menurunkan air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkat (selamatkan) Nuh ke atas bahtera yang terbuat dari papan serta paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami, sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku,” (QS al-Qamar [54]: 9-16). Ucapan mereka itu mengisyaratkan, bahwa mereka sebenarnya mengakui adanya seorang Nabi. Hanya saja, pada saat itu masyarakatnya berubah menjadi semakin memburuk (parah), sehingga pada akhirnya mereka menjadi umat yang tersesat jauh. Oleh karena itu, mereka kemudian berbalik menuduh Nabi Allah Nuh as. sebagai seorang yang telah hilang ingatan (gila), disebabkan ajaran yang beliau sampaikan mereka anggap bertentangan dengan tradisi dan adat istiadat yang selama ini mereka pegang dan jalankan. Sebagaimana Rasulullah Saw. pernah mengingatkan di dalam sabda beliau, “Perbanyaklah kalian mengingat Allah, meski reaksi yang bakal kalian tuai harus dinyatakan telah hilang ingatan (gila) oleh orang-orang di sekelilingmu.”[1]
Mereka kemudian menganggap, bahwa Nabi Allah Nuh as. mengajak mereka untuk meninggalkan apa saja yang telah terbiasa mereka lakukan sepanjang hidup mereka. Sampai pada suatu hari, Nabi Nuh as. berdo‟a kepada Allah, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah seorang yang dikalahkan oleh kaumku, maka berilah pertolongan kepadaku.” Do‟a Nabi Nuh as. ini dikabulkan oleh Allah, dan kaumnya ditenggelamkan ke dalam banjir yang sangat besar. Setelah mereka ditenggelamkan, dan Nabi Nuh as. beserta orang-orang yang beriman diselamatkan, maka Allah bertanya kepada kita, “Apakah dari peristiwa Nabi Allah Nuh as. dan umat beliau ada yang mau menjadikannya sebagai pelajaran?” Tentunya, orang-orang yang mau menggunakan pikiranlah yang akan menjadikan segala macam bencana alam yang terjadi di semesta ini untuk diambil pelajaran. Dan bahwa, di negeri yang telah dibinasakan oleh Allah Swt. terdapat banyak orang yang menentang perintah serta larangan Allah. Dan, di sana tidak lagi ditegakkan amar ma‟ruf nahi munkar.
SEJARAH NABI SHALEH as.
Perlu diketahui, bahwa kaum Nabi Allah Shalih as. Sangat menentang dengan ajaran yang beliau sampaikan. Mereka diuji dengan didatangkannya unta Nabi Shalih. Unta itu merupakan mukjizat tersendiri bagi Nabi Allah Shalih as. Oleh karena itu, Allah „Azza wa Jalla mencegah kaum beliau dari mengganggu unta tersebut, akan tetapi kaum beliau justru menyembelih unta tersebut, disebabkan mereka merasa terganggu dengan kehadiran unta tersebut. Seperti telah disebutkan di dalam firman-Nya Swt. berikut ini, “Kaum Tsamud telah mendustakan Rasul-Nya karena mereka telah melampaui batas, ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka, „Biarkanlah unta betina Allah dan minumannya.‟ Lalu mereka mendustakannya, dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka. Lalu Allah menyamaratakan mereka dengan tanah, dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu,” (QS al- Syams [91]: 11-15).
Umat Nabi Shalih as. Dibinasakan karena mereka berani menentang kehendak Allah Swt.. Demikian pula dengan umat-umat lain yang berani menentang kehendak Allah, pasti mereka mendapat cobaan dan siksa dari sisi-Nya. Kejadian semacam itu telah banyak atau berulang kali terjadi di dalam catatan sejarah.
Dengan begitu, siapa saja yang cenderung meremehkan perintah menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, maka pasti mereka akan disiksa oleh Allah. Itulah kisah umat Nabi Allah Shalih as. Yang berani menetang kehendak Allah „Azza wa Jalla, sehingga mereka dibinasakan dengan cara-cara yang paling buruk, dan mereka tidak pernah disebut kembali oleh sejarah.
Adapun macam-macam dari siksa yang diberlakukan Allah sangat bergantung dengan kehendak-Nya Swt.. Semua itu juga sesuai dengan apa yang menjadi ketetapan- Nya. Dan sebagai kesimpulannya, siapa saja yang tidak menegakkan perintah amar ma‟ruf nahi munkar, maka pasti akan menerima siksa dari sisi Allah, sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Allah Shalih as. Seperti telah disebutkan di dalam firman-Nya, “Kaum Tsamud telah mendustakan Rasul-Nya karena mereka melampaui batas, ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka, „Biarkanlah unta betina Allah dan minumannya.‟ Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka dengan tanah, dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu,” (QS al-Syams [91]: 11-15).
Dari kejadian di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa Allah Yang Mahaperkasa telah membinasakan kaum Tsamud, ketika mereka menentang apa yang disampaikan oleh Nabi mereka, Shalih as., sehingga beliau tidak berdaya menghadapi mereka. Padahal Allah sengaja menjadikan manusia agar mereka mengenal dan percaya akan ke-Esa-an Dzat-Nya dan keagungan-Nya. Ketika orang-orang beriman merasa terusik oleh kekafiran mereka, maka Allah „Azza wa Jalla menurunkan bencana dan siksa-Nya kepada mereka, sesuai dengan kehendak serta aturan-Nya yang tidak pernah berubah, di mana dan kapan pun.
SEJARAH NABI LUTH as.
Nabi Luth as. telah diutus oleh Allah Swt. satu masa dengan diutus-Nya Nabi Ibrahim as. dan memiliki kaum masing-masing. Nabi Allah Luth as. diutus kepada kaum yang suka melakukan aktivitas homoseksual. Tentunya perbuatan semacam ini sangat menyimpang dari aturan Allah; dan Nabi Allah Luth as. Menyampaikan larangan tersebut Bahkan, pada saat Allah mengutus dua malaikat yang berubah wujud sebagai manusia dengan membawa tugas membinasakan kaum Nabi Luth as., mereka mendatangi rumah Nabi Luth untuk berbuat yang tidak senonoh dengan para tamu beliau yang ternyata malaikat utusan Allah. Sehingga Nabi Allah Luth as. berkata, seperti telah disebutkan di dalam firman Allah „Azza wa Jalla berikut ini, “Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, ia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan ia berkata, „Ini adalah hari yang amat sulit.‟ Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata, „Wahai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian mencemarkan nama baikku terhadap para tamuku ini. Tidak adakah di antara kalian seorang yang mau menggunakan akal?‟ Mereka menjawab, „Sesungguhnya engkau telah mengetahui, bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putriputrimu; dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.‟ Luth berkata, „Seandainya aku ada mempunyai kekuatan untuk menolak kalian, atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat tentu aku lakukan.‟ Para utusan (malaikat) berkata, „Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kami. Oleh karena itu, pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikutmu di akhir malam, serta janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya ia akan ditimpa adzab yang menimpa mereka, karena sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Shubuh; bukankah waktu Shubuh itu sudah dekat?‟ Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orangorang yang zhalim,” (QS Hûd [11]: 77-83).
Akhir kisah dari Nabi Allah Luth as dan kaumnya, mereka dihujani dengan bebatuan dari langit, dan negeri mereka ditenggelamkan Allah ke dasar bumi. Sehingga seluruh umat Nabi Luth as. binasa. Demikian pula kisah yang serupa pernah terjadi di negeri Italia. Pada saat kaum penyelamat mengajak umat beribadah kepada Allah „Azza wa Jalla, akan tetapi sebagian dari kaum penguasanya justru berbuat berbagai bentuk kerusakan. Sehingga Allah menyiksa mereka dengan meletuskan gunung Fizuf yang kemudian membumihanguskan negeri mereka. Sebagian besar penduduk negeri itu terbakar oleh lahar panas dari gunung Fizuf. Sedangkan mereka yang berhasil melarikan diri ke tepi pantai justru tertimpa bebatuan besar yang datangnya dari arah gunung tersebut. Dan, mereka pun binasa di tempat-tempat yang sudah Allah tetapkan bagi masing-masing mereka.
SEJARAH UMAT LAIN
Allah Yang Mahakuasa telah menyiksa kaum Luth as. dan menyiksa kaum-kaum lain yang telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Kejadian semacam itu senantiasa terjadi berulang kali di setiap tempat dan di setiap masa. Misalnya, pada peradaban umat Islam yang sedemikian hebatnya di sepanjang masa selama delapan abad, ketika sebagian besar umat Islam telah melalaikan tugas suci mereka ber-amar ma‟ruf nahi munkar, maka Allah Yang Mahakuasa mendatangkan Kaisar Ferdinand untuk menyiksa umat Islam yang ingkar di sana. Sehingga mereka dibinasakan sehebat-hebatnya oleh Allah melalui perantaraan Kaisar Ferdinand dan bala tentaranya.
Demikian pula ketika kerusakan telah merajalela di pemerintahan Khilafah „Abbasiyah, maka mereka dihancurkan oleh bangsa Umawi. Kejadian yang serupa pernah menimpa pula pada kaum Umawi, sehingga mereka dihancurkan oleh tentara Saljuk. Demikian pula kaum „Utsmaniyah di Turki, ketika mereka telah berbuat kerusakan yang tak lagi terkendali, maka Allah Yang Mahabesar menghancurkan negeri mereka di tangan bangsa lain. Pada saat itu, mereka semua berusaha mengusir bangsa lain dengan mengeluarkan dana sebesar enam belas ton emas, akan tetapi usaha mereka ternyata siasia.
Jadi, apabila tindak kemunkaran telah merajalela di tengah-tengah suatu kaum, dan di sana tidak ada seorang pun yang bersedia menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, maka di saat itulah Allah „Azza wa Jalla akan menurunkan siksa-Nya kepada mereka. Sejarah telah mencatat, bahwa seluruh bangsa yang telah maju seperti negeri Romawi, negeri Sasanit, dan negeri Mesir, ketika mereka lalai dari tugas suci ber-amar ma‟ruf nahi munkar, maka negeri-negeri itu disiksa oleh Allah dengan berbagai kehancuran. Sehingga negeri-negeri itu luluh-lantak, seolah-olah tidak pernah ada di permukaan bumi.
Dengan begitu, setiap negeri yang penduduknya telah lalai dari mengingat Allah, maka pasti Allah akan menghancurkan mereka. Demikian pula ketika manusia yang berada di akhir masa kelak sudah tidak ada yang menyebut nama Allah Swt. lagi, maka pada saat seperti itulah Allah akan menurunkan Hari Kiamat.
Sebagai kesimpulannya, setiap negeri akan mengalami berbagai siksa dan bencana jika penduduknya sudah lalai dari mengingat Allah, dan tidak lagi ada di antara mereka orang-orang yang mau menegakkan tugas mereka ber-amar ma‟ruf nahi munkar. Meskipun demikian, orang-orang mukmin masih yakin bahwa kasih sayang Allah Mahabesar, meskipun dosa hamba-hamba-Nya telah merajalela. Hal ini pernah diucapkan oleh Sayyidina Abu Bakar ra. sebagai berikut, “Ya Allah, alangkah besarnya sifat lembut- Mu. Sesungguhnya Engkau bersikap Mahalembut, sehingga berkenan menunda orangorang yang berbuat dosa dari siksa-Mu. Akan tetapi, jika siksa-Mu telah tiba, maka tidak seorang pun sanggup terhindar dari adanya.”[2]
Allah Swt. sengaja mengenalkan diri-Nya sebagai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebagai seorang yang beriman, kita harus meyakini sifat-sifat Allah Yang Mahamulia seperti itu, dengan cara mengabdi kepada-Nya seikhlas-ikhlasnya. Kita harus mengenalkan Dzat Allah kepada manusia secara keseluruhan dengan cara-cara yang terbaik.
Setiap mukmin adalah manusia yang menebarkan keselamatan bagi umat manusia lainnya, khususnya bagi sesama mukmin. Akan tetapi, jika mereka telah melalaikan tugas suci berupa amar ma‟ruf nahi munkar, maka Allah „Azza wa Jalla akan menurunkan siksa kepada mereka, dan termasuk juga kepada mereka yang tidak ikut berbuat kerusakan.
Sebagaimana Rasulullah Saw. pernah menyebutkan di dalam salah satu sabda beliau yang artinya, “Perumpamaan seseorang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan orang yang melalaikannya, mereka itu bagaikan sekelompok orang yang sama-sama berada di sebuah kapal. Di antara mereka ada yang menempati bagian atas, dan sebagian yang lain ada yang menempati pada bagian bawahnya. Jika orang-orang yang berada di bawah berusaha mendapatkan air minum dengan cara melubangi perahu tersebut, akan tetapi perbuatan mereka itu tidak berusaha dilarang oleh mereka yang kebetulan berada pada posisi atas kapal, sehingga mereka berhasil melubangi kapal tersebut, maka sudah tentu kapal tersebut akan mengalami kebocoran, dan akan menenggelamkan seluruh orang yang berada di atas maupun bawah dari kapal tersebut. Sebaliknya, jika mereka mencegah perbuatan sebagian orang yang akan melubangi kapal itu, maka seluruh mereka akan selamat ke tepian dermaga.”[3]
Sabda Rasulullah Saw. di atas memberikan perumpamaan yang terbaik bagi siapa saja yang mau menggunakan fungsi akalnya dengan baik. Dengan kata lain, jika suatu masyarakat tidak diingatkan dari segala jenis kemunkaran yang dilakukan oleh mereka, maka pasti seluruh masyarakat akan terkena dampak berupa siksa Allah Yang Mahakuasa. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pernyataan hadis di atas mengumpamakan dunia ini seperti kapal Nabi Allah Nuh as.
Semua manusia yang ada sebagai penumpang di dalam kapal itu, karena mereka membutuhkan kehidupan di alam dunia ini. Di antara kita ada yang pandai dalam menyikapi hidup, akan tetapi ada pula yang cenderung bersikap jahil. Jika orang-orang yang jahil melakukan berbagai macam kesalahan, maka tentu semua kita akan ikut tenggelam bersama kerusakan hidup yang terjadi. Oleh karena itu, orang-orang yang cerdas harus mencegah segala bentuk kejahilan dan kemunkaran yang dilakukan oleh mereka yang jahil tadi, agar semua kita selamat sampai di tujuan.
Kehidupan di alam dunia ini ada yang baik dan ada pula yang buruk. Akan tetapi, semua mukmin wajib menghidupkan apa saja yang baik, agar masyarakat di sekitar menjadi ikut terbawa baik dan bahagia. Salah satu cara yang harus mereka melakukan adalah, dengan ber-amar ma‟ruf nahi munkar.
Siapa saja yang berkehendak untuk menikmati manisnya keimanan, dan ia adalah seorang yang baik, maka hendaknya ia juga mengajak orang lain ikut merasakan hal yang sama, seperti yang tengah ia rasakan (nikmati). Setiap mukmin adalah orang yang baik, sejak dari ujung kepala sampai ke ujung telapak kakinya. Oleh karena itu, ia juga harus ikut memikirkan kebaikan orang lain, seperti kebahagiaan yang tengah ia rasakan. Di mana pun seorang mukmin berada, maka sudah menjadi kewajibannya untuk mengajak orang lain menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu dengan menegakkan tugas sucinya berupa amar ma‟ruf nahi munkar. Sebab, hanya dengan cara itu ia dan masyarakatanya akan selamat di alam dunia ini dan di alam akhirat kelak.
[1] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad miliknya, Jilid 3, hadis nomor 68. Juga oleh Imam al-Tirmidzi dalam al-Zuhd, hadis nomor 39. Dan diriwayatkan pula oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahîh miliknya, Jilid 3, hadis nomor 99.
[2] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam al-Tafsîr, Jilid 11, hadis nomor 5. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada pembahasan mengenai Berbuat Kebaikan, hadis nomor 61.
[3] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai asy-Syirkah (Pembagian dalam Hidup), hadîts nomor 6. JUga oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam al-Musnad, Jilid 4, hadîts nomor 268-269.
- Dibuat oleh