Dakwah Sebagai Tugas Penting
Sesungguhnya menegakkan amar ma'ruf nahi munkar haruslah semata-mata dilandasi oleh sikap ikhlas karena Allah Swt., sesuai dengan perintah-Nya. Dan, motivasi utamanya adalah untuk memperbaiki kehidupan manusia secara individu maupun secara kolektif. Dengan kalimat lain dapat diungkapkan di sini, bahwa setiap Mukmin harus meyakini dirinya masing-masing bertanggung jawab untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, khususnya pada saat tugas suci ini banyak ditinggalkan oleh kebanyakan orang. Sehingga tindak kemunkaran yang timbul di tengah-tengah masyarakat dapat dicegah, minimal dikurangi.
Tugas menegakkan amar ma'ruf nahi munkar ini lebih penting daripada mengerjakan fardhu-fardhu lain yang bersifat pribadi (individual). Sebab, tidak mungkin seseorang dapat membicarakan permasalahan shalat, zakat, haji dan puasa, apabila tugas ber-amar ma'ruf nahi munkar tidak ditegakkan dengan baik. Khususnya pada saat-saat masyarakat di tengah-tengah lingkungan kita hidup di alam kegelapan yang nyata, dan mereka banyak melakukan tindak kemunkaran. Sehingga perbuatan baik yang kita lakukan dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Maka, pada saat seperti itulah semua umat Islam berkewajiban menegakkan tugas amar ma'ruf nahi munkar secara terstruktur.
Di sisi yang berbeda, tugas ber-amar ma'ruf nahi munkar lebih dibutuhkan, dan harus diupayakan penegakannya pada masa kini. Oleh karena itu, siapa saja yang bersedia menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dengan baik, maka Insya Allah kepentingan dunia dan akhiratnya akan dicukupi oleh Allah Swt.. Pada saat ini, setiap mukmin berwajiban menegakkan tugas suci ini dengan cara apa saja yang disanggupi, dengan ucapan, tulisan, dan juga dengan berbagai macam majelis pengajian yang sengaja diadakan.
Hendaknya setiap penyeru amar ma'ruf nahi munkar harus mengerti cara-cara terbaik menarik perhatian masyarakat, dan mengesampingkan kepentingan duniawi bagi dirinya. Jika tugas suci nan mulia ini dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, maka dapat dipastikan jumlah kemunkaran akan menurun secara drastis. Sebagaimana telah disebutkan di dalam sebuah sabda Rasulullah Saw. berikut ini, “Siapa saja yang bersedia untuk berjuang menegakkan kebenaran dan meninggikan kalimat Allah, maka sama artinya dengan ia tengah berjuang di jalan-Nya „Azza wa Jalla.”[1]
Maksud dari sabda Rasulullah Saw. di atas adalah, siapa saja yang mau menegakkan kebenaran, khususnya ber-amar ma'ruf nahi munkar dengan ikhlas, maka ia termasuk seorang pejuang di jalan Allah. Siapa saja yang bergerak untuk menegakkan kebenaran, maka tidak boleh diikuti dengan niatan lain. Misalnya untuk membangun tempat tinggal, sekolah, pondok pesantren atau yayasan apa pun. Jika seseorang mempunyai niat yang baik untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, maka tidak boleh dicampuri dengan keinginan lain, meski hanya bernilai sedikit.
Demikian pula pada saat hendak mendirikan yayasan-yayasan sosial, maka harus disertai dengan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah Swt., agar hasilnya mendapat kesuksesan yang nyata, baik di alam dunia ini maupun dinilai yang terbaik di akhirat kelak. Sehingga aktivitas sosial apa pun yang akan kita lakukan mempunyai jiwa perjuangan yang utuh, dan sekaligus tersedia pertanggunganjawaban yang sesuai terhadap keselamatan umat. Kiranya itulah satu-satunya cara untuk membimbing pemikiran dan kegiatan para penegak kebenaran ke jalan yang baik, sesuai kehendak Allah Swt. dan Rasul-Nya Saw..
Perlu untuk dicermati pula secara bersama-sama, apabila kita tidak berjuang untuk kepentingan masyarakat kita dengan cara-cara yang ikhlas, maka sudah tentu anak-anak keturunan kita akan mengalami kerusakan mental yang sangat serius. Tidak seperti para pendahulu kita yang dahulunya berjuang mati-matian hanya untuk menegakkan kebenaran serta keagungan agama Islam melawan musuh-musuh mereka, dengan mengusir bangsa penjajah seperti Rusia, Yunani, Perancis, Inggris, dan kaum Salibis lainnya dari dunia Islam. Sehingga pengaruh buruk yang sempat mereka timbulkan dapat segera disingkirkan dari negeri-negeri Islam.
Para pendahulu kita rela menjadikan diri mereka sebagai sasaran tembak senjata musuh, sehingga banyak dari mereka yang syahid di ujung senjata musuh. Tugas kita saat ini hanyalah mempertahankan negara-negara Islam yang telah merdeka dari penjajahan para musuh. Kalau kita berani berjuang menegakkan tugas suci kita, yaitu ber-amar ma'ruf nahi munkar, maka pasti Allah „Azza wa Jalla akan memberikan kepada kita hasil yang memuaskan, dan pahala yang sangat besar di sisi-Nya.
Jika dewasa ini kita dengan sengaja membuka atau membiarkan pintu-pintu kemunkaran terbuka lebar, sehingga banyak pemuda dan pemudi kita yang rusak moralnya, maka apalah arti serta nilai perjuangan dari para pendahulu kita di masa lalu? Bukankah semua jerih payah yang telah dikorbankan oleh para pendahulu kita untuk membebaskan negeri Islam dari penjajahan menjadi sia-sia belaka?
Tentunya tidak akan syahid (gugur membela agama Allah) di medan peperangan sejumlah lebih kurang tiga ratus ribu-an orang laki-laki dan wanita (Turki) yang telah berjuang mati-matian dengan mengorbankan jiwa, raga, berikut harta benda mereka, pada saat harus mempertahankan negeri ini dari serangan bangsa Rusia dan sekutu-sekutunya. Para pejuang pendahulu itu telah mengukir negeri kita ini dengan tetesan darah mereka, sehingga lebih dari dua ratus ribu orang meninggal dunia secara syahid di negeri ini.
Saat ini, kita hanya diminta untuk bersikap jujur, apakah kita akan mengotori negeri kita sendiri dengan berbagai jenis kemunkaran setelah para pejuang pendahulu kita banyak yang mengorbankan jiwa raga dan harta mereka demi untuk memerdekakan negeri kita ini dari segala bentuk penjajahan bangsa asing. Oleh karena itu, kita wajib menghargai pengorbanan mereka dengan cara menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, agar musuh-musuh kita tidak kembali mengotori negeri-negeri Islam dengan kemunkaran.
Meskipun nilai perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita berbeda dengan perjuangan dan pengorbanan generasi saat ini, karena para pendahulu kita pada saat harus berjuang mereka memakai senjata tajam, sedangkan musuh-musuh mereka memakai senjata-senjata mesin, akan tetapi kita sekarang ini tidak harus menghadapi musuh-musuh kita dengan senjata-senjata yang modern. Kita hanya perlu menghadapi musuh-musuh kita dengan berbagai cara dan siasat, sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap kita. Yaitu, kita harus berjuang secara damai, demi untuk menjaga pertumpahan darah dari generasi kita secara sia-sia.
Dengan kata lain, setiap muslim dan mukmin harus menegakkan tugas suci mereka masing-masing, yaitu ber-amar ma'ruf nahi munkar, agar pemikiran Islam dan kemauan umatnya untuk beribadah semakin meningkat. Alhasil, kita harus mempunyai sistem yang lebih modern untuk membina anak-anak didik kita yang saat ini banyak terpengaruh oleh maraknya budaya asing, agar jiwa keislaman mereka tetap terjaga kuat di dalam lubuk sanubarinya.
Sebab, pendidikan yang terintegrasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih positif. Jika kita tidak bisa menciptakan generasi-generasi yang berbobot seperti Imam Tuhanani, Imam al-Ghazali, Syah Naqsyabandi, Muhammad al-Fatih, Jawis Salim, dan kaum ilmuwan lainnya seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu „Arabi, Jalaluddin al-Rumi maupun sekelompok ulama yang lain, berarti pendidikan yang kita berikan kepada anak cucu kita gagal (tidak berhasil) melahirkan generasi terbaik.
Janganlah kita terhalang oleh sesuatu pun untuk menciptakan bunga-bunga bangsa berikutnya yang akan berguna dan indah. Sudah semestinya kita mengerahkan semua daya-upaya kita untuk mencapai suatu kesuksesan.
Tersedia pula cara lain untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar yang harus segera dilakukan bersama dengan masyarakat modern seperti saat ini. Dewasa ini kita harus berlomba dengan segala bentuk pergerakan sosial modern, dan ikut mewarnai pergerakan kita dengan warna Islam yang cemerlang. Sehingga generasi modern muslim dapat hidup sejajar dengan generasi modern non-muslim.
Perlu diketahui pula, bahwa agama Islam mempunyai moral tersendiri dalam berbisnis dan menjalankan roda perekonomian. Oleh karena itu, setiap muslim diharuskan berbisnis dan bekerja sesuai dengan undang-undang serta aturan yang telah ditetapkan di dalam ajaran Islam. Seorang muslim tidak boleh (dilarang) berbisnis dengan cara riba', menimbun barang kebutuhan pokok, dan cara-cara bisnis yang diharamkan oleh ajaran Islam. Umat Islam harus berada di luar lingkaran bisnis non-Islam.
Sebaliknya, kita sebagai umat terbaik harus mewujudkan keseimbangan dalam segala usaha bisnis yang tengah kita lakukan, agar tidak bertentangan dengan undangundang bisnis yang telah ditetapkan di dalam ajaran Islam. Alhasil, setiap mukmin harus bekerja atau berbisnis sesuai dengan peraturan yang sudah digariskan Islam, agar keimanan dan keislaman kita diterima oleh Allah Swt.. Di dalam kaitannya dengan masalah ini, maka menegakkan amar ma'ruf nahi munkar mempunyai cara yang lebih positif dan sudah terbukti sangat efektif.
Ajaran Islam melarang keras setiap muslim berbisnis secara tidak islami, agar umat Islam secara keseluruhan terhindar dari mendapat rezeki yang tidak dihalalkan. Ajaran Islam juga mempunyai berbagai macam peraturan terkait, seperti juga aturan-aturan yang dimiliki di dalam hubungannya dengan aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya. Misalnya, aturan yang baku dalam berbisnis, tentang aturan berkeluarga, dan juga hubungan kemasyarakatan lainnya seperti tentang hubungan kekerabatan.
Oleh karena itu, ajaran Islam sangat menganjurkan umatnya agar menikah antara laki-laki dengan perempuan di luar garis kekerabatan yang ada, agar populasi mereka bertambah luas. Islam melarang segala bentuk perzinaan, atau tindakan keji yang dapat menyebabkan tersebarnya penyakit kelamin di kalangan masyarakat muslim, sehingga dapat menghancurkan kesatuan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam masalah kekerabatan, ajaran Islam menentukan batas-batas tertentu antara anggota suatu keluarga, misalnya antara ayah, ibu, dan anak-anaknya. Kesemuanya diatur menurut undang-undang yang tertata secara apik dalam ajaran Islam. Tuntunan Islam sangat teliti sekali dalam menjaga dan memelihara ikatan kekeluargaan secara Islami. Oleh karena itu, setiap pemikiran yang dapat menghancurkan entitas sebuah keluarga Islam, maka ajaran Islam telah tersedia untuk bisa mencegah keluarga dimaksud dari munculnya perpecahan di kalangan internal mereka. Dengan kata lain, ajaran Islam mempunyai tujuan utama untuk menjaga keutuhan suatu keluarga kecil (rumah tangga) maupun keluarga besar (bangsa dan negara) dari setiap bentuk perpecahan.
Setiap mukmin, pada saat ia tengah berusaha dengan sekuat tenaga mewujudkan segala kewajiban yang diperintahkan Islam dalam kehidupan pribadinya, maupun dalam bentuk (wujud) tanggung jawab kepada masyarakatnya, maka pasti ia akan menjauhi apa saja yang diharamkan oleh ajaran Islam. Ia akan menjauhkan semua itu dari kehidupannya secara pribadi maupun dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Cara hidup seperti itu termasuk juga cara menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.
Dengan demikian, setiap mukmin ketika menjalankan semua yang diwajibkan oleh ajaran Islam akan selalu mengisi kehidupan mereka dengan berbagai bentuk keutamaan. Demikian pula seorang muslim akan mengisi atau akan mengajak masyarakat di sekitarnya untuk mengisi kehidupan mereka dengan berbagai jenis kebajikan. Oleh karena itu, setiap mukmin dapat berbicara atas nama individu maupun masyarakat yang sempurna dalam kehidupannya, karena mereka semua akan muncul dari pendidikan yang didesain secara Islami, dan itu terbukti berhasil sempurna. Apalagi dunia ini terdiri dari berbagai umat dan bangsa.
Setiap bangsa menanti bentuk kehidupan dunia yang ideal, seperti yang diceritakan oleh setiap mukmin dalam kehidupan mereka secara individu maupun secara berkelompok. Pastinya, setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia, seperti yang diraih oleh orang lain yang kebetulan tengah menikmatinya. Demikian pula setiap bangsa ingin menciptakan kebahagiaan hidup di dunia, seperti yang dicapai oleh bangsabangsa yang lain. Karena itu, berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan dasar yang paling utama dalam kehidupan di alam dunia ini. Dan tidak seorang pun di alam dunia ini yang ingin hidup dalam kemiskinan, kesakitan, dan penderitaan. Semua kita pasti ingin hidup serba ada, sehat, dan bahagia. Segala bentuk keinginan hidup yang bahagia, serba tercukupi, dan sehat itu pasti terlintas di benak setiap mukmin. Sebab, agama Islam senantiasa membina keruhanian umatnya agar semua peraturan Islam dapat dinikmati kebaikannya oleh setiap mukmin.
Adapun syarat utama untuk mendapatkan semua itu adalah, setiap orang harus menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Sebab, hanya dengan cara yang satu ini maka keamanan, ketenteraman, kesatuan, kebahagiaan, dan kebaikan hidup akan terwujud dengan sempurna. Tanpa iringan amar ma'ruf nahi munkar, kesemuanya tidak akan pernah terwujud dengan baik.
[1] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai al-‘Ilmu, hadis nomor 54. Juga pada pembahasan mengenai al-Jihâd wa al-Sîr, hadis nomor 15. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada pembahasan mengenai al-Imârat, hadis nomor 149-151. Juga oleh Imam al-Tirmidzi, dalam bahasan mengenai Fadhâil al-Jihâd, hadis nomor 16.
- Dibuat oleh