Jejak Fethullah Gülen di Afrika Selatan (Habis): Keikhlasan adalah Kunci Kesuksesan Hizmet
Pendidikan menjadi fokus utama Fethullah Gülen untuk mendidik generasi bangsa yang berakhlak mulia. Melalui keikhlasan murid-muridnya yang tergabung dalam Gülen Movement, kini buah pikiran pemikir asal Turki ini menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Wartawan Republika Syahruddin El-Fikri, melalui Fethullah Gülen Chair di Jakarta, berkesempatan mengunjungi sejumlah lembaga pendidikan yang dikelola para anggota hizmet (sebutan untuk murid Fethullah Gülen) di Johannesburg dan Pretoria, Afrika Selatan, pada 22-28 Februari lalu. Berikut catatan perjalanannya.
* * *
Para hizmet Gulen Movement mendirikan lembaga pendidikan itu tanpa kenal pamrih. “Tak ada pemikiran bagaimana membangunnya, uangnya dari mana, mampu nggak mendirikannya?” kata Ali Ünsal, salah seorang murid utama Fethullah Gülen.
Semua itu, kata Ünsal, didasarkan pada semangat lillahi ta’ala. “Selama kita punya Allah, niscaya Allah akan selalu memberi pertolongan,” tegasnya. Atas dasar itu pula, sekolah yang didirikan para hizmet ini berkembang pesat. Rata-rata, sekolah itu menjadi unggulan dan masuk dalam top ten (10 besar) dari seluruh sekolah yang ada di sebuah negara.
“Alhamdulillah, di Indonesia sudah berdiri 11 sekolah atas kerja sama anggota hizmet dengan yayasan lokal,” ungkap Yusuf Altuntaş, guide kami selama di Afrika Selatan. Di antaranya Sekolah Karisma Bangsa di Tangerang, Sekolah Pribadi di Depok, Jawa Barat, dan Sekolah Semesta di Semarang.
Dalam kunjungan ke Johannesburg dan Pretoria, kami berkesempatan mendatangi sejumlah sekolah yang dibangun para hizmet Fethullah Gülen, seperti Madrasa Nizhamiye, dan Star College, keduanya di Pretoria, serta Star College di Johannesburg. Ada pula Turqouise Harmony Institute, perguruan tinggi di Johannesburg yang dibangun oleh anggota hizmet.
Direktur Turquoise Harmony Institute Ayhan Çetin mengatakan, pihaknya bangga karena bisa memberikan kontribusi penting untuk membantu pendidikan di negeri Nelson Mandela itu. “Ini semua sebagai wujud tanggung jawab kami untuk berkhidmat sebagaimana yang diajarkan hoca efendi Fethullah Gülen, dan bakti kepada Allah SWT,” kata Çetin.
Rata-rata sekolah Turki ini merupakan salah satu lembaga pendidikan terbaik di Afrika Selatan. Hal ini diakui oleh Menteri Sains dan Teknolohi Afrika Selatan Naledi Pandor. Dalam salah satu artikel yang dimuat di Today’s Zaman, salah satu harian terbesar di Turki menyebutkan, Naledi Pandor merasa beruntung karena negaranya menjadi salah satu pilihan para hizmet untuk membantu memperbaiki sistem pendidikan di negaranya.
Apalagi, sistem rasial yang sempat menjadi ‘hantu’ bagi warga Afrika Selatan lenyap sejak naiknya Nelson Mandela menjadi presiden di negara itu. Sebelum itu, kata dia, orang-orang kulit hitam tak bisa menuntut ilmu di negerinya sendiri. “Rezim rasis telah merusak sistem pendidikan kita,” ujar Pandor.
Dan Pandor berterima kasih kepada para hizmet yang telah membantu memperbaiki sistem pendidikan di negaranya. “Saat ini, ada siswa dari latar belakang etnis yang berbeda (dididik) di Turki Star College. Para siswa berkulit hitam di lembaga ini telah sukses besar dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan matematika. Beberapa dari mereka bahkan telah memenangi medali emas di Olimpiade Sains Internasional. Sekolah-sekolah Turki telah membawa perubahan baik bagi masa depan anak-anak di Afrika Selatan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan kunjungan itu, kami juga berkesempatan bertemu dengan salah satu guru besar bidang pertambangan dari Universitas Witwatersrand Johannesburg, Prof Halil Yılmaz, yang juga anggota hizmet Fethullah Gülen. Yılmaz mengaku bahagia pernah mendapatkan pendidikan yang diajarkan Gülen.
Prof Yilmoz pun dipercaya oleh pimpinan Universitas Witwatersrand Johannesburg untuk mengepalai pengajaran pertambangan di kampus terkemuka di Afrika Selatan itu. Kami dan rombongan mengunjungi pertambangan bawah tanah di lembaga tersebut dan hasil karya para mahasiswa Universitas Witwatersrand Johannesburg.
“Bangsa Indonesia juga perlu meniru apa yang telah dilakukan para hizmet ini dalam mengelola pendidikan,” kata Suprapto Martosetomo, duta besar Indonesia untuk Afrika Selatan, merangkap Lesotho, Swaziland, dan Botswana, kepada rombongan kami di kantornya di Pretoria, Afrika Selatan, Jumat (27/2).
Kesuksesan sejumlah lembaga pendidikan Turki di berbagai negara tak lepas dari peran dan keikhlasan anggota hizmet Fethullan Gülen Movement. Mereka tak kenal lelah apalagi pamrih untuk mewujudkan upaya mereka berkhidmat atau melayani.
Hal ini ditunjukkan oleh seluruh anggota hizmet Gülen Movement yang sempat bertemu rombongan kami. Jabatan apa pun yang melekat pada diri mereka, tak menghalangi untuk berkhidmat dan melayani. Direktur Turquoise Harmony Institute, Ayhan Çetin, misalnya.
Cetin tak ragu menjadi sopir bagi rombongan kami. Dengan membawa mobil minibus merek Volkswagen Caravelle, Çetin sigap membawa kendaraannya untuk mengantarkan kami ke sejumlah lokasi yang dituju.
Hal serupa juga ditunjukkan Turkmen Terci, jurnalis kantor berita Cihan, Turki, atau Mustafa Eroğlu, Bahar Mohammed, dan Ishak. Mereka secara bergantian mengantarkan kami ke tempat wisata serta siap membayar semua makanan yang kami butuhkan. Saat ditanyakan mengenai biaya untuk membayar itu semua, mereka senada seirama mengatakan bahwa Allah yang akan membalasnya. Subhanallah.
Tak hanya itu, saat berkunjung ke Kompleks Nizhamiye di Pretoria, kawasan Muslim komunitas Turki, rombongan kami dikejutkan dengan sebuah bangunan yang indah. Desain eksterior dan interior Kompleks Nizhamiye ini semuanya bergaya Turki Usmani (Ottoman). Masjid Suleimaniye atau Masjid Biru (Blue Mosque) di Istanbul, seolah hadir nyata di depan mata kami.
Masjid Nizhamiye mirip dan persis seperti Masjid Suleimaniye atau Masjid Biru yang ada di Kota Istanbul itu. Mulai dari kubahnya, menara, bangunan, hingga bagian interior dan lampu-lampu masjid itu. Masjid itu mampu menampung hingga 3.000 jamaah shalat Jumat.
Yang juga istimewa, masjid itu dibangun oleh seorang pengusaha asal Turki yang bernama Ali Katircioglu. Seperti Masjid Dian Al-Mahri yang ada di Kota Depok, Jawa Barat, menurut seorang pengurus Masjid Nizhamiye, Ali membangun masjid itu atas biaya sendiri. “Sepeser pun tak ada dana dari luar. Semuanya ditanggung oleh Bapak Ali Katircioglu,” ujar pengurus masjid itu.
Seperti diterangkan Naci Tosun, direktur utama Kaynak Holding, awalnya Ali Katırcıoğlu ingin membangun masjid semegah itu di Washington DC, Amerika Serikat. “Beliau meminta izin kepada hoca efendi Fethullah Gülen untuk membangun masjid itu di AS. Namun, selama tiga tahun mengurus izin dan tak kunjung mendapatkannya, akhirnya Ali Katırcıoğlu melapor kepada hoca efendi dan hoca efendi memerintahkannya untuk membangun masjid itu Afrika Selatan. Maka, jadilah masjid ini,” terang Naci.
Tak cuma masjid yang didirikan, tapi di Kompleks Nizhamiye ini dibangun lembaga pendidikan mulai SD, SMP, SMA, dan Universitas Nizhamiye serta pusat perbelanjaan atau restoran tradisional Turki, klinik, dan lainnya. “Insya Allah, dalam waktu dekat, Universitas Nizhamiye akan segera berdiri di Afrika Selatan,” terang sejumlah anggota hizmet.
Menteri Sains dan Teknologi Afrika Selatan Naledi Pandor mengaku terkesan dengan kompleks seluas 10 hektare itu. “Nizhamiye ini menjadi contoh terbaik bagaimana Islam membawa orang secara bersama-sama dan membangun masyarakat,” kata Pandor, sebagaimana dikutip Today’s Zaman.
Hal senada disampaikan Direktur Indonesian Center for Civic Education (ICCE) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Achmad Ubaedillah PhD dan staf khusus Wakil Presiden Jusuf Kalla bidang Ekonomi dan Keuangan Dr Wijayanto Samirin. Menurut Ubaedillah dan Wijayanto, Indonesia patut meniru dan mencontoh yang telah dirintis para hizmet Gülen Movement dalam membangun dan mengembangkan sistem pendidikan.
“Sangat berbeda dengan sekolah di Indonesia yang didirikan swasta. Mereka mengutamakan keikhlasan dibandingkan harus selalu menarik biaya dari para siswa,” kata Ubaedillah. “Ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang ada di Indonesia, patut mencontoh apa yang dikembangkan para anggota Hizmet Gülen Movement ini. Keikhlasan menjadi modal utama dalam meraih kesuksesan,” terang Wijayanto.
Naledi Pandor mengingatkan siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan Turki itu untuk menjaga persahabatan dan pergaulan dengan cara yang baik. “Jauhi narkoba, alkohol, dan seks bebas. Bangun persahabatan secara baik. Persahabatan yang buruk hanya membuang waktu saja,” kata Pandor.
- Dibuat oleh