Gülen Movement dan Keikhlasan Sang Murid, Jejak Fethullah Gülen di Afrika Selatan (Bagian 2)
Pendidikan menjadi fokus utama Fethullah Gülen untuk mendidik generasi bangsa yang berakhlak mulia. Melalui keikhlasan murid-muridnya yang tergabung dalam Gülen Movement, kini buah pikiran pemikir asal Turki ini menyebar ke seluruh penjuru dunia. Wartawan Republika Syahruddin El-Fikri, melalui Fethullah Gülen Chair di Jakarta, berkesempatan mengunjungi sejumlah lembaga pendidikan yang dikelola para anggota hizmet (sebutan untuk murid Fethullah Gülen) di Johannesburg dan Pretoria, Afrika Selatan, pada 22-28 Februari lalu. Berikut catatan perjalanannya.
Pada tahun 1990, Fethullah Gülen mulai menggagas sebuah gerakan internasional dalam dialog dan toleransi antarbangsa yang jauh dari segala bentuk fanatisme dan pemahaman yang kaku. Pada mulanya, gerakan ini dimulai di Turki dan berlanjut ke berbagai negara lain. Gerakan dialog ini mencapai puncaknya pada sebuah konferensi yang dilakukan di Vatikan. Saat itu Gülen bertemu dengan Paus Johanes Paulus II atas undangan pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.
Seperti disampaikan Ali Unsal, salah seorang murid utamanya, Fethullah Gülen selalu meyakini bahwa revolusi informasi yang telah mengubah dunia menjadi sebuah desa kecil tidak akan menerima segala bentuk fanatisme dan sikap antisosial. Semua peristiwa dan perkembangan yang terjadi di satu wilayah pasti akan berpengaruh terhadap bagian dunia lainnya.
Itulah sebabnya, kata Unsal, umat manusia harus membuka pikiran, keyakinan, dan prinsip yang dianutnya. Apalagi setelah runtuhnya Uni Soviet, kekuatan yang mendominasi dunia adalah mereka yang menjadikan Islam dan kaum Muslimin sebagai musuh yang harus diperangi sehingga memicu munculnya ekstremisme dan bahkan terorisme.
Kekuatan inilah yang menyebut "jihad" sebagai "kejahatan", "perang" sebagai "kedamaian", "kezaliman" sebagai "keadilan", dan "kebencian" sebagai "kasih sayang". Kenyataan pahit tersebut, kata Unsal, yang mendorong Gülen untuk membuka pintu dialog dan toleransi di tengah masyarakat Turki yang menghadapi upaya adu domba atas nama ras, suku, mazhab, agama, dan ideologi. Dengan semangat itu, Gülen menyebarkan seruan ke arah dialog dan toleransi di semua tempat yang didatanginya di luar Turki.
Gülen adalah sosok yang identik dengan "Jaisy An-Nur" atau "Junud Al-Haq" yang menyebarkan kebaikan di banyak tempat melalui berbagai macam lembaga dan yayasan yang tersebar di seluruh dunia. Gülen tak hanya piawai dalam berceramah, ia juga pengamal akan ilmu-ilmu yang didapatnya. Ia tak hanya pandai bertutur, tapi juga pelaksana dari apa yang telah disampaikannya. Ia tak hanya berteori tapi juga mempraktikkannya.
Gülen memulai kiprahnya di Kota Izmir dengan menjadi guru di sebuah madrasah tahfiz Alquran Kastanah Bazari dan Madrasah Kawaizh. Pada saat itulah Gülen berkeliling di seluruh kawasan barat Anatolia. Memasuki tahun 1970, dimulailah sebuah babak baru dalam hidupnya yang disebut "al-mukhayyamat", yaitu ia bernazar untuk membaktikan dirinya demi berkhidmat di jalan Allah dan kemanusiaan.
Melalui pengajaran yang disampaikannya, Fethullah Gülen berhasil menggugah hati para jamaahnya serta sekaligus memasukkan nilai-nilai moral yang luhur ke dalam jiwa mereka. Seperti dikatakan Naci Tosun, direktur utama Kaynak Holding, dan Ali Unsal, salah seorang murid utama Gülen, di hadapan para jamaahnya, Fethullah Gülen menjadi ksatria yang membangkitkan semangat mereka untuk sepenuh hati mendarmabaktikan diri kepada Allah.
Karena gerakannya itu, pada 12 Maret 1971 Gülen ditangkap Pemerintah Turki dengan tuduhan merencanakan makar dengan cara mengubah landasan sosial-politik yang dianut Turki, mengeksploitasi ketaatan masyarakat Turki terhadap Islam, serta menggalang gerakan bawah tanah untuk mewujudkan niat jahat terhadap pemerintah. Untungnya, penahanan ini hanya berlangsung enam bulan karena dirinya tak terbukti melakukan semua tuduhan itu.
Dukungan meluas
Dalam kuliah-kuliah umum yang disampaikan Gülen, banyak pencerahan yang didapat jamaah seperti para mahasiswa, guru, pedagang, wiraswastawan, dan berbagai profesi lainnya. Gaya ceramah dan materi dakwahnya sangat disukai banyak orang dari berbagai kalangan.
Itulah cikal bakal sebuah gerakan yang disebut dengan Gülen Movement yang melibatkan begitu banyak orang dari berbagai bidang. Tanpa berharap pamrih dari pihak manapun dan dengan tetap mematuhi undang-undang serta peraturan yang berlaku di Turki, orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini kemudian mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah khusus untuk para pelajar yang akan masuk perguruan tinggi.
Tidak lama setelah runtuhnya Uni Soviet, gerakan Gülen Movement menyebar hampir ke seluruh dunia, khususnya di kawasan Asia Tengah. Ketika banyak Muslim lain yang tidak sempat melakukan apa-apa buat masyarakat karena terjebak dalam debat kusir soal "dar al-Islam" dan "dar al-harb", Fethullah Gülen dan gerakan yang dicetuskannya telah menunjukkan hasil nyata yang berguna bagi masyarakat banyak.
Ketika Gülen ditanya tentang masalah ini dalam kaitannya dengan Republik Turki, dia hanya menjawab singkat bahwa Turki adalah "dar al-khidmah". Dan, pendapat yang dilontarkan Gülen itu ternyata dibuktikan sendiri dengan melakukan "khidmah" bukan hanya di Turki, melainkan di pelbagai penjuru dunia.
Dalam gerakan Gülen Movement inilah berhimpun orang-orang yang bekerja untuk masyarakat tanpa mengharap pamrih duniawi. Bahkan dengan mengusung semboyan "Cinta dan Sabar", orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini tidak pernah mengharapkan kedudukan apa pun. Tak ada waktu bagi mereka untuk bertengkar karena mereka sibuk dengan tindakan-tindakan positif dan kerja nyata tanpa pernah mau membalas keburukan dengan keburukan lainnya.
Dalam waktu singkat, bidang pelayanan yang dilakukan Gülen Movement telah menjangkau bermacam bidang yang sangat beragam. Gerakan ini kemudian menerbitkan majalah dan mendirikan stasiun radio yang berlanjut dengan pendirian stasiun televisi yang dengan perkenan Allah, diharapkan agar semuanya menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat Islam.
Hal inilah yang mengilhami pengikutnya dengan menamakan diri sebagai hizmet atau ‘khidmat’ untuk mendarmabaktikan diri membangun negeri tanpa pamrih. Para hizmet ini telah menyebar ke seluruh dunia, mulai dari Turki di Eropa hingga ke benua Amerika, Afrika, dan Asia.
Mereka memfokuskan diri pada pendidikan. Sebab, menurut Gülen, melalui pendidikan itulah akan terbentuk generasi bangsa yang mumpuni dan bertakwa kepada Allah SWT. Kini sejumlah pendidikan telah didirikan oleh para hizmet. Jumlahnya ada ribuan sekolah, tersebar mulai dari Eropa, Amerika, Afrika, Australia, dan Asia. “Totalnya sudah ada di lebih dari 165 negara,” kata Ali Unsal.
Di Afrika, dari 55 negara di kawasan itu sudah ada ratusan sekolah yang tersebar di 50 negara, seperti Afrika Selatan, Libya, Maroko, Senegal, Mozambik, Zimbabwe, dan Zaire. Hebatnya lagi, semua sekolah itu dibangun atas inisiatif dari para hizmet.
- Dibuat oleh