Jaga Jarak dengan Penguasa dan Pengusaha
Seorang da'i seharusnya tidak mempunyai hubungan yang terlalu erat dengan penguasa dan konglomerat di luar tugasnya untuk menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar. Rasulullah Saw. bersabda, “Seburuk-buruk umatku adalah para ulama yang suka mendatangi para penguasa, sebaliknya sebaik-baik para penguasa adalah mereka yang suka mendatangi kaum ulama.”[1]
Sudah seharusnya para da'i tidak berharap kepada siapapun, karena tugas utamanya adalah memberi nasihat kepada orang banyak, bukan untuk mengenyangkan perutnya dan mencari harta dari penguasa. Para da'i yang senantiasa bergaul erat dengan penguasa dan hartawan, hatinya akan dikuasai oleh mereka. Kebaikan mereka bisa mengubah hati para da'i. Akan tetapi, jika penguasa dan pengusaha yang suka mendatangi para da'i, merekalah yang pantas dihormati. Ini dengan catatan asalkan tidak ada tujuan lain bagi para da'i, karena tugas mereka adalah memberi petunjuk yang baik kepada penguasa dan pengusaha, agar mereka melaksanakan ketentuan Islam dalam kehidupan politik dan bisnisnya.
Disebutkan bahwa ada sekelompok ulama berkunjung ke istana „Umar bin „Abdul Aziz. Akan tetapi ia tidak membutuhkan nasihat mereka sedikit pun, karena hidupnya lebih Zuhud dari pada kehidupan para ulama itu. Di antara mereka adalah Raja' Ibnu Hayawah. „Umar Ibnu Abdul Azis juga mendatangi para ulama dan duduk bersama mereka, sehingga sesaat duduk bersama „Umar Ibnu Abdul Azis sama dengan duduk di majelis „Ubaidillah Ibnu „Abdillah. „Umar bin „Abdul „Aziz suka duduk di majelis-majelis para ulama, karena ia selalu mencari nasihat yang baik dari mereka dalam menjalankan pemerintahannya, sehingga ia berhasil meluruskan staf-staf pemerintahannya yang hanya dijabat selama dua tahun setengah.
Meskipun demikian ada sejumlah da'i yang senang mengunjungi para penguasa dengan alasan ingin menasihati mereka. Akan tetapi makin lama makin terlihat bahwa mereka tidak mampu menasihati para penguasa. Pada akhirnya mereka pun kehilangan kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka. Padahala Rasulullah tidak pernah membatasi dakwahnya hanya untuk orang-orang pandai atau kaum elit saja. Beliau selalu berdakwah kepada semua orang, tanpa ada pembatasan di antara mereka.
Disebutkan bahwa ketika para tokoh Quraisy meminta Rasulullah Saw. diberi waktu khusus untuk mendengar nasihat beliau Saw., tanpa menghadirkan kaum lemah bersama dengan mereka, maka turunlah firman Allah berikut ini, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas,” (QS al- Kahfi [18]: 28).
Sebenarnya ruhani Rasulullah sangat tinggi, bahkan jauh dari pendapat para tokoh Quraisy yang minta diberi keistimewaan dan firman Allah di atas memberi petunjuk bagi beliau Saw. bahwa beliau tidak boleh lebih mengutamakan kaum-kaum konglomerat dan para penguasa. Beliau diperintah meneruskan dakwahnya seperti yang telah ditunjukkan oleh Allah kepada beliau Saw..
Kesimpulannya, Rasulullah Saw. adalah seorang da'i sejati. Dan, Al-Qur'an memberi petunjuk kepada kita, bahwa nilai seorang da'i yang sangat tinggi tidak boleh ditawar-tawar lagi oleh siapa pun. Jika pada masa sekarang ini terdapat para da'i yang tidak butuh kepada naungan para penguasa dan pengusaha, maka masa ini adalah masa terbaik bagi masyarakatnya.
[1] Lihat lebih lanjut dalam kitab Kasyful Khafa’, karya Imam al-Ajluni, Jilid 2, halaman 4627. Juga dalam kitab al-Musnad al-Firdaus, karya Imam al-Dailami, Jilid 1, halaman 155.
- Dibuat oleh