Penyampai Berita Gaib yang Terakhir

Fethullah Gülen: Penyampai Berita Gaib yang Terakhir

Sosok yang menyampaikan penjelasan terakhir tentang hakikat Allah, entitas, dan manusia adalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sekaligus menjadi Pohon Wujud (Syajarah al-Wujûd), tujuan utama dari penciptaan semesta, dan suara terkuat yang menyerukan dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sang penyampai berita terakhir tentang hal-hal gaib dan kegaiban segala yang gaib. Beliaulah sang penafsir paling benar atas semua wujud dan realitas. Beliaulah sang penjelas hubungan antara manusia dan Pencipta. Beliaulah sosok yang telah menunjukkan secara kasat mata bukti-bukti hubungan ini. Beliaulah sang mursyid menuju kedekatan pada Allah. Beliaulah orang yang di satu sisi menjadi yang pertama dan paling dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi di sisi lain juga menjadi yang paling terakhir (diutus) dan paling besar amanatnya.

Semua malaikat menunggu kedatangannya. Semua nabi telah menerima berita kerasulannya. Para wali adalah buah yang mereguk cahaya darinya. Pelita kenabian telah menuntunnya sejak awal kehidupan. Padanya pula tampak benderang cahaya pelita itu dalam penampakan yang sangat terang. Cahayanya mengungguli semua cahaya lain. Gelombang kecemerlangannya yang datang terakhir menjadi penampilannya pada alam penampakan. Di satu sisi, beliau adalah rangkuman seluruh semesta dan setiap nyawa. Beliaulah inti dan sari pati dari segala entitas. Beliaulah buah Pohon Penciptaan yang paling terang. Beliaulah sang pemimpin segenap manusia dan jin atas nama Allah sang Mahapencipta.

Dari aspek inti dan posisinya, beliau selalu berada di atas semua sifat mulia yang ada. Dari aspek esensinya, tidak ada satu pun yang menandinginya. Dengan kedalaman ukhrawi yang dimilikinya, beliau unik di tengah semesta dan masa. Beliau menjadi bukti kebenaran yang kongkrit dengan risalah yang dibawanya.

Kemasyhurannya terentang hingga jauh melampaui masa sebelum kemunculan Adam ‘alaihi salam. Cahayanya telah ramai dituturkan oleh banyak lidah, jauh sebelum beliau dilahirkan. Kedatangannya –yang menjadi mahkota bagi kita pengikutnya- adalah kebaikan bagi semua manusia. Eksistensinya menjadi mutiara paling jernih dalam eraman cangkang tiram entitas. Risalahnya meliputi semua risalah para rasul lain. Ilmunya merangkum seluruh ilmu. Irfân (pengetahuan spiritual) yang dimilikinya adalah mata air jernih yang dikerumuni cahaya segala entitas. Cakrawala pandangannya adalah mercusuar yang dituju setiap arwah di dimensi keabadian.

Setiap mata mampu membaca dengan benar disebabkan cahaya yang dipancarkannya ke seluruh jagad raya. Setiap telinga mampu mendengar senandung rohani dari sabda yang dilontarkannya yang tidak pernah ada sebelumnya. Betapa banyak rahasia yang menjadi jelas dan gamblang; betapa banyak pikiran kotor yang menjadi bersih, karena beliau. Siapapun yang melihat dan mendengarnya pasti akan hilang gundah dari jiwanya dan akan lenyap kabut gelap dari pandangannya.

Ketika beliau menjelaskan tentang awal dari segala yang awal dan tentang akhir dari segala yang akhir, maka semua yang tidak terjangkau akal manusia langsung dapat diketahui. Beliau beri pakaian ilmu dan makna pada semua yang belum diketahui, hingga semua entitas pun menjadi nyanyian di setiap lisan dan menjadi senandung abadi yang menjelaskan maksud serta tujuan penciptaan.

Semua ilmu hanyalah setitik air dalam samudera ilmunya. Segenap hikmah, hanyalah setetes percikan dari gelombang air terjun makrifatnya. Panjangnya masa tidak dapat menandingi masa-masa hidupnya. Planet bumi yang sebenarnya tidak lebih dari sekedar sayap nyamuk di tengah jagad raya, menjadi mampu menandingi segala entitas disebabkan bumilah yang menjadi tempat kelahirannya.

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia paling utama dalam rangkaian skenario Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliaulah sang pemilik penjelasan terakhir dalam rangkaian rantai kenabian. Beliaulah sang pemberi penjelasan hakiki atas segala penampakan. Beliaulah yang berucap dengan lidah, namun menggunakan kedalaman batin. Beliaulah sang sultan singgasana kenabian dengan wujudnya yang mampu menerima kebenaran ilmiah dan rasional dari Roh Kudus; dan juga dengan perasaannya yang tajam, kecerdasannya yang cemerlang, hatinya yang menembus alam malakût, dan dengan rahasia kesiapannya untuk mengetahui semua yang berada di balik segalanya.

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah penutur paling fasih mengenai risalah ilahiah; beliau menyampaikan semua yang diterimanya dari Allah kepada setiap jiwa tanpa pembangkangan, seperti alat penerima cahaya yang selalu terbuka dari alam metafisika.

Dengan segala keistimewaan pribadi yang dimilikinya dan posisinya sebagai seorang nabi, Rasulullah menyampaikan semuanya tentang Allah, mengenalkan kita tentang Dia, dengan segala dzat, asma, dan sifat-Nya, serta menanamkan rasa tanggung jawab di hadapan Allah ke dalam jiwa kita.

Dari perspektif ini, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah guru dan pengajar terbesar yang menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dan membuat jiwa kita mampu merasakan sesuatu yang tidak dapat kita jangkau. Adapun dari perspektif penyampaian hukum agama, pengajaran nilai-nilai kemanusiaan, dan implementasi landasan moral, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah penetap syariat dan peletak hukum yang juga menjadi juru penjelas atas hakikat dari segala hakikat.

Kenabian dan kerasulan –yang berada di atas kewalian- selalu terbuka dari segala fenomena lahir dan batin. Sebagaimana para nabi, akal para waliyullah juga sudah dibentuk oleh Allah. Hanya saja, posisi para wali selalu berada di belakang para nabi sembari menunggu perintah mereka. Akal para wali, yang mampu menjangkau batas tertinggi yang dapat dicapainya, selalu berada di kawasan yang menjadi objek kenabian. Akal para wali selalu tersinari oleh Roh Agung (al-Rûh al-A'zham) yang menjadi salah satu dimensi penting di antara sekian banyak dimensi hakikat manusia. Seiring berjalannya waktu, ia dapat merasakan yang batin bersama yang lahir, dan dapat merasakan yang ukhrawi bersama yang duniawi.

Entitas memiliki aspek lahir dan batin. Aspek lahir adalah apa yang dapat dilihat mata, diindera dengan pancaindera, dan dapat diukur dengan akal atau kemampuan nalar. Sedangkah aspek batin tidak pernah dapat "dibuka pintunya" kecuali hanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagi orang-orang yang telah diciptakan memiliki "perangkat" untuk mendeteksinya. Dengan keistimewaan itu, mereka pun dapat menjangkau hal-hal batiniah dengan suara, aroma, warna, dan rupa yang berbeda dengan penampakan lahir. Para nabi mendengarkan suara dan rupa batiniah seperti itu dengan "frekuensi" yang berbeda-beda panjang gelombangnya di sepanjang hidup mereka untuk kemudian mereka bertindak berdasarkan apa yang mereka rasakan itu.

Demikianlah kemudian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sang Penghulu Alam Semesta menjadi simbol yang menunjukkan ketinggian mutlak dari "perangkat" unik yang beliau miliki yang memang sesuai dengan kondisinya yang juga unik.

Allah telah memperdengarkan kepadanya berbagai hal yang tidak dapat didengar, memperlihatkan padanya berbagai hal yang tidak dapat dilihat, dan Dia juga membuatnya lebih unggul dibandingkan semua manusia rohani (al-rûhâniyyûn) dengan membuat rohaninya mampu menembus waktu dan tempat, pada saat tertentu. Allah telah membuatnya lebih unggul dibandingkan malaikat. Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadi makhluk yang paling mulia, karena beliau telah mencapai "dua ujung busur panah atau lebih dekat"[1]

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki tempat istimewa dan kemuliaan yang membentang di seluruh jagad raya sesuai dengan derajatnya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di sepanjang hidupnya, tak pernah sedikit pun beliau menyimpang dari sikap istiqamah. Semua orang, baik kawan maupun lawan, meyakini kejujurannya. Beliau selalu menyampaikan semua yang diwahyukan Allah kepadanya dalam keagungan ketuhanan-Nya. Tidak ada cerita apapun tentang beliau, melainkan pasti mengandung kemaksuman ('ishmah); sebagaimana tidak ada sesuatu apapun yang diketahui darinya, melainkan pasti merupakan petunjuk ilahi.

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu mampu membaca dengan benar semua yang "natural" berikut semua yang ada di baliknya. Beliau lalu menafsirkan semua itu dengan benar dengan rohnya yang bercahaya dan dengan kecerdasannya yang mampu menembus alam materi dan alam non-materi. Itulah sebabnya, semua orang yang memiliki hati bersih selalu bergegas menyambut ajarannya, sebagaimana halnya setiap jiwa yang membatu juga pasti akan tunduk padanya, dan setiap akal yang sehebat apapun juga pasti akan menyerah di hadapannya. Semua itu terjadi karena Anda dapat menemukan puncak dari segala kecerdasan di dalam risalah yang beliau emban.

Dengan keistimewaan yang dimiliki Rasulullah-lah umat manusia dapat terlepas dari kebinatangan dan materialisme menuju ketinggian derajat kehidupan hati dan rohani. Berdasarkan realitas segala entitas, posisi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah menjadi kunci utama dari gerbang menuju entitas eksternal (al-wujûd al-khârijiy). Dalam konteks pencapaian tujuan dari penciptaan, beliau adalah sang pemberi petunjuk ke arah jalan lurus menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala serta menjadi mata air syafaat dalam kebahagiaan yang kekal.

Setiap nabi yang muncul sebelum Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menyampaikan apa yang disampaikannya. Setiap waliyullah dan para sufi yang muncul setelahnya –dan segala karamah yang mereka miliki menjadi saksi atas sikap mereka- meyakini serta menjadi saksi atas kebenaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Mereka mengakui bahwa semua yang mereka miliki memang berasal dari sang Nabi. Beliau telah mengucapkan kata "Allah" dan mengajak semua orang untuk mengesakan-Nya. Suara dan napas para nabi dan rasul, kesaksian dan mukasyafah para wali dan orang-orang suci, telah mengukuhkan kebenarannya.

Rasulullah adalah bangunan nyata keimanan. Beliau selalu hidup dengan apa yang disampaikannya kepada orang lain dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Beliau selalu menimbang tingkah-lakunya dengan menggunakan akhirat sebagai timbangannya. Beliau selalu menjalani kehidupan dengan kesadaran akan Allah seolah-olah beliau selalu melihat Allah atau Allah selalu melihatnya.

Rasulullah adalah pribadi yang sangat peka dalam semua tindakannya, dan paling agung dalam semua tanggung jawabnya. Beliau selalu berusaha mewujudkan hasil yang terbaik, dan beliau tidak pernah sedetikpun lalai dari tujuan yang hendak dicapainya. Itulah sebabnya, beliau selalu berkonsentrasi pada arah yang dipilihnya. Tapi ketika Rasulullah melesat ke tujuan, beliau juga merentangkan jejaring tak kasat mata yang membuat umat manusia dapat terbawa pada hubungan antara beliau dengan Allah.

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sosok yang telah menjelaskan makna segala entitas dan kemudian mengikatnya dengan sang Pemilik yang sebenarnya. Beliau telah menjelaskan hikmah yang ada di balik segala sesuatu dan segala kenyataan. Beliau selalu mengingatkan bahwa kita tidak sendirian di dunia ini. Beliau membuat hati kita tenang dengan mengingatkan kita bahwa batin kita pasti selalu berada di bawah pengayoman Allah. Dengan kelembutannya, beliau telah mengenyahkan kegelisahan dari jiwa kita untuk kemudian membawa kita ke alam ketinggian. Beliau telah menuangkan ketenangan sehingga kita dapat merasakan ketenteraman dalam hidup kita sehari-hari.

Jika kita merasakan bahwa segala sesuatu begitu hangat dan menyenangkan; jika hati kita dapat merasakan kerinduan pada kebenaran; dan jika kita dapat melayangkan pandangan kita ke keluasan cakrawala sembari berpikir, maka semua itu dapat terjadi disebabkan adanya cahaya yang disulut oleh Rasulullah di dalam akal kita. Semua yang kita ketahui tentang manusia, entitas, dan jagad raya secara keseluruhan, sebenarnya hanyalah pelengkap dari apa yang telah Rasulullah rasukkan ke dalam jiwa kita, dan merupakan pohon yang tumbuh dari benih kebenaran yang telah beliau tanamkan di dalam jiwa kita.

Rasulullah adalah sosok yang sudah dan selalu membangun umat manusia, baik dulu, sekarang, maupun di masa depan. Sebagaimana dulu beliau berhasil membuat perubahan dalam sebuah revolusi besar-besaran. Dengan satu gebrakan, beliau berhasil mengubah berbagai paham sesat, prilaku biadab, dan penyimpangan moral yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Rasulullah telah memperdengarkan suara beliau dengan penuh keyakinan dan kebenaran ke semua golongan sesat, yang telah lepas dari dasarnya, untuk kemudian beliau kembalikan mereka ke kebenaran baik di dunia maupun akhirat. Jika mau, Anda boleh menyebut Rasulullah sebagai guru yang mengajarkan cara membaca dan menafsirkan hakikat manusia, semesta, dan ketuhanan, yang kemudian mengantar manusia ke posisi yang sesuai dengan kedudukannya di antara segenap makhluk lainnya.

Rasulullah telah diutus dengan membawa sebuah risalah yang berhubungan dengan semua orang dan segala sesuatu. Beliau telah menunaikan tugas dengan baik, sehingga beliau mampu membuat setiap hati manusia menjadi tertarik dan mencintai ajaran yang beliau emban. Akhlak beliau bulat sempurna, kejujuran beliau tidak ada tandingannya, dan kualitas spritual beliau telah menembus batas alam materi. Dengan segala keindahan pribadi beliau yang menakjubkan itu, Rasulullah adalah sang pemilik akhlak luhur yang tidak pernah dapat ditandingi oleh siapapun, sehingga al-Qur`an menyebut beliau dengan "al-Khuluq al-Azhîm" (akhlak yang agung).

Disebabkan sedemikian dahsyatnya akhlak Rasulullah, sampai-sampai siapapun yang baru menemui beliau untuk pertama kali, pasti akan terpesona pada kepribadian beliau. Dengan segala keunggulan itu, Rasulullah memiliki kata-kata yang mampu menundukkan kecerdasan setinggi apapun juga. Jika Rasulullah bicara, maka ucapan beliau selalu mampu membungkam mulut para cerdik pandai. Mereka semua akan khusyuk menyimak sabda beliau, seakan-akan telah tertarik gravitasi kata-kata yang terlontar dari mulut beliau.

Berikut ini akan saya sampaikan sebuah contoh untuk Anda berkenaan dengan apa yang telah saya sebutkan di atas, bahwa Allah telah menganugerahi Rasulullah keluasan akhlak baik lahir maupun batin. Rasulullah adalah sosok yang berwibawa dalam kerendahan hatinya, dan begitu mempesona kepribadiannya, sampai-sampai setiap kali datang orang dengan kesombongan yang sedemikian besar datang menemui Rasulullah, maka kesombongan orang itu akan langsung lenyap tersaput oleh wibawa beliau. Ketika delegasi yang diutus Kisra Persia datang dengan dada membusung, ternyata mereka semua langsung menunduk ketika sudah berhadapan dengan Rasulullah disebabkan wibawa beliau.

Tapi dengan segala perbawa dan keteguhan hati yang beliau miliki, Rasulullah tetaplah pribadi yang lembut sehingga selalu menarik bagi siapapun yang mengenal beliau. Semua sahabat yang mengenal Rasulullah, semua merasakan kedekatan dengan beliau yang melebihi kedekatan mereka dengan anak, ibu, ayah, dan orang-orang yang mereka cintai. Bahkan semua sahabat mengalami semacam "adiksi" untuk bertemu Rasulullah, sehingga setiap kali mereka menghadiri majelis beliau, seakan-akan mereka tidak mau pergi meninggalkan majelis itu untuk selamanya.

Semua perangai dan tindakan Rasulullah selalu mampu menancapkan keyakinan yang kuat dalam hati manusia. Semua ucapan, perbuatan, dan sikap Rasulullah selalu menunjukkan "kehadiran" beliau di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tak pernah putus. Beliau selalu memancarkan ketenteraman dan menebarkan ketenangan kepada semua orang.

Rasulullah selalu dikenal sebagai al-Amîn yang terpercaya di sepanjang masa. Sifat jujur selalu memancar dari mata beliau; kata-kata beliau tidak pernah jauh dari kejujuran, dan di mana pun beliau berada, selalu terdengar senandung kejujuran. Segenap tindakan, akal, jiwa, perasaan, dan logika Rasulullah selalu stabil dan seimbang.

Kecerdasan beliau yang luar biasa, firasat beliau yang tajam, keteguhan hati beliau yang tak tergoyahkan, keunggulan beliau, kepiawaian beliau dalam mengatur strategi dakwah yang selalu mencengangkan karena tak pernah secuil pun beliau berbohong atau menggunakan tipu muslihat, kesabaran beliau dalam menghadapi kesulitan, senyum beliau ketika menantang bahaya, kemampuan beliau dalam membaca setiap bencana, kemampuan beliau menciptakan kata-kata singkat yang memiliki kandungan satu buku tebal, ketabahan beliau yang luar biasa, keteguhan sikap beliau dalam menghadapi berbagai bentuk kemarahan, kebencian, dan ancaman… Semua itu merupakan bagian sangat sedikit dari sifat dan akhlak beliau yang sesungguhnya.

Rasulullah memiliki jiwa ksatria yang mampu mengubah setiap kekalahan menjadi kemenangan dan setiap terjangan musuh menjadi serangan balik, sehingga panji-panji kemenangan selalu berhasil beliau raih dalam setiap pertempuran yang beliau ikuti.

Di tengah keluarganya, Rasulullah adalah kepala rumah tangga yang tidak ada bandingnya. Di tengah sahabat-sahabatnya, Rasulullah adalah pengajar dan mursyid sempurna yang mampu menyusup ke dalam relung hati mereka dengan kelembutan persaudaraan, sekaligus menjadi penunjuk yang tidak pernah menyesatkan siapapun, khatib yang petah lidah, sosok berhati rabbani, guru dalam penggunaan akal, kepala negara yang tiada bandingnya, panglima besar yang mampu mengubah kekalahan menjadi kemenangan dengan satu serangan.

Segala bentuk kesempurnaan yang dapat dimiliki manusia, semuanya ada pada diri Rasulullah dengan kualitas paripurna. Namun meski begitu, beliau tetap menjalani kehidupan di tengah umat seperti layaknya manusia biasa, sebab beliau sendiri selalu meletakkan posisi beliau sebagai jelata. Disebabkan kerendahan hatinya yang luar biasa, beliau selalu merasa susah ketika para sahabat menyematkan berbagai puja-puji keluhuran yang sangat layak bagi beliau. Alih-alih menerima pujian, Rasulullah justru memperingatkan para sahabat agar tidak memuji beliau secara berlebihan. Bahkan tidak jarang peringatan Rasulullah itu terdengar seperti ancaman disebabkan ketidaksukaan beliau dalam menerima pujian.

Meski memiliki posisi sebagai "alasan penciptaan" ('illah ghâiyyah) seluruh entitas, tapi Rasulullah tidak pernah sibuk memperhatikan dunia. Rasulullah adalah pemimpin yang mengangkat begitu banyak orang menjadi sultan dan penguasa, tapi beliau sendiri justru hidup zuhud seolah beliau selalu "berpuasa" dari kehidupan dunia.

Rasulullah selalu membuat orang lain kenyang, tapi beliau sendiri tidak makan. Beliau selalu membuat orang lain berpakaian indah, tapi beliau justru berpakaian seadanya. Beliau selalu mengajak orang lain bersyukur atas segala nikmat meski sedikit; selalu menyadarkan manusia akan anugerah dan kebaikan yang terus Allah limpahkan. Beliau mengungguli malaikat dalam kualitas makrifat, mahabbah, dan khasyyah.

Ya. Rasulullah memang hidup di dunia, tapi beliau tidak pernah mabuk dunia, karena beliau selalu berjalan menuju akhirat. Bahkan beliau tidak pernah terikat pada akhirat, karena hati beliau hanya terikat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pandangan beliau selalu tertuju pada jejak penciptaan dan al-asmâ` al-husnâ milik-Nya yang selalu tampak pada ciptaan-Nya dalam pelbagai corak, rupa, dan anugerah.

Rasulullah selalu memandang dunia sebagai pelabuhan menuju akhirat, atau laksana lahan pertanian yang hasilnya akan dipanen di akhirat. Laksana angin, beliau selalu berembus ke sana ke mari sembari membawa benih tanaman yang menjadi amanat bagi tanah untuk ditumbuhkan. Beliau selalu telaten menyantuni fakir miskin, memberi makan orang-orang lapar, sehingga sangat sering beliau tidur dengan perut yang kosong.

Rasulullah adalah penguasa alam dunia dan akhirat, tapi ketika berpulang ke pangkuan Allah, beliau tidak mewariskan istana dan kemewahan harta benda. Beliau telah menjalani sebuah kehidupan yang paling pantas untuk beliau. Beliau telah meluruskan dunia sehingga laik bagi dirinya. Dan akhirnya, beliau pergi meninggalkan dunia dengan keadaan yang paling sesuai dengan keagungan beliau.

Kita semua tahu bahwa Rasulullah tidak pernah meninggalkan kehidupan duniawi secara membabi-buta, sebagaimana kita juga tahu bahwa beliau tidak pernah sedetik pun berusaha mengumpulkan harta atau sibuk dengan kehidupan dunia. Rasulullah selalu memberi perhatian terhadap dunia dengan kadar yang sesuai dengan posisi dunia yang fana, karena beliau selalu memperhatikan akhirat dan apa yang ada di baliknya sesuai dengan posisi akhirat yang kekal, untuk kemudian membangun istana di atas keduanya.

Dengan wibawa luar biasa yang muncul dari tingkat ketulusan dan kecerdasan yang tinggi serta kedekatannya dengan Allah, Rasulullah adalah sosok rendah hati yang mampu menghimpun dua hal yang saling berlawanan.[2] Bahkan disebabkan kerendahan hatinya yang luar biasa, banyak orang yang belum mengenal beliau akan mengira beliau adalah manusia biasa kerika melihat penampilan fisik beliau.

Rasulullah tidak pernah mengecam penghormatan yang diberikan para sahabat terhadap dirinya. Beliau sering duduk bersama mereka untuk makan minum sambil menutup rapat-rapat keistimewaan yang beliau miliki sehingga para sahabat tidak merasakan perbedaan antara mereka dengan beliau. Terkadang Rasulullah menghibur orang-orang di sekekeling beliau dengan kata-kata indah, hikmah, atau bahkan gurauan dengan maksud agar mereka tidak ketakutan ketika berada di dekat beliau disebabkan wibawa dan keagungan yang beliau miliki. Rasulullah adalah sosok yang berhasil menghias kemuliaan pribadinya dengan sifat tawaduk, melembutkan perbawanya dengan kelembutan, dan sering menunjukkan sisi kemanusiaan beliau agar orang lain tidak terlalu segan terhadap dirinya.

Rasulullah adalah pribadi yang penyabar, terpercaya, santun, dan sangat lembut, bahkan terkadang termasuk ketika beliau menghadapi kedengkian dan kebencian kaum kafir. Dengan sifat luhur itulah beliau mampu menaklukkan kebencian serta membuat orang yang semula memusuhinya menjadi tenang dan berbalik menyukainya. Setiap kali musuh ingin bertikai, beliau selalu berhasil meletakkan diri sebagai penengah. Rasulullah adalah sosok pemaaf dan toleran sepanjang kehormatan Allah atau hak orang banyak tidak dilanggar. Dalam sirah nabi kita dapat menemukan ratusan bukti yang menunjukkan betapa pemaaf dan tolerannya Rasulullah s.a.w.

Selain pemaaf dan santun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah pribadi yang selalu menepati janji. Tidak pernah sekali pun beliau melanggar janji, mejilat ludah sendiri, mengucap sesuatu yang beliau langgar sendiri, atau mengatakan sesuatu yang menyimpang dari kebenaran meski hanya dengan isyarat sekalipun, baik sebelum beliau diangkat menjadi nabi maupun sesudahnya. Sirah Rasulullah adalah sebuah bangunan kokoh yang didirikan di atas sifat amanah, kejujuran, dan menepati janji. Demikian pula beliau sangat membenci sikap khianat dan melanggar janji.

Rasulullah adalah laksana sultan dalam dunia sastra dan tata bahasa. Di ujung lidah beliau yang mulia, segala inti dari kata-kata telah mencapai puncaknya yang tertinggi. Tak pernah sekali pun beliau memegang pena atau kertas, dan tidak pernah sekejap pun beliau membaca tulisan dari buku tertentu. Bahkan beliau tidak pernah belajar di satu majelis ilmu, dan beliau sama sekali tidak perlu memanggil siapapun dengan sebutan "guru", karena beliaulah guru atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang mampu mengungguli tingkat "keguruan" Rasulullah yang sempurna.

Dengan posisinya itu, Rasulullah selalu mendapatkan perlindungan Allah dalam hal-hal yang berhubungan dengan perintah ilahiah dari hadirat-Nya. Selain itu, beliau juga mendapatkan perlindungan dari kedudukannya sebagai nabi, sehingga beliau selalu terhindar dari segala bentuk noda dan intervensi eksternal yang akan mengotori kerasulan beliau serta agar tidak ada pengetahuan dari luar yang dapat merusak penafsiran beliau terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah sebabnya, hanya wahyu Allah-lah yang mewarnai serta membentuk pribadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dalam pengertian seperti inilah Rasulullah disebut sebagai seorang "ummiy" (buta huruf). Itulah sebabnya, meskipun beliau "buta huruf", namun sabda, hukum, dan ketetapan yang beliau sampaikan mampu menjangkau berbagai urusan baik dunia maupun akhirat, karena beliau adalah "guru segalanya" yang telah membuat takjub seisi semesta; mulai dari para cendekiawan jenius yang memiliki ilmu seluas samudera, para filsuf, sampai jiwa-jiwa suci yang telah tercerahkan oleh cahaya kebenaran. Sejarah telah menjadi saksi bahwa tak ada seorang pun yang menolak kelembutan tutur kata Rasulullah, mencaci keputusan yang beliau ambil, atau mencela sesuatu yang beliau lakukan.

Rasulullah adalah khazanah makrifat dan sekaligus telaga ilmu yang jernih dan cemerlang. Tidak ada seorang pun yang membantah apa yang beliau sampaikan mengenai peristiwa masa lalu, atau mengenai kondisi keberagamaan, aliran, kebudayaan, tradisi, dan adat-istiadat yang dimiliki bangsa-bangsa kuno yang sudah punah dari pentas sejarah. Tidak ada seorang pun yang membantah keterangan beliau, sebab Muhammad s.a.w. memang utusan Allah yang memiliki sumber tunggal atas segala pengetahuan yang dimilikinya, yaitu Allah Subhahanu wa Ta’ala.

Dalam ranah kesusastraan, Rasulullah adalah laksana sultan kesusastraan dan sang pemilik al-Qaul al-Fashl. Dalam urusan logika, beliau adalah bangunan kokoh yang sangat kuat; dalam urusan pemikiran, beliau adalah samudera luas dengan kebesaran posisinya dan keagungan risalah universal yang beliau emban. Semua sabda Rasulullah begitu lembut dan mengalir lincah; penjelasan beliau begitu jelas dan mudah dimengerti; susunan kata-kata beliau sangat kaya dan indah. Rasulullah mampu menjelaskan hakikat seisi jagad raya hanya dengan satu dua baris kalimat. Beliau mampu menghimpun sekian banyak perkara yang harus dijelaskan oleh berjilid-jilid buku, hanya dengan sederet kalimat singkat. Beliau mampu melontarkan sabda yang singkat dan sekaligus padat untuk kemudian memberi kesempatan kepada para ahli tafsir dan takwil untuk menjelaskan sabda tersebut. Dalam sabda beliau: "Sesungguhnya aku menerima jawâmi' al-kalim;"[3] terkandung isyarat yang menunjukkan keistimewaan yang beliau miliki dalam kemampuan bertutur-kata.

Banyak orang yang menghujani Rasulullah dengan berbagai pertanyaan mengenai berbagai hal; dan beliau selalu berhasil menjawab semua pertanyaan itu secara spontan tanpa harus mengernyitkan dahi sama sekali. Sabda beliau begitu mudah dicerna sehingga dapat dimengerti oleh mayoritas umat. Beliau selalu mampu menyampaikan maksud beliau secara lugas, jauh dari ketidakjelasan yang membingungkan. Ketika berbicara, Rasulullah selalu memahami siapa yang menjadi lawan bicaranya, baik itu orang pintar maupun bodoh, baik cerdas maupun dungu, baik yang masih hijau maupun yang sudah berpengalaman, baik muda maupun tua, baik pria maupuan wanita, dan seterusnya, sehingga beliau pun selalu berhasil menuangkan ketenangan ke dalam hati mereka.

Sabda dan khutbah Rasulullah amatlah banyak dan meliputi berbagai masalah, sebab beliau memang harus memberi solusi terhadap beragam hal. Namun meski demikian, di semua sabda dan pemikiran yang beliau sampaikan, tak ada sedikit pun ucapan yang menyimpang dari kebenaran. Tidak ada seorang pun yang dapat menemukan di antara semua sabda dan penjelasan yang beliau sampaikan yang ternyata menyimpang dari kebenaran. Bahkan orang-orang yang memusuhi Rasulullah dan selalu mencari-cari kesalahan beliau, sama sekali tidak ada yang berani menuduh beliau sebagai pendusta karena mereka memang tidak pernah menemukan bukti atas tuduhan semacam itu.

Tak perlu diragukan lagi, seseorang yang segenap ucapan dan tindakannya bersih dari segala bentuk dusta, sejak belia hingga dewasa, lalu orang tersebut mengaku sebagai nabi pada usia empat puluh tahun, tidaklah mungkin dapat dibayangkan bahwa dia telah mengeluarkan pengakuan palsu sebagai nabi. Membayangkan hal seperti itu tentu dapat dianggap sebagai dosa, kekufuran, dan penghinaan terhadap logika dan akal sehat.

Semua hal yang disampaikan Rasulullah menjangkau masa lalu, masa kini, dan masa depan. Semua itu melampaui akal manusia: beliau berbicara tentang akidah, menetapkan hukum ibadah, berbicara tentang urusan sosial, ekonomi, militer, dan pemerintahan. Beliau mewujudkan apa yang beliau ucapkan, dan kemudian semua itu benar-benar berbuah di kemudian hari.

Selain itu, Rasulullah juga mempersaksikan dalam sejarah manusia bahwa semua landasan ilmu yang beliau letakkan memang benar adanya. Pengakuan atas kebenaran Rasulullah itulah yang kemudian dilakukan oleh ribuan mufassir, pemikir, para cendekiawan dari berbagai bidan ilmu, dan ratusan filsuf. Mereka semua mengakui bahwa sabda Rasulullah serta dasar-dasar sosial, militer, pemerintahan, dan kaidah pendidikan yang beliau sampaikan memang benar.

Di samping ribuan ilmuwan yang lahir di sepanjang perjalanan sejarah, kita tentu tidak boleh menafikan adanya jutaan waliyullah dan para sufi yang meyakini dan membenarkan setiap hukum dan penjelasan yang disampaikan Rasulullah s.a.w. Orang-orang suci itu mengakui bahwa mereka berhasil mencapai martabat dan maqâmât berkat petunjuk yang disampaikan Rasulullah s.a.w. Itulah sebabnya, siapapun yang berani berkata "tidak" atau menyangkal kebenaran Rasulullah, tampaknya orang itu sedemikian dungu sehingga tidak mengerti apa yang dia ucapkan atau orang itu terlalu sial karena tidak memiliki akal sehat.

Sejarah manusia, sejak dulu sampai sekarang, tidak pernah menemukan seorang pun seperti Rasulullah, yang mampu mengatakan sesuatu atau menetapkan hukum yang sedemikian kokoh berkenaan dengan berbagai masalah yang beragam; apalagi pada hal-hal yang membutuhkan keahlian dan keterampilan spesifik. Bahkan hebatnya lagi, semua yang disampaikan Rasulullah itu selalu relevan dan "segar" di sepanjang zaman.

Bediüzzaman Said Nursi rahimahullah pernah menyatakan: "Manusia mungkin dapat mengucapkan sesuatu yang penting berkenaan dengan beberapa macam ilmu atau seni. Tapi Rasulullah s.a.w. telah 'mengguyurkan' penjelasan rinci yang berhubungan dengan entitas dan seluruh peristiwa. Beliau telah menyampaikan kata-kata yang menembus setiap zaman dan tempat dengan menggunakan susunan kalimat yang luar biasa cerdas dan penuh hikmah, penuh ketenangan tanpa keraguan dan tidak bertele-tele, tidak ada seorang pun yang mengenal beliau mampu menandingi kata-kata beliau, siapapun yang menyikmak sabda beliau pasti akan berkata: "Aku beriman…Aku percaya…"

Rasulullah: Bangunan Keimanan dan Pergerakan

Tidak ada seorang pun di antara semua manusia yang mampu menyeimbangkan antara keimanan dan pergerakan dengan baik. Hanya Rasulullah-lah yang mampu melakukan hal seperti itu. Beliau selalu bergantung dan terikat dengan Allah s.w.t. dalam keimanan yang sempurna. Dengan segenap entitasnya sebagai manusia, Rasulullah mengimani sepenuhnya bahwa beliau memang benar-benar seorang utusan Allah. Beliau selalu bertindak dengan kesadaran penuh pada tanggung jawab yang diembannya. Sama sekali tak ada sedikit pun keraguan atas keyakinan, dakwah, kelurusan jalan, dan taufik yang Allah limpahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Umat manusia menerima ajarannya dengan keyakinan dan iman yang kokoh. Siapapun yang berbahagia karena mengenal Rasulullah, pasti meyakini, merasa aman, dapat mengandalkan beliau, memperhitungkan keimanan dengan petunjuk beliau, dan mengikuti beliau menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kepercayaan yang besar terhadap Rasulullah, kualitas keimanan, soliditas pondasi ajaran yang beliau sampaikan, sikap istikamah, dan kesungguhan dalam kehidupan beliau yang mulia, semuanya itu merupakan kekayaan yang hanya dimiliki Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semua itulah yang membuat begitu banyak manusia menyemut di sekeliling beliau tanpa memedulikan adat, tradisi, dan nilai-nilai lama yang sudah turun-temurun merasuk ke dalam darah daging mereka.

Tentu saja, apa yang dialami Rasulullah itu menjadi sebuah perkara unik yang tidak ada duanya dalam sejarah manusia dan sekaligus menegaskan kebenaran posisi beliau sebagai utusan Allah. Setiap ahli jiwa dan para ahli pendidikan harus melihat apa yang menjadi landasan dalam revolusi universal yang dilakukan Rasulullah s.a.w. Selain itu mereka juga harus kembali meneliti ilmu, pencapaian, dan pemikiran yang telah beliau capai, karena ternyata di zaman modern ini, para ahli jiwa dan pakar pendidikan –dengan berbagai macam metodologi dan alat yang mereka miliki- terbukti tidak mampu mengubah prilaku anak didik mereka!

Sejak belia, Rasulullah tumbuh dewasa di tengah masyarakat yang selalu bertikai demi mengejar kedudukan dan tahta. Sebuah masyarakat yang tidak pernah sepi dari perseteruan, gemar menyombong dengan harta kekayaan, mabuk popularitas, menjadikan hidup foya-foya sebagai tujuan puncak kehidupan. Sebuah masyarakat yang selalu terbuka bagi permusuhan, kezaliman, fanatisme buta, egoisme, iri-dengki, dan berbagai bentuk perbuatan keji. Sebuah masyarakat yang di tengahnya selalu terdengar hardikan para penindas, jeritan orang-orang tertindas, dan ratapan kaum lemah.

Mehmed Akif Ersoy bersyair:

Sekujur bumi pada saat itu
Ditimpa malapetaka yang lebih berat dibanding hari ini
Tabiat manusia lebih buas daripada binatang buas
Dia yang tidak punya taring, sanggup menerkam saudaranya
Kekacauan melanda dunia
Pertikaian menyebar seperti wabah
Busuk merasuk sampai ke tulang.

Pada masa itu, orang-orang zalim bergerombol di mana-mana, mereka yang ingin membalas dendam berkeliaran tak habis-habisnya, muncul pula sekumpulan orang yang dilanda demam untuk menguasai orang lain, sementara itu ada sebagian lain yang mengira bahwa mematuhi penguasa zalim adalah bentuk ketaatan dan kesetiaan. Selain itu, ada banyak penguasa tak tahu mu yang memegang kekuasaan buta. Banyak orang yang kehilangan perasaan karena dieksploitasi seperti budak belian. Di antara mereka ada yang menyimpang dari keluhuran akhlak, merasa terancam oleh nilai-nilai kemanusiaan universal, perusak, gemar berleha-leha, dan merasa tertipu oleh orang-orang aneh (ghurabâ`) yang mengajak mereka menyembah Allah dengan sederet peraturan yang bernama "akidah". Dan masih banyak lagi macam-macam orang sesat yang hidup pada saat itu.

Seperti itulah pemandangan yang biasa terjadi di seluruh muka bumi pada kala itu. Tapi dari gerombolan manusia bejat yang nyaris hancur seperti itu ternyata Rasulullah berhasil membangun sebuah masyarakat unggul dan ideal yang kesempurnaannya tak pernah dapat ditandingi oleh masyarakat manapun di sepanjang sejarah manusia.

Dengan dasar-dasar nilai yang dibawanya, Rasulullah terus berjalan menyusuri jalan panjang dalam kedekatannya dengan Allah s.w.t.; jalan yang sepenuhnya sesuai dengan sunnatullah yang berlaku universal dan akan mengantarkan siapapun yang menempuhnya ke tujuan dunia dan akhirat. Umat manusia bernapas dari atmosfernya yang menakjubkan dengan menghirup udara yang bersijalin dengan hukum alam namun sekaligus berkelindan pula dengan agama, ketakwaan, dan hal-hal metafisik. Di dalam risalah yang dibawa Rasulullah, sama sekali tidak ada pertentangan dengan kenyataan dan realitas, sebagaimana pula di dalamnya tidak terdapat pengabaian terhadap manusia baik dari aspek rohani maupun jasmani.

Dari berbagai unsur yang bemacam-macam, dengan latar belakang falsafah dan peradaban yang beragam, Rasulullah berhasil membentuk sebuah masyarakat yang sangat solid seperti benteng yang kokoh hingga mampu mengungguli para malaikat. Masyarakat yang jauh dari sikap berlebihan dan sekaligus jauh dari sikap suka meremehkan. Di tengah segerombolan manusia yang saling terasing satu sama lain dan mudah mengalami penyimpangan, Rasulullah mampu menunjukkan akhirat ketika beliau menjelaskan tentang dunia, mampu mengingatkan jiwa ketika berbicara tentang badan, serta mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

Apa yang disampaikan Rasulullah dalam tablig mencakup berbagai hal, mulai dari akidah sampai ibadah dan muamalah, lalu meluas lagihingga menjangkau masalah ekonomi, pemerintahan, hukum, hubungan internasional, kaidah perang, perdamaian, landasan pendidikan dan pengajaran, dasar-dasar penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs), dan teknik pembersihan rohani. Rasulullah telah menjelaskan semua itu dengan kalimat yang mudah dipahami masyarakat umum serta mempraktikkannya sendiri agar semua orang tahu bahwa apa yang beliau sampaikan memang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata dengan menjadi suri teladan bagi umat manusia.

Setelah Rasulullah mangkat, muncullah ratusan negara dan bangsa dengan sistem pemerintahan yang menerapkan ajaran beliau. Cakrawala kemanusiaan pun menyaksikan kelahiran jutaan matahari dan rembulan terang dalam bentuk para cendekiawan, aktivis pergerakan, fukaha, dan ulama, meski sebenarnya terkadang terdapat permusuhan antarnegara disebabkan kedengkian, kebencian, dan pertikaian tertentu.

Sejak mulai menyebarkan risalahnya, Rasulullah langsung menghadapi perlawanan baik dari kalangan kerabat maupun dari luar, dalam bentuk kedengkian, kebencian, dan sikap memusuhi. Tapi Rasulullah tidak pernah sedikit pun menyerah atau putus asa. Di satu sisi, beliau tetap menjadi guru yang menyampaikan risalah yang beliau emban untuk mendirikan sebuah masyarakat baru. Di sisi lain, beliau mampu menjadi sosok tangguh dalam menghadapi berbagai perlawanan dari semua orang-orang yang tidak mau beriman dan tidak mau berdamai dengan beliau. Dalam situasi konflik seperti itu, Rasulullah sama sekali tidak pernah merasa takut atau ragu sedikit pun. Tak pernah sekali pun beliau mencoba sesuatu yang akhirnya gagal, melakukan kesalahan, atau membiarkan kebatilan merajalela untuk kemudian hanya diam termangu menunggu kesempatan.

Tak pernah sekali pun Rasulullah merasa takut pada reaksi kaum kafir ketika beliau harus menghadapi dunia dengan membawa penafsiran baru terhadap jagad raya. Dengan suara lantang beliau meneriakkan kebenaran baik yang berhubungan dengan urusan keagamaan maupun urusan lainnya. Rasulullah bahkan berani mengkritik banyak hal pada bidang ekonomi, politik, militer, dan kebudayaan. Beliau melakukan perbaikan besar-besaran hampir dalam semua bidang kehidupan.

Namun selain tidak pernah ragu ataupun gentar dalam berdakwah, ternyata Rasulullah juga tidak pernah membiarkan generasi penerus muslim untuk ragu atau gentar. Beliau berdiri tegak dalam bertablig sambil menjadi penjamin keamanan dan ketenangan semua orang. Embusan keyakinan selalu dapat dirasakan dalam setiap janji, kabar gembira, dan ancaman yang beliau sampaikan. Beliau tak pernah henti membisikkan motivasi dan keteguhan dalam penantian ke telinga para sahabat yang mulai kendur kesabarannya disebabkan kemenangan yang tak kunjung tiba sehingga membuat mereka –yang sebenarnya adalah para penyabar- nyaris habis kesabarannya. Selain itu, Rasulullah juga berhasil membentuk pribadi-pribadi yang semula lumpuh, lemah semangat, dan terlalu terburu-buru ingin mencapai sukses, menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tabah seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri setelah mereka masuk ke dalam atmosfer kenabian beliau.

Rasulullah sama sekali tidak pernah surut sedikit pun dalam menyampaikan risalah yang beliau pikul di sepanjang periode Mekah yang penuh dengan tekanan, serangan, dan bahkan pembunuhan yang dilancarkan oleh pihak musuh. Ketika Rasulullah seorang diri berusaha meruntuhkan nilai-nilai sesat yang diwariskan oleh sistem busuk masa lalu, ternyata beliau harus menghadapi perlawanan sengit dan berbagai bentuk ancaman yang mengerikan. Tapi tak ada satu pun ancaman yang berhasil mematahkan langkah beliau yang terus bergerak maju meniti jalan dakwah.

Setelah Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah di bawah ancaman para pembunuh, atau ketika beliau dikepung di gua Tsaur, atau ketika beberapa orang kafir nyaris berhasil mencegat beliau, atau ketika kaum kafir berhadapan dengan beliau di Perang Badar, atau ketika Rasulullah berhadapan dengan pasukan kafir yang haus darah di Perang Uhud, atau ketika beliau harus menghadapi kepungan pasukan sekutu dalam Perang Khandaq, atau ketika sebatang panah menancap di tubuh beliau dalam Perang Hunain…. Di semua kondisi sulit seperti itu, Rasulullah selalu berjuang dengan keyakinan yang bulat hingga beliau menjadi teladan yang menunjukkan keteguhan hati ketika menghadapi badai yang menghantam.

Dengan tekadnya yang kuat, Rasulullah berhasil memotivasi moril para sahabat yang terkadang turun, sehingga beliau mampu mengubah aroma busuk kekalahan yang menyebar disebabkan segelintir orang berhati lemah, menjadi semerbak kemenangan. Rasulullah memang selalu berhasil mengubah rasa pesimis yang dapat membinasakan, menjadi senandung kemenangan yang menyenangkan.

Rasulullah adalah sosok pemberani yang tak ada tandingannya, namun beliau juga adalah sosok pribadi yang sangat terampil mengatur keberanian itu. Pada satu waktu, kita dapat menemukan Rasulullah begitu berani hingga seolah tak memedulikan nyawa beliau sendiri, tapi di saat lain beliau juga membuat kita kagum disebabkan tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian beliau yang tinggi. Rasulullah memang tidak pernah takut mati, tapi beliau sangat cermat mengatur setiap langkah yang beliau ambil.

Secara faktual, pandangan Rasulullah terhadap umur –sebagaimana pemahaman beliau terhadap kehidupan- adalah sebuah teladan yang harus kita ikuti dalam berdakwah. Hidup harus hanya berisi tujuan "li i'lâi kalimatillâh" (meninggikan kalimat Allah) dan berkhidmat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena kalau bukan itu yang menjadi tujuan hidup, maka sebenarnya hidup kita tidak akan ada artinya. Bagi Rasulullah, hidup adalah jembatan menuju alam keabadian. Oleh sebab itu, hidup harus benar-benar lurus karena ia adalah jalan untuk meraih kebahagiaan yang kekal.

Rasulullah menjalani seluruh hidupnya dengan pandangan terhadap hidup yang seperti itu. Beliau selalu bergerak dengan kesadaran akan semangat "menghidupkan" dan selalu merasa cukup ketika melihat orang lain hidup bahagia. Rasulullah tak pernah berhenti berjuang demi kebahagiaan orang lain sambil bersikap kanaah terhadap diri beliau sendiri. Beliau selalu makan minum seadanya. Bahkan seluruh hidup Rasulullah mencerminkan posisi beliau yang lemah dan fakir di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebenarnya beliau sangat sanggup untuk hidup senang, menyantap makanan yang paling lezat, dan hidup bahagia sekehendak hati beliau. Tapi beliau justru selalu menyedekahkan semua yang beliau miliki kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Rasulullah selalu mengulurkan tangan kepada orang miskin, melunasi hutang orang lain, dan melakukan apa saja demi menghilangkan duka orang lain. Singkatnya, beliau adalah sosok yang giat mengubah gubuk-gubuk gelap menjadi rumah para hamba Allah yang memancarkan cahaya keimanan.

Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. mangkat, ternyata berkah yang beliau pancarkan semasa hidup sama sekali tidak meredup. Alih-alih, cahaya itu justru semakin terang menyinari jutaan manusia. Padahal ketika beliau berpulang menuju akhirat, baju besi beliau masih tergadai di tangan seseorang.

Alhasil, siapapun yang melihat Rasulullah dengan pandangan yang jernih, pasti akan mengira bahwa beliau adalah manusia yang adi-manusia; dengan keimanan, makrifat, kesabaran, ketabahan, kejujuran, kezuhudan, keberanian, kemurahan hati, keistikamahan, kerendahan hati, wibawa, sabda, persahabatan, dan semua tingkah-laku beliau yang menyangkut kehidupan pribadi, rumah tangga, sosial, perintahan, ekonomi, militer, dan pendidikan. Tentu saja semua itu menjadi lumrah sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. memiliki beberapa keistimewaan sebagai berikut:

  1. Rasulullah adalah pewaris semua nabi dan rasul sebelumnya. Allah telah mengambil sumpah dari para nabi dan rasul sebelum Rasulullah untuk menerima kenabian beliau. Tentu saja, sumpah ini juga mencakup umat mereka masing-masing.
  2. Rasulullah diutus dengan membawa risalah yang berlaku universal dan relevan hingga akhir zaman. Beliau tidak diutus untuk satu bangsa atau negara tertentu sebagaimana yang terjadi pada para nabi dan rasul sebelum beliau. Berkenaan dengan hal ini, Anda dapat menemukan banyak bukti dalam literatur lain.
  3. Rasulullah adalah pengejawantahan rahmat Allah (al-rahmah al-mujassamah) yang diutus kepada umat manusia sebagai rasul terakhir. Ada banyak ayat Al-Qur`an yang menyatakan hal ini, sebagaimana sirah Rasulullah juga menjadi bukti gamblang yang menunjukkan hal ini.
  4. Posisi Rasulullah sebagai pengejawantahan rahmat Allah di dunia telah menjadi perisai pelindung bagi umat beliau. Siapapun yang mengikuti ajaran beliau pasti akan terlindung dari kebinasaan karena mereka telah mendapatkan jaminan yang tidak pernah dimiliki oleh umat nabi-nabi lain.
  5. Rasulullah yang memiliki kedudukan paling istimewa di jagad raya, adalah satu-satunya manusia dan bahkan satu-satunya nabi yang pernah dijadikan objek sumpah oleh Allah s.w.t. dalam firman-Nya yang berbunyi: "Demi umurmu…" (QS al-Hijr [15]: 72). Hidup Rasulullah merupakan refleksi kehendak Allah, sebab itulah Dia bersumpah atas nama beliau.
  6. Rasulullah memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah karena para nabi sebelum beliau selalu disebut Allah dengan nama mereka masing-masing. Hanya Rasulullah-lah yang pernah disebut Allah dengan menggunakan sebutan "nabi" dan "rasul". Hal ini menegaskan bahwa umat manusia harus memiliki sopan-santun ketika menyebut nama Rasulullah s.a.w.
  7. Rasulullah telah dianugerahi "jawâmi' al-kalim", yang maksudnya adalah keterampilan untuk menyampaikan suatu ucapan yang singkat namun sangat padat dan sarat makna seperti yang telah saya jelaskan pada bagian terdahulu.
  8. Rasulullah adalah satu-satunya nabi yang diberi anugerah Allah berupa ketakutan musuh-musuh beliau meski mereka masih berada di jarak sebulan perjalanan dari tempat beliau. Hal ini merupakan pertolongan dan bukti kasih sayang Allah terhadap Rasulullah s.a.w.
  9. Rasulullah adalah satu-satunya nabi yang diberi anugerah berupa perlindungan dari segala bentuk dosa kecil, di samping beliau juga menjadi wasilah bagi umat manusia untuk memasuki pintu taubat dari dosa.
  10. Rasulullah adalah satu-satunya nabi yang diberi kitab suci yang selalu terjada dari perubahan, manipulasi, dan pemalsuan sampai Hari Kiamat. Jaminan seperti ini tidak diberikan Allah kepada semua kitab suci nabi-nabi lain.
  11. Rasulullah adalah satu-satunya nabi yang diberi keleluasaan oleh Allah untuk dapat melihat alam akhirat ketika beliau masih hidup di dunia. Peristiwa mi'raj yang dialami Rasulullah menjadi bukti kedalaman penghambaan Rasulullah di hadapan Allah selain juga menjadi hadiah dari Allah untuk beliau.

Selain berbagai macam anugerah dan keistimewaan yang Allah berikan itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga memiliki keistimewaan berupa ketinggian derajat dan maqâm. Beliau mendapatkan mukjizat luar biasa bernama Al-Qur`an dan lainnya yang menurut hemat saya, pasti kita memerlukan berjilid-jilid buku jika ingin menjelaskan semua mukjizat yang beliau miliki. Pada hakikatnya, semua kedalaman pribadi Rasulullah terbentuk dari keterkaitan beliau dengan alam malakût. Dari sisi ini, Rasulullah memiliki kondisi pribadi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kedudukan Rasulullah lebih tinggi daripada malaikat. Beliau adalah makhluk yang pertama kali ada. Kenyataan bahwa beliau adalah cahaya pertama yang menjadi "bibit" jagad raya adalah sesuatu yang tak terbantahkan. Disebabkan beliaulah pena kudus ilahi mulai bergerak. Melalui beliaulah skenario Allah atas kehidupan manusia dapat terwujud. Rasulullah adalah bukti otentik bahwa rangkaian silsilah kenabian memang berpangkal pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau adalah "cermin pertama" yang merefleksikan tajalliyât ilahi. Beliau adalah "wahana" paling suci yang dapat merefleksikan sifat-sifat ilahi. Beliau adalah manusia paling fasih yang mampu menyampaikan firman Allah. Beliau adalah ramhat Allah yang mengejawantah dalam kehidupan dunia dan akhirat. Beliau adalah puncak dari kasih sayang dan nikmat yang Allah berikan kepada alam semesta.

Disebabkan kemunculan Rasulullah, pelbagai rahasia uluhiyah dapat terlihat dengan jelas. Dengan adanya beliau, seluruh semesta menjadi terang-benderang dan hilanglah semua kabut keraguan, sehingga alam akhirat menjadi dapat "dilihat" dengan sangat jelas oleh semua makhluk. Bahkan semua yang dulu telah Allah ajarkan kepada Nabi Adam ‘alaihi salam secara sepintas lalu, ternyata kemudian Allah ajarkan kepada Rasulullah secara terperinci.

Rasulullah adalah satu-satu wasilah yang menghubungkan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala Di tangan beliaulah tergenggam kunci-kunci rahasia khazanah ilahi. Beliaulah manusia yang menjadi "tempat penyimpanan" terpercaya bagi semua rahasia awal dan akhir kehidupan.

Semua itulah yang dimiliki Rasulullah dan tidak ada satu pun makhluk lain yang memilikinya. Itulah sebabnya, Allah menyatakan bahwa ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala berbanding lurus dengan ketaatan pada Rasulullah s.a.w. Beliau telah menerangi semesta dengan cahaya yang beliau pancarkan untuk kemudian mengkristal menjai kitab-kitab dan istana-istana sehingga kegelapan yang pekat pun musnah dan kebutaan yang seakan tiada ujungnya pun sirna.

Disebabkan kemunculan Rasulullah, kegelapan berubah menjadi cahaya. Dalam cakrawala beliau yang benderang, seluruh langit dan bumi berpadu menjadi satu.

Rasulullah adalah sosok yang risalahnya adalah Al-Qur`an, cakrawala pandangannya adalah 'irfân, dan penjelasannya adalah bukti yang terang. Beliau adalah wasilah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Beliau adalah manusia yang telah menerima kasih sayang Allah secara sempurna dengan ribuan mukjizat sebagai buktinya. Rasulullah adalah sosok yang semerbak nama baiknya akan terus terjaga sampai Hari Kiamat tiba seperti halnya kesucian Al-Qur`an.

Rasulullah adalah pusat orbit kemuliaan seluruh manusia. Beliau adalah poros bagi semua hakikat kenabian. Beliau adalah panglima perang yang memimpin semua nabi yang membawa petunjuk untuk segenap manusia dan jin. Beliau adalah manusia paling benar yang tidak akan pernah menyesatkan siapa pun juga.

Seorang penyair bernama Fadhuli pernah menyatakan bahwa Rasulullah adalah Jenderal Pasukan Para Nabi (amîr al-liwâ` li-'askar al-anbiyâ`). Kitab suci yang beliau terima adalah hadiah terbesar yang pernah Allah berikan kepada alam semesta. Karena beliau adalah "wahana" bagi tajalliyât ilahi, maka tidak diragukan lagi bahwa ajalan yang beliau sampaikan adalah obat serba guna (eliksir) bagi kehidupan batin kita. Disebabkan Rasulullah-lah umat manusia dapat berjalan di atas nilai-nilai kemanusia yang sejati. Disebabkan beliaulah umat manusia dibentuk dalam bentuk yang diridhai Allah. Kepergian Rasulullah dari muka bumi adalah kerugian yang tak terkira dan kehilangan yang luar biasa. Siapa pun yang meninggalkan ajaran beliau pasti akan tersesat dan merugi.

Rasulullah adalah titik sentral bagi semua asmâ` dan sifat ilahi. Beliau adalah bintang Polaris di lelangit kenabian. Manifestasi primordial (al-zhuhûr al-awwal) dan hakikat universal (al-haqîqah al-ijmâliyyah) sepenuhnya berhubungan dengan Rasulullah. Beliau adalah pengejawantahan dari pertolongan Allah yang terakhir dilimpahkan kepada alam semesta. Beliau adalah kunci syafaat yang akan membuka semua pintu pengampunan di Hari Kiamat nanti.

Risalah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala. amanatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sebuah risalah istimewa yang mengungguli semua risalah yang diemban rasul-rasul lain. Sebagaimana halnya kasih sayang yang Allah berikan kepada beliau juga mengandung pemuliaan bagi beliau. Ketika Allah berfirman kepada Rasulullah, Dia selalu menggunakan susunan kata-kata khusus yang begitu memuliakan beliau sehingga itu juga menjadi pelajaran bagi kita untuk menggunakan tata-krama ketika berbicara dengan beliau.

Rasulullah adalah sosok yang Allah berfirman kepadanya dengan penuh kasih sayang dalam firman-Nya: "Nûn, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung," (QS Nûn [68]: 1-4).

Rasulullah adalah sosok yang menjadi guratan pena entitas, roh dan makna yang menjadi tujuan gerak alam semesta, penerjemah paling fasih bagi misteri rahasia ilahi, dan khazanah makrifat hakikat uluhiyah. Beliau adalah manusia yang menduduki derajat sangat tinggi seperti yang disebutkan dalam ayat: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'," (QS Âli Imrân [3]: 31).

Rasulullah adalah sosok yang mencapai maqâm yang disebutkan dalam ayat: "Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah…," (QS al-Fath [48]: 10).

Rasulullah adalah manusia yang mencapai puncak ridha Allah, menjadi penebar cahaya keridhaan Allah, dan cahaya petunjuk bagi para penempuh jalan kebenaran. Allah berfirman: "Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas," (QS al-Dhuhâ [93]: 5).

Rasulullah adalah inti dari firman Allah: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam," (QS al-Anbiyâ` [21]: 107).

Rasulullah adalah kunci rahasia dan sekaligus pintu gerbang bagi dunia keimanan dan makrifat di dunia. Sebagaimana beliau juga adalah pintu gerbang surga dan keindahan Allah di akhirat. Beliau adalah wasilah menuju alam metafisika, pemberi penjelasan bagi hal-hal yang tidak terjangkau akal, mufti tunggal bagi alam Dzat Ilahi, matahari penerang cakrawala sifat-sifat Ilahi, mursyid pembimbing yang dapat dipercaya oleh siapapun yang mengikuti jejaknya, semburat cahaya Ilahi yang menghapus kegelapan dan mengusir kabut yang menggayuti alam pikiran dan perasaan, kawan dekat yang tulus bagi siapapun yang mau mempersembahkan hati mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, musuh besar bagi syaitan dan para begundalnya, benteng pelindung bagi siapa saja yang berlindung padanya di dunia dan akhirat, dan menjadi pemberi syafaat bagi para pendosa.

Berkat peran Rasulullah-lah semua beban berat yang membuat umat manusia sulit bangkit menjadi ringan. Berkat beliaulah umat Islam tidak dianggap berdosa atas kesalahan yang dilakukan tanpa sengaja atau karena lupa. Disebabkan kehadiran beliau ampunan Allah turun menghapus azab bagi pendosa, sehingga mereka yang berdosa tidak akan pernah kehilangan kesempatan untuk bertobat.

Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang pernah diundang untuk menghadiri "kenduri langit". Beliaulah yang pernah melakukan mi'raj menuju posisi "dua ujung busur panah" (qâb al-qausain) sehingga menarik perhatian semua penghuni langit. Beliaulah satu-satunya manusia yang pernah menjadi tamu di Sidratul Muntaha, ketika beliau mengalami apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat: "Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS al-Najm [53]: 17), tanpa merasakan pusing kepala atau pun mata yang buram, karena beliau memiliki ketajaman dan keteguhan hati sebagai anugerah istimewa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika melihat Pertanda Agung (al-âyah al-kubrâ), pandangan Rasulullah sama sekali tidak terganggu. Pada saat itulah Rasulullah menjadi sosok yang "ditunjuk jari" oleh segenap penghuni langit. Di sisi Rasulullah, untuk pertama kalinya Malaikat Jibril ‘alaihi wa salam menjadi teman dan sekaligus pelayan bagi seorang manusia dalam sebuah perjalanan transendental yang tidak terjangkau akal manusia.

Dalam perjalanan itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menembus alam materi menuju alam immateri dengan kecepatan melebihi kilat. Beliau lalu melihat sesuatu yang tidak terlihat. Sidratul Muntaha hanyalah persinggahan pertama, "dua ujung busur panah" (qâb al-qausain) adalah puncak yang menjadi tempat di mana akal manusia harus menyerah, dan "pertemuan dengan Allah" (liqâ` Allâh) adalah posisi ketika pikiran dan pemahaman manusia tidak akan pernah mampu menjangkaunya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ghalib,[4] sosok yang menjadi peran utama dalam perjalanan ini adalah:

Dia adalah sultan para rasul, syah, yang terpuji
Bagi orang-orang naas, dia adalah kemuliaan tanpa henti
Di hadirat Ilahi, dia adalah yang terpercaya
Ahmad, Mahmud, Muhammad.

Rasulullah telah melihat…dan beliau kembali ke bumi untuk menyampaikan apa yang beliau lihat kepada kita. Beliau telah mendengar…dan beliau kembali ke bumi untuk menyampaikan apa yang beliau dengar kepada kita. Beliau telah membisikkan ke dalam hati kita segala rahasia dunia dan akhirat, lahir dan batin. Rasulullah adalah simbol bagi dunia, tapi beliau juga adalah cermin yang merefleksikan akhirat yang terang bercahaya. Rasulullah adalah suara paling lantang yang menyeru ke arah Allah; keesaan-Nya, dzat-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Beliau adalah insan kamil sejati yang menjadi "tempat penyimpanan" terpercaya bagi pengetahuan mengenai dzat, sifat, dan asmâ` Allah.

Sejak awal pengangkatannya sebagai nabi dengan nama "Ahmad", menjadi tamu kota Madinah setelah berhijrah dari Mekah dengan nama "Muhammad", menjadi pemilik Panji-panji Pujian (liwâ` al-hamd) di alam Barzakh dengan nama "Mahmud", menjadi penjaga tirai surga dan keindahan Allah, menjadi mata air bagi alam rohani dan permata sejati bagi alam jasmani dengan segala nama beliau yang mulia.

Wahai inti segala entitas, wahai buah Pohon Penciptaan, wahai suara hakikat tauhid, kalau bukan karena engkau maka takkan ada arti bagi kami dan seluruh semesta. Kami telah mampu mengetahui jati diri kami. Masing-masing kami akan berusaha berada di barisan kebenaran disebabkan dirimu.

Dengan kedatanganmu, segala entitas dan peristiwa menjadi jelas. Dengan kedatanganmu corak segala seusatu berubah menjadi lisan yang fasih berbicara atas nama sesuatu yang berada di luar entitas.

Tak ada bayangan apapun darimu yang jatuh di bumi. Tapi disebabkan bayanganmulah kami semua selamat dari kejatuhan dan kebinasaan tak berujung. Sejak zaman azali, hanya padamu tugas mengurai keruwetan semesta diserahkan. Hanya padamu semua diserahkan. Semua yang datang sebelum engkau cukup melakukan yang kurang dari itu. Engkaulah yang telah mengurai simpul itu dan merinci segala yang masih samar-samar. Hanya kepadamu kunci dunia dan akhirat diserahkan. Engkaulah pembuka pintu dunia dan mursyid jalan akhirat. Dengan risalahmu kau menjadi manusia yang berbicara atas nama hakikat tauhid dan penyelamat bagi manusia dan jin.

Sebelum engkau datang ke dunia dan membimbing manusia, telah ada ratusan dan bahkan ribuan manusia "berwajah cahaya" yang menyampaikan ajaran tauhid, tapi tak ada satu pun di antara mereka yang mampu mencapai ke-Daud-an-mu (dâwudiyyatuka).[5] Anugerah yang diberikan kepada mereka memiliki batas tertentu sehingga mereka tidak akan pernah dapat melangkah jauh untuk mencapai ketinggian cakrawalamu. Mereka telah berusaha menyebarkan risalah yang mereka emban dan berhasil melewati batas yang tak pernah dapat dilewati manusia biasa. Di antara mereka ada yang pupus perjuangannya. Di antara mereka ada yang dipotong kakinya. Di antara mereka ada yang wafat di tengah perjalanan atau bahkan ketika baru memulai misi kenabian. Di antara mereka ada yang harus menghadapi pembangkangan besar-besaran. Di antara mereka ada yang dirajam batu berkali-kali. Setiap mereka selalu memiliki rasa cinta dan kerinduan yang tak pernah padam. Mereka telah merasakan kehidupan di bawah bayang-bayang ancaman kematian. Kebanyakan dari mereka berhasil menyelamatkan ribuan manusia…

Tapi hanya engkaulah satu-satunya di antara mereka semua yang berhasil memperdengarkan suaramu melampaui berbagai benua untuk kemudian seruanmu itu mewujud menjadi bangunan kokoh yang tak tergoyahkan. Tidak ada seorang pun di antara sahabatmu yang sepeninggalmu kemudian meninggalkan ajaranmu, kecuali segelintir orang sesat. Mereka terus berusaha mengemban tugas agung yang kau wariskan, dan tak ada seorang pun pengikutmu yang tidak ikut berusaha melakukannya. Mereka terus berusaha tanpa mengenal lelah, dan tak ada seorang pun dari mereka yang menyimpang dari jalan kebenaran.

Para sahabatmu memang tepat untukmu, sebagaimana engkau pun tepat bagi mereka. Kau mencintai mereka dan mereka pun mencintaimu. Seakan tangan takdir telah menyiapkan mereka untuk menjadi sahabatmu, sebagaimana Allah juga telah memberi kami semua rasa hangat persahabatan denganmudi dalam hati kami. Mereka memang layak menjadi sahabatmu. Ketika kau bergembira menyongsong "malam pengantin",[6] kau memandang sahabat-sahabatmu dengan hatimu, lalu kau menangis ketika menatap wajah mereka.

Perjalanan mi'raj tidak pernah menjadi berkah bagi manusia selain dirimu. Engkau telah berkeliling dan menyaksikan apa yang ada di balik alam materi di ufuk penglihatan manusia. Tapi ternyata engkau, bahkan ketika kau berada di ketinggian yang cemerlang seperti itu, kau tidak pernah lupa untuk mengingat sahabat-sahabatmu dan para pengikutmu yang akan datang di masa depan. Di dalam hatimu tak pernah terbersit sedikitpun keinginan agar kau dapat melihat apa yang telah kau lihat, atau mendengar apa yang telah kau dengar, atau merasakan apa yang telah kau rasakan.

Betapa agungnya perjalananmu yang telah membuka alam metafisika bagi setiap jiwa yang siap menyambutnya! Kau pergi sebagaimana adanya dirimu, dan kau kembali sebagaimana adanya dirimu. Dalam perjalanan ke langit itu, kelembutan alam azali terus berkelindan dengan tarikan napasmu. Seluruh penghuni langit dan bumi tidak pernah berhenti menyanjungkan salam untukmu sebagai tanda penghormatan sambil menunggu berita gembira yang kau sampaikan. Cahaya selalu memancar di mana-mana, sinar terang menyebar ke segenap penjuru, menembus seluruh zaman. Saat ini kami menunggu sambil berharap agar ada secercah dari cahaya itu yang menyinari zaman yang karut-marut ini. Kami tidak akan pernah lelah menanti dan berharap. Kau adalah pribadi yang selalu menepati janji, jadi kau mustahil menghalangi kami yang merindukanmu sementara kau adalah peribadi yang mulia dan sangat mencintai seluruh semesta. Kau takkan mungkin menghalangi mereka. Siapapun di antara kami yang berjalan menuju cahaya, maka sesungguhnya perjalanan itu adalah karena adanya sinarmu. Siapapun dari kami yang hidup saat ini, maka hidup kami sepenuhnya kami nisbatkan padamu.

Wahai nabi yang penuh berkah dan selalu berada di puncak keluhuran untuk selamanya! Kau adalah roh segala roh bagi kami. Risalahmu adalah obat bagi penyakit kami yang parah. Kami berharap kau mau mendatangi kami lagi. Janganlah kau biarkan kami hidup tanpa roh. Kami berharap kau mau berbicara lagi. Janganlah kau biarkan kami tenggelam dalam kebingungan… Di tengah jalan yang kami tempuh yang penuh dengan orang-orang yang ingin menyergap kami dan penuh dengan kobaran api fitnah… Kami terus berusaha menempuh jalan ini meski apapun yang terjadi. Terkadang kami berlari, terkadang kami merangkak! Maka jadikanlah kebersamaanmu dengan kami sebagai rambu peringatan di sepanjang jalan kami. Buatlah hati kami dapat merasakan ketenangan petunjuk dan hidayahmu menuju jalan yang lurus.

Sungguh jalan ini telah ditempuh ribuan atau jutaan orang. Mereka berhasil melewati belukar yang penuh onak-duri, dan memetik mawar idaman. Mereka terus bersusah-payah dan mencoba berkali-kali. Terkadang mereka gentar, terkadang mereka takut. Tapi mereka selalu selalu sanggup memenuhi kewajiban orang-orang yang terus berusaha tanpa henti. Kau selalu ada di jalan yang mengangumkan ini, di awal dan sekaligus di ujungnya. Kau selalu bersemayam dalam relung hati kami, sebagai pemberi petunjuk meski kau tak kasat mata.

Jika hati kami masih dapat hidup, maka itu adalah karena kau telah menuangkan eliksir ke dalam jiwa kami. Jika dada kami selalu terbuka untukmu, maka itu adalah karena gaya tarik risalahmu dan penguasaanmu atas akal kami. Jika kau tidak memanggil kami dari puncak keluhuran hati, niscaya kami takkan bisa mendengar embusan napasmu yang menghidupkan; kami pasti akan menguning seperti daun yang diterpa musim gugur; jika itu terjadi, maka kami akan menjadi penyebab kesedihanmu. Berapa kali kami berharap agar tidak rontok diterpa musim gugur, dan tidak menjadi penyebab kesedihanmu… tapi itu tak mungkin!

Kau datang untuk meniupkan nyawa ke dalam hati yang mati. Kau telah menunaikan tugasmu dengan apa yang kau terima berpa pertolongan Allah. Jadi kini lihatlah "mayat hidup" yang terus bergerak seperti hidup bagai taman-taman negeri Iram! Lihatlah gagak-gagak yang berlagu seperti bulbul! Lihatlah gerombolan kelelawar yang berseliweran di mana-mana! Maka segeralah datang dan kasihanilah kami, agar mereka yang mencari kehidupan tidak susah disebabkan ketiadaanmu.

Saat ini, di banyak tempat yang namamu terukir di atas langitnya, ternyata banyak syaitan bergentayangan. Dunia terperosok dalam kemiskinan roh dan makna. Sepenggal perintahmu kepada arwah manusia pasti akan menumpas permainan syaitan dan akan mengembuskan kehidupan ke dalam tubuh orang-orang yang selama bertahun-tahun terbungkam suaranya dan terbekap napasnya. Berapa banyak orang yang berkeliaran di pematang kebingungan karena mereka menyangka itulah jalan lurus yang sebenaranya. Bahkan berapa banyak orang yang sama sekali tidak mampu menemukan jalan kebenaran!

Angin kemunafikan bertiup kencang ke segala arah. Dingin yang menggigit menebar ketakutan tak terperi. Anak-anak Faust semakin rajin menipu dibandingkan yang lalu. Kami selalu kalah. Kami selalu harus membayar, seakan kami adalah pesakitan yang wajib memikul pajak. Sejak membuka mata, kami menemukan diri kami terlantar seperti anak ayam kehilangan induk; kami melihat diri kami bergelayut pada ideologi busuk.

Bagaimana mungkin kami menjadi anak ayam yang kehilangan induk padahal ada dirimu? Apakah ada artinya kehilangan sahabat pelindung dan kekuasaan bagimu? Tidak! Kami bukanlah anak ayam yang kehilangan induknya. Kami bukan orang-orang kesepian yang tak memiliki sahabat dan pelindung. Kami hanyalah orang-orang yang saat ini bernasib seperti anak jalanan yang tercerabut dari buaiannya yang hangat dan memilih hidup menggelandang di jalan-jalan. Itulah sebabnya kami sulit menghindar dari para bandar narkotika yang bergentayangan di mana-mana; kami pun susah menghindari kezaliman terhadap diri kami; kecuali jika kami berhasil kembali ke pangkuanmu dan mencium semerbak aroma wangi tubuhmu. Perampok mengintai di setiap sudut. Lenguhan para pencoleng terdengar dari segala penjuru. Mereka membolehkan semua yang terlarang dan kemudian merampok kami. Sialnya, hati kami juga mereka rampok!

Di zaman ini, irrasionalitas membentangkan sayapnya. Nurani terguncang keras dan jiwa kami terbenam dalam kubangan halusinasi. Jadi, segeralah kau buka mulutmu dan embuskanlah napasmu yang menyegarkan agar kami segera bangkit untuk kembali ke jati diri kami. Hukum fanâ` tidak akan pernah terwujud tanpa pengaruh kuat rohmu. Tidak ada seorang pun yang mampu menghapus namamu dari hati kami. Kau adalah anugerah azali. Kaulah hadiah yang tak ternilai harganya. Kaulah sang penggembala di padang keabadian. Hanya dengan mendengar sabdamu, onak duri langsung berubah menjadi mawar. Ketika kau bersabda, semua kebohongan langsung musnah.

Kini kami mengungsi ke pintumu. Kami harap kau sudi berbicara dengan kami menembus dimensi yang jauh, seperti dulu kau berbicara dengan para kekasihmu. Kalau ada satu kata saja yang terlontar dari mulutnya yang suci, maka kami akan bisa membuka belenggu yang mengunci rapat mulut kami saat ini. Kalau kau sudi angkat suara, maka para khatib kami yang selama ini diam, akan kembali bisa bicara.

Berapa banyak era kematian kembali hidup oleh embusan napasmu. Berapa kali Malaikat Israfil mengurungkan niatnya meniup sangkakala demi menghormati sabdamu yang merdu. Berapa banyak padang gersang berubah menjadi taman indah disebabkan dirimu. Sungguh kami tak tahu apakah permohonan ini boleh dianggap sebagai kelancangan? Karena kalau permohonan ini dianggap lancang, maka biarlah kami terima karena umpatan seperti itu jauh lebih ringan dibandingkan hati kami yang terhalang darimu. Kami adalah bulir serbuk sari yang menunggu datangnya angin, dan kau adalah angin yang akan menumbuhkan kami. Kami adalah jasad mati yang menunggu nyawa, dan kau adalah nyawa bagi hidup kami.

Jadi, segeralah kau berembus di atas kami. Tunjukkanlah kami jalan kebangkitan. Curahkanlah hujan penyubur di atas tubuh kami. Obati sakit kami dengan janji akan datangnya musim semi baru. Kami terus menunggu kemurahan hatimu. Biarlah kami surukkan kepala kami di lempung yang baru kau injak. Mata kami tak pernah terkatup demi menunggu kapan kiranya kau akan hadir kembali.

Dunia ini adalah duniamu. Jadi, apakah semua suara selain suaramu ada artinya lagi di duniamu ini? Bayanganmu menjangkau seluruh tempat di bumi yang dulu Nabi Sulaiman a.s. hanya mendengar namanya. Kaulah pemilik jalan. Di tanganmu tergenggam segel kebenaran. Jagi, pasukan sehebat apa yang mampu melawanmu meski mereka dipimpin Alexander Agung? Jika suaramu yang merdu menjangkau seluruh semesta, maka apakah dunia masih memerlukan kehadiran Nabi Daud a.s.? Jika sabda yang paling benar adalah sabdamu, maka tidakkah pantas jika semua kata-kata orang selain engkau kami anggap kelancangan? Kini kami berdiri di muka bumi dan hanya engkaulah yang mampu menegakkan kaki kami. Punggung umat manusia telah bongkok, maka hanya engkaulah yang mampu meluruskannya.

Kalau saja bayanganmu berkenan mencapai kami meski hanya dari jauh, pastilah kami akan mampu bangkit dari kematian. Kelahiranmu akan langsung memadamkan semua kobaran syaitan, dan setiap jiwa yang terseret ke arah kegelapan akan mengubah arah menuju sumber cahaya kebenaran. Allah telah mengikat cahaya yang menerangi semesta dengan dirimu. Di tanganmulah tergenggam tombol lampu penerang jagad raya. Kalau kau mau meminta, maka Allah pasti mengabulkan. Kalau kau bersabda, maka kami pasti akan mendengarkan. Jadi, kami harap kau berkenan memohon kepada Allah agar kehendak-Nya segera terwujud. Bersabdalah, agar telinga-telinga kami dapat mendengar kata-kata yang benar.

Di sisi Allah dan di sisi semua makhluk, selalu lebih baik dibandingkan seluruh semesta. Kami selalu siap menyambut seruanmu. Kau adalah eliksir hidup kami. Tangan Isa al-Masih ‘alaihi salam memang mampu menghidupkan orang mati dengan izin Allah, tapi kau adalah Israfil yang meniupkan nyawa ke jasad mati yang terkubur ribuan tahun lamanya. Jadi, ayolah sekarang kau keluarkan suaramu sekali lagi di depan dunia, agar api kemunafikan dan fitnah dapat segera padam dan seluruh semesta terwarnai olehmu.

Kau apa yang aku katakan ini dianggap lancang, maka sebenarnya harapanku ini adalah harapan semua orang. Kami semua tahu bahwa kau adalah rahmat bagi semesta untuk selamanya. Kami semua tahu bahwa kami tengah meminta di ambang pintu:

Kasihanilah kami wahai pemimpin kami. Jangan kau pupus kemurahan hatimu dari kami yang naas ini
Apakah pantas bagi mata air kemurahan hati untuk menghentikan pancarannya dari para peminta?

Wahai Tuhan kami, berilah kami rahmat dari hadirat-Mu, berikanlah petunjuk dalam urusan kami, dan jadikanlah jalan keluar bagi semua urusan kami. Limpahkanlah shalawat dan salam kepada sayyidina Muhammad dengan shalawat yang menjadi keridhaan-Mu dan menjadi perwujudan bagi hak beliau. Limpahkanlah pula shalawat dan salam kepada semua saudaranya sesama nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada, dan orang-orang saleh. Amin yâ mu'în.

[1] Lihat: QS an-Najm [53]: 9.
[2] Yang dimaksud "dua hal berlawanan" ialah: kedudukan yang tinggi dan kerendahan hati yang dimiliki Rasulullah, penerj-
[3] Al-Bukhari, al-Jihâd, 122; Muslim, al-Masâjid, 6.
[4] Syaikh Ghalib: lahir di Istambul tahun 1757 wafat tahun 1799. Nama lengkapnya Muhammad ibn Mushthafa Rasyid, dengan "Ghalib" sebagai nama samaran seperti yang biasa dilakukan para penyair Turki. Dia memperlajari bahasa Turki dari ayahnya yang belajar dari penulis kitab Tuhfah al-Syâhidiy, sebuah buku tarekat Maulawiyah yang menjadi tarekat ayahnya. Ghalib menguasai banyak hal mengenai pengetahuan agama, tasawuf, dan akhlak sampai akhirnya dia berhasil menjadi tokoh tarekat Maulawiyah di Istambul yang menjadi tempat tinggalnya sampai akhir hayatnya. Ghalib memiliki beberapa tulisan mengenai tasawuf dan beberapa kitab syarah kitab al-Matsnawi serta beberapa kompilasi syair.
[5] Kata ini adalah bentuk nisbat kepada Nabi Daud a.s. yang terkenal dengan keindahan dan kelantangan suaranya.
[6] Term "malam pengantin" (lailah al-'urs) biasa dijadikan simbol, khususnya oleh kalangan pengikut tarekat Maulawiyah, untuk menunjukkan kegembiraan saat kematian –ketika seorang hamba 'berjumpa' dengan Allah- yang dianggap setara dengan kebahagiaan malam pengantin, penerj

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.